Pucak Jaya-, Terkait Penembakan yang menewaskan 8
Anggota TNI, 21/2/2013, kini ratusan masyarakat pun mengungsi dari
Tiginambut dan Sinak. Pengungsian slalu dilakukan oleh rakyat Papua,
ketika kekerasan terjadi di daerah, di mana mereka tinggal, karena,
situasi tersebut, slalu dimanfaatkan oleh TNI/Polri untuk melakukan
penyisiran terhadap warga sipil, di sekitar daerah kejadian. Pungungsian
itu dilakukan sebagai upaya penyelamatan diri dari intimidasi atau
pembunuhan atas penyisiran yang dilakukan aparat keamanan, atas ketidak
sanggupan mereka menangkap atau mengejar pelaku, sebagai mana, hal itu
slalu terjadi berulang-ulang dari awal pencaplokan Papua ke dalam NKRI
hingga kini.
Menurut keterangan saksi di lapangan, Y/P dari Tiginambut dan V/T dari Sinak, Rakyat saat ini sedang mengungsi jauh dari kejadian, yang jauh dari Kecamatan Tiginambut dan Sinak, sebagai upaya penyelamatan diri. Y/P mengawatirkan ada korban saat pengungsian. Menurut saksi mata, situasi di Puncak Jaya dan Sinak sampai saat ini masih tegang. Sementara menurut Koordinator NAPAS, Marthen Goo, Pelakunya masih simpang siur. Apakah benar TPN (Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat) yang melakukannya, atau ada pihak tertentu. Karena jika dilakukan oleh TPN, pasti diikuti dengan pernyataan mereka terkait alasan penembakan. Jika itu dilakukan oleh TPN, itu merupakan perlawanan mereka atas tuntutan keinginan Merdeka, atas proses pembunuhan yang terus dilakukan oleh Negara Indonesia melalui kekerasan dari awal integrasi hingga saat ini. Penembakan ini sebagai protes terhadap Negara dan dunia, atas pencaplokan dan kekerasan yang terus dilakukan Negara. Semua pihak harus dewasa melihat hal ini. Marthen juga membantah pernyataan-pernyataan petinggi Militer Indonesia terkiat rakyat sipil bersenjata. Menurut Marthen, di Papua itu tidak ada rakyat sipil bersenjata. Yang pegang senjata di Papua itu hanya TNI/POLRI, TPN (Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat), dan Intelijen. Pernyataan Rakat Sipil bersenjata itu hanya untuk melegitimasi dilakukannya penyisiran di kehidupan rakyat sipil, yang justru menjadi peluang pembantaian dan pembunuhan rakyat sipil, sebagai upaya kelegalan kekerasan. Dan ini tidak benar, sehingga hal itu harus diluruskan. Marthen mengkawatirkan, pernyataan rakyat sipil bersenjata hanya segabai legalitas untuk dilakukannya pembantaian terhadap rakyat sipil, ketika Aparat tidak mampu mengejar pelaku.
Terkait peristiwa itu, Marthen Goo memintah, melalui kasus ini, sesungguhnya semua pihak harus mencari Solusi, bukan saling salah menyalahkan. Jika melalui kekerasan ini, dilakukan represif yang besar, justru akan mempersulit persoalan, dan akan menambah korban dan dikawatirkan akan meluas. Jika perundingan atau Dialog bisa menjadi sarana, semestinya Negara mau buka diri, bukan Negara justru melakukan kekerasan terus menerus di Papua. pada saat yang sama, Marthen juga menghimbau pada semua tim Independen yang pro kemanusiaan dan para simpatisan, untuk membantu memonitoring kasus kekerasan di Puncak Jaya dan Sinak, serta bersama untuk dilakukannya Advokasi agar kekerasan di Puncak Jaya tidak membias dan meluas pada rakyat sipil tak berdosa. (***BIKO***)
Sumber: http://nationalpapuasolidarity.blogspot.com/2013/02/ratusan-masyarakat-tiginambut-sinak.html
Menurut keterangan saksi di lapangan, Y/P dari Tiginambut dan V/T dari Sinak, Rakyat saat ini sedang mengungsi jauh dari kejadian, yang jauh dari Kecamatan Tiginambut dan Sinak, sebagai upaya penyelamatan diri. Y/P mengawatirkan ada korban saat pengungsian. Menurut saksi mata, situasi di Puncak Jaya dan Sinak sampai saat ini masih tegang. Sementara menurut Koordinator NAPAS, Marthen Goo, Pelakunya masih simpang siur. Apakah benar TPN (Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat) yang melakukannya, atau ada pihak tertentu. Karena jika dilakukan oleh TPN, pasti diikuti dengan pernyataan mereka terkait alasan penembakan. Jika itu dilakukan oleh TPN, itu merupakan perlawanan mereka atas tuntutan keinginan Merdeka, atas proses pembunuhan yang terus dilakukan oleh Negara Indonesia melalui kekerasan dari awal integrasi hingga saat ini. Penembakan ini sebagai protes terhadap Negara dan dunia, atas pencaplokan dan kekerasan yang terus dilakukan Negara. Semua pihak harus dewasa melihat hal ini. Marthen juga membantah pernyataan-pernyataan petinggi Militer Indonesia terkiat rakyat sipil bersenjata. Menurut Marthen, di Papua itu tidak ada rakyat sipil bersenjata. Yang pegang senjata di Papua itu hanya TNI/POLRI, TPN (Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat), dan Intelijen. Pernyataan Rakat Sipil bersenjata itu hanya untuk melegitimasi dilakukannya penyisiran di kehidupan rakyat sipil, yang justru menjadi peluang pembantaian dan pembunuhan rakyat sipil, sebagai upaya kelegalan kekerasan. Dan ini tidak benar, sehingga hal itu harus diluruskan. Marthen mengkawatirkan, pernyataan rakyat sipil bersenjata hanya segabai legalitas untuk dilakukannya pembantaian terhadap rakyat sipil, ketika Aparat tidak mampu mengejar pelaku.
Terkait peristiwa itu, Marthen Goo memintah, melalui kasus ini, sesungguhnya semua pihak harus mencari Solusi, bukan saling salah menyalahkan. Jika melalui kekerasan ini, dilakukan represif yang besar, justru akan mempersulit persoalan, dan akan menambah korban dan dikawatirkan akan meluas. Jika perundingan atau Dialog bisa menjadi sarana, semestinya Negara mau buka diri, bukan Negara justru melakukan kekerasan terus menerus di Papua. pada saat yang sama, Marthen juga menghimbau pada semua tim Independen yang pro kemanusiaan dan para simpatisan, untuk membantu memonitoring kasus kekerasan di Puncak Jaya dan Sinak, serta bersama untuk dilakukannya Advokasi agar kekerasan di Puncak Jaya tidak membias dan meluas pada rakyat sipil tak berdosa. (***BIKO***)
Sumber: http://nationalpapuasolidarity.blogspot.com/2013/02/ratusan-masyarakat-tiginambut-sinak.html