Ketua Wirya Karya Provinsi Papua,
Denny Patty (Jubi/Musa)
|
Jayapura, 17/3 – Kritik terhadap rencana pelaksanaan
pameran keberhasilan pelaksanaan UU Otonomi khusus bagi Papua di Jakarta
pada 3-7 April 2013 mendatang, terus berlangsung. Ketua Wirya Karya
Provinsi Papua, Denny Patty mengatakan, sebaiknya pameran Otsus
berlangsung di Jayapura bukan di Jakarta.
Menurutnya, lebih baik pameran tersebut berlangsung di Papua. Daerah
yang paling cocok dan strategis serta mudah dijangkau adalah Jayapura.
“Jayapura cocok untuk pegelaran pameran Otsus. Tidak perlu ke Jakarta,”
kata Denny kepada wartawan di Abepura, Sabtu (16/3). Denny mengaku, tak
setuju kalau pameran Otsus digelar di Jakarta. “Kalau pelaksanaan
pamerannya di Jakarta, jelas masyarakat Papua tidak tahu keberhasilan
otsus sampai dimana,” tuturnya.
Tapi, lanjut dia, sebaliknya pameran tersebut dilakukan di Jayapura
maka jelas masyarakat Papua akan tahu sejauh mana keberhasilan Otsus.
Lagi pula selama ini pelaksanaan UU ini bukan di Jakarta tetapi di
Papua. “Baiknya, pameran di Jayapura supaya masyarakat tahu sampai
dimana Otsus berhasil,” tuturnya lagi. Kebijakan-kebijakan dari
Pemerintah Papua diera otsus juga harus disosilisasikan dalam pameran ke
warga Papua bukan di Jakarta. Proteksi dari otonomi khusus juga harus
disampaikan ke masyarakat.
Denny meminta Pemerintah Papua perlu mempertimbangkan biaya yang
bakal di keluarkan. Jika di Jayapura, maka biaya yang dikeluarkan oleh
sejumlah daerah di Papua ke Jayapura tak terlalu besar di banding ke
Jakarta. Denny menambahkan, daerah Jayapura dipilih sebagai tempat
strategis karena selain mudah terjangkau, ada bangunan expo yang
dibangun pemerintah di Perumnas I Expo Waena, Abepura, namun tak
dimanfaatkan secara baik, bisa dimanfaatkan.
Sebelumnya, tokoh gereja dan akademisi telah mengkritisi rencana
pameran ini. Mereka rata-rata mengaku Otsus gagal. Antopolog Universitas
Cenderawasih (Uncen) Jayapura, Frans Apomfires mengatakan, delapan
puluh persen dari pelaksanaan UU Otsus oleh Pemerintah, gagal. Akhirnya,
pameran pelaksanaan keberhasilannya berlangsung diluar Papua yakni di
Jakarta. “Bagi saya, UU ini sudah gagal 80 persen, tapi bisa jadi lebih
dari 80 persen. Karena gagal, maka pemerintah takut menggelar pameran
tentang keberhasilannya di Papua,” kata Frans kepada tabloidjubi.com di
Abepura, Senin (4/3).
Ketua Sinode Kingmi Papua, pendeta Benny Giay kepada wartawan di
Jayapura, Rabu (6/3) mengatakan, keberhasilan Otsus yang hendak di
pemerkan oleh Pemerintah Papua adalah keberhasilan pemekaran Provinsi,
pemekaran kabupaten tanpa pelibatan masyarakat. Keberhasilan lain adalah
memamerkan kasus korupsi yang tidak terungkap ke permukaan.
Ketua Umum Badan Pelayan Pusat Persekutuan Gereja-Gereja Baptis
Papua, Socrates Sofyan Yoman menuturkan, pameran yang hendak dilakukan
adalah bargening politik. Karena, Otsus Papua lahir atas tuntutan ‘Papua
Merdeka.’ Sebaiknya pemerintah tak melakukan pameran Otsus karena
Presiden Susilo Bambang Yudhoyon sendiri telah mengakui Otsus Papua
gagal. Pemerintah Amerika Serikat juga mengakui kegagalan otsus. (Jubi/Musa)