Pages

Pages

Selasa, 19 Maret 2013

Mama Yosepha: Freeport Lecehkan Saya

Direktris Yayasan Hak Azasi Manusia Anti Kekerasan
 (YAHAMAK) Timika, Papua, Mama Yosepa Alomang.
 Foto: Hengky
Jayapura, Direktris Yayasan Hak Azasi Manusia Anti Kekerasan (YAHAMAK) Timika, Papua, Mama Yosepa Alomang bertutur soal perlakuan PT Freeport Indonesia atas dirinya soal dana advokasi kemanusiaan.

Ia berkisah, yayasan yang dipimpinnya (YAHAMAK) menerima bantuan dana advokasi kemanusiaan dari PT Freeport Indonesia sejak tahun 2003 silam. Tetapi, kata dia penuh masalah karena Freeport kerapkali melanggar MoU. Ia tidak menyebutkan jumlah dana yang diterimanya setiap tahun. 

Kata dia, dana itu ia gunakan untuk membangun Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), membangun asrama, koperasi untuk masyarakat, melakukan advokasi  kemanuisaan di wilayah Timika, dan memberi gaji bagi 32 karyawannya.  

Namun, perempuan peraih Goldman Environmental Prize (Anugerah Lingkungan Goldman) 2001 itu mengatakan, dana itu mulai tidak jelas sejak penandatanganan MoU pada 2 Maret 2012 di Swissbel Hotel Jayapura. 

"Pada saat itu, saya Mama Yosepa selaku  pendidiri dan Direktris YAHAMAK  telah menandatangani MoU  dengan PT Fereeport Indonesia yang diwakili Demianus Dimara, Bidang Sosial Masyarkat,"kata Yosepha kepada majalahselangkah.com di Sekertariat Dewan Adat Papua di Jayapura. 

Perempuan yang sering disapa, Mama Yosepha ini menjelaskan, penandatanganan MoU itu dilakukan untuk 2 tahun, 2012-2014. Nilai uang yang diberikan PT Freeport Indonesia kepada YAHAMAK sebagaimana tercantum dalam MoU adalah sebesar  Rp2.5000.000.000,00 (Dua Milyard Lima Ratus Juta Rupiah) per tahun.

"Sebelumnya PT Freeport Indonesia dengan YAHAMAK melakukan penandatangan MoU setiap tahun. Namun, untuk tahun ini, setelah dilakukan evaluasi, MoU dilakukan untuk 2 tahun ke depan (2012-2014),"kata Yosepha mengutip Demianus Dimara.

Perempuan pemilik hak ulayat areal tambang emas PT Freeport Indonesia ini mengatakan, hingga Februari 2013, ia belum menerima dana tersebut. 

Pihaknya telah menanyakan dana tersebut kepada Kepala Bidang Sosial Masyarkat, Demianus Dimara di Kuala Kencana Timika. Namun, Demianus menyampaikan, dana Rp2.0000.000.000 (dua milyard) sudah diberikan kepada YAHAMAK dengan membelanjakan kebutuhan kantor berupa komputer, meja, dan rehap asrama.

Sehingga,  Demianus menjelaskan, dari nilai yang tercamtum dalam MoU itu, setelah Rp2.0000.000.000 (dua milyard) dibelanjakan masih sisa Rp3.000.000.000.00 (tiga milyar rupiah).

Mama Yosepha mengatakan, ia kaget mendengar penjelasan itu. "Saya kaget, dana sebesar itu (dua milyard:red) dikeluarkan tanpa sepengetahuan saya. Saya kan pimpinan yayasan. Mereka tidak kastau saya,"katanya. 

Yosepha yang pernah mendapatkan Yap Thiam Hien Award pada tahun 1999 itu mengatakan, penyediaan kebutuhan kantor seperti yang dibelanjakan pihak Freeport tidak masuk dalam program kerjanya. 

"Belanja Komputer, meja, dan rehap asrama  yang dilakukan oleh Freeport Indonesai  tidak masuk dalam program yang direncanakan oleh YAHAMAK,"kata dia. 

Akibatnya, kata Yosepha, aktivitas kantot YAHAMAK tidak berjalan, Puskesmas YAHAMAK telah tutup, 32 karyawannya terlantar, koperasinya gulung tikar, dan anak-anak penghuni asrama terlantar. 

"Saat ini aktif hanya 10 orang karyawan. Mereka hanya kerja sukarela. Saya pastikan YAHAMAK akan tinggal nama,"jelasnya. 

Perempuan yang sering dicurigai sebagai kaki tangan Organisasi Papua Merdeka (OPM) itu menuturkan, bukanlah hal baru baginya jika ia diperlakukan seperti itu. 

"Sudah 12 tahun ini Freeport sering langgar MoU. Tidak hanya kali ini. Tapi, saya paham karena ini kaitan dengan sikap kritis saya,"kata dia. 

"Sesungguhnya gunung yang ditambang ini bukan gunugn di Jawa, Manado, Sumatera,  Ambon, Maksaar,  atau gunung di Amerika, Australia, Eropa sana. Tapi, gunung yang sedang ditambang ini adalah tubuh saya, warisan Tuhan Allah dan milik leluhur saya,"kata aktivis HAM itu. 

Yosepha mengungkapkan perasaannya dengan mata berkaca-kaca tetapi tampak emosional. 

"Saya adalah perempuan Papua pemilik hak adat areal pertambangan PT Freeport Indonesia tetapi ia lecehkan saya. Freeport permainkan saya sejak dulu,"tuturnya.  

Ia juga bertutur soal aktivitasnya sebagai aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) terus dipantau dan diintai." Ke mana saja mereka ikuti. Saya ketemu siapa, mereka juga ada. Mereka pikir saya akan takut dan berhenti bicara hak orang-orang saya,"kata dia. 

Diketahui, Mama Yosepha bersama seorang perempuan Papua lainnya, Mama Yuliana, pernah dimasukan ke sebuah tempat penampungan kotoran manusia selama seminggu. Kotoran manusia setinggi lututnya. Ia dicurigai membantu Tentara Pembebasan Nasional-Organisasi Papua Mereka (TPN-OPM) wilayah Mimika, Papua. (MS)

Sumber :  http://majalahselangkah.com/content/mama-yosepha-freeport-lecehkan-saya