Agus Kadepa |
Jayapura – Pada Bumi Perkemahan (Buper) terdapat sekelompok anak –
anak yang bermain dan belajar. Diantara sekian puluh anak kecil terdapat
dua orang remaja yang terlihat diantara anak-anak.“Kami mendirikan
kelompok bermain ini, atas dasar keprihatinan terhadap anak-anak.
Dimana
orang tuamereka dari pagi hingga sore berada dikebun atau berjualan
hasil kebun.
Sehingga perhatian orang tua kepada para anak-anak cukup
minim” ujar Agus Kadepa mengawali pembicaraan saat ditemui di Perumnas 4
Padang Bulan Minggu (24/02).
Para anak-anak hanya mendapatkan perhatian orang tua ketika para
orang tua pulang dari kebun ataupun berjualan dari pasar saat malam hari
tukasnya. Keprihatinan dirinya dan Yohanna Pulalo terhadap anak-anak
inilah yang membuat mereka secara aktif melakukan kegiatan nyata.
Agus menjelaskan bahwa kegiatan kelompok belajar ini berdiri sejak
Januari 2012 dan hingga sekarang mempunyai 25 orang anak-anak asuh yang
berusia 5-12 tahun. Kami dalam 1 minggu melakukan tiga kali pertemuan
yakni hari Minggu, Rabu dan Jumat. Kegiatan yang diajarkan adalah
mengenal huruf, membaca, mengenal angka , bernyanyi dan mewarnai gambar
tambahnya.
“Untuk biaya dan kebutuhan lainnya , kami dapatkan secara mandiri,
misalnya untuk membeli buku, pensil, pensil warna ataupu buku
menggambar. Kami tlas idak mendapatkan bantuan dari pihak manapun” ujar
pria yang masih kuliah di FKIP Uncen.
Sementara Yohanna Pulalo menambahkan bahwa untuk ruang belajar
mereka menggunakan areal di alam terbuka . “Kami kadang melakukan
aktivitas bawah pohon ataupun seputaran Gua Maria Buper Waena ” ujar
aktivitas perempuan. Dan para orang tua sangat merespon positif kegiatan
yang kami lakukan terhadap anak-anak mereka tambahnya dengan mimik
penuh senyum.
Foto bersama pendamping, Yohanna Pulalo |
Kendala yang dihadapi saat ini adalah mengenai alat belajar , buku
dan tempat yang represetatif untuk menunjang proses belajar mengajar.
Kedepannya mereka akan membangun sebuah Honai belajar sehingga mereka
bisa punya tempat yang baik dalam proses belajar mengajar. “ Bahkan
orang tua mereka juga akan membantu membangun honei belajar. Namun kami
masih mencari dana untuk hal itu” ujar alumni Uncen.
Sementara untuk ketersediaan buku sedang diupayakan oleh
@MarthenGoo yang telah mengontak komunitas @BukunUntukPapua melalui
twitternya. Yohanna berharap buku yang nantinya dikirim untuk usia 4-12
tahun atau anak-anak.
Selain ketersediaan buku yang mendesak dirinya juga prihatin karena
dalam kelompok belajar kami, masih terdapat beberapa siswa kelas 3 dan 4
yang masih belum bisa membaca dan terdapat 4 orang anak yang putus
sekolah. “Kami berdua pada berharap tahun ini keempat anak tersebut bisa
sekolah kembali. ” ujar Yohanna Pulalo sambil semangat.
Para anak-anak yang antusias mengikuti pelajaran |
Aktivitas yang dilakukan oleh kedua remaja asli Papua ini patut
diacungi jempol walaupun tanpa dana namun mereka telah mendedikasikan
dirinya untuk mengasuh anak-anak untuk membaca dan menulis di Buper
Waena tanpa pamrih. Komunitas ini mempunyai blog : http://gmptigapapua.blogspot.com dan dapat mengontak mereka melalui email : gmptigapapua [at] gmail.com (wirya)
Sumber : http://infojayapura.com/24/02/2013/150.html/