Oleh Yanuarius Anouw
Beberapa tahun belakangan ini, terjadi perubahan drastis pada perkembangan anak muda usia dini (remaja dan pemuda) sampai dengan orang tua. Bisa dikatakan, usia dini, Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Perguruan Tinggi (PT), sedangkan orang tua bisa dikatakan Pegawai Negeri Sipil (PNS), Organisasi non Pemerintah / Lembaga (ORNAP) dan sebagainya.
Jika di-review kembali kondisi perkembangan teknologi pada tahun 90-an ke bawah dengan tahun 2000 sampai saat ini, sangat jauh berbeda. Hal ini bisa dikategorikan dalam 2 (dua) tahapan perkembangan teknologi modern dengan perkembangan mind-set manusia.
Kategori pertama adalah orang hidup pada tahun 90-an ke bawah, tergantung pada apa yang mereka peroleh, misalnya buku catatan sekolah atau buku paket yang ada. Bisa katakan juga bahwa, jaman itu serba susah, karena perkembangan teknologi dan juga perkembangan media sosial (online) pun jarang atau kurang diminati untuk memperoleh informasi, data, atau untuk bersenang-senang seperti aplikasi Facebook, BBM, Line, WhatsApp, Dropbox, dan Gmail yang saat ini berkembang. Beberapa aplikasi bisa saja sangat membantu transaksi antar kehidupan social, namun berbeda juga dengan kondisi kehidupan komunitas sosial atau kebedaan orang. Misalnya, di Jakarta, aplikasi media sosial ini sangat membantu dalam perkembangan sosial dan memperoleh informasi. Namun sisi lain, bersenang-senang dengan teknologi modern. Berbeda dengan kabupaten/kota yang jauh mengalami ketetinggalan dengan perkembangan teknologi modern.
Kategori dua adalah orang yang hidup pada tahun 2000-an sampai saat ini. Jika dilihat dari perkembangan teknologi modern tahun 2000-an sampai saat ini, satu nilai plus yang sudah hilang adalah “Budaya Membaca”. Hal ini sangat terkait dengan perkembangan teknologi saat ini. Perkembangan teknologi modern bukan membantu kita, tetapi membunuh mind-set budaya membaca yang sudah ditransaksi atau ditransfer oleh orang tua kita.
Berdasarkan kedua poin ulasan sederhana ini, jika di-review kembali berdasarkan perspektif atau paradigma kita, pasti mempunyai konsep masing-masing dengan ulasan yang berbeda pula.
Budaya membaca dan perkembangan teknologi modern sebenarnya sangat membantu dalam karier kita, baik itu dalam pendidikan, maupun karier sebagai pelayan masyarakat di instansi (stakeholder) masing-masing.
Perubahan besar saat ini terjadi adalah perkembangan teknologi modern. Perkembangan teknologi modern (media sosial / online) sudah mulai berkembang, namun untuk memanfaatkan fasilitas teknologi modern yang sudah ada menjadi masalah utama, terutama di wilayah bagian timur (Pulau Papua).
Wilayah bagian timur, Pulau Papua, budaya membaca hampir puna dikarenakan serba adanya dengan teknologi modern. Sangat membantu, ketika kita terapkan konsep budaya tahun 90-an ke bawah di wilayah bagian timur, yang paling utama adalah kita sebagai generasi muda, “Anak Bangsa Papua Melanesia”.
Menyesal dan sedih melihat teman-teman usia dini “Generasi Penerus Pulau Papua Melanesia” yang terjerumus dengan kondisi saat ini. Bisa dikatakan, perkembangan teknologi membantu kita untuk tetap belajar dan meng-update informasi, membaca dan menulis sesuai konsep dan kemampuan kita, namun sebaliknya hal ini.
Banyak generasi muda yang tidak memanfaatkan kesempatan, yang ada untuk menikmati kondisinya, misalnya media sosial “Facebook” dan lain sebagainya. Masalah yang paling mendasarkan terhadap generasi muda adalah memanfaatkan Facebook. Manfaat Facebook juga bisa dikatakan masih dipertanyakan? Manajemen waktu untuk mengelola memanfaatkanFacebook sesuai atau tidak? Meng-update informasi atau data dengan kondisi perkembangan saat ini atau tidak?
Kondisi perkembangan berpengaruh terhadap gaya mind-set orangnya. Konsep “gotong royong” atau “budaya saling membantu” menjadi pondasi utama. Tanpa konsep tersebut sangat disayangkan untuk membangun pondasi sumber daya manusia (SDM) di Pulau Papua.
Bisa diestimasi atau dikalkulasikan aktivitas dan kondisi perkembangan saat ini bagi kita, berdasarkan tahun 90-an dan tahun 2000 sampai saat ini. Konsep budaya membaca bisa dikatakan 20% dan konsep untuk memanfaatkan teknologi (media social / online) 80%. Belum diestimasi juga, bagaimana konsep serapatan pengetahuan berdasarkan aktivitas kedua ini.
(****)
http://majalahbeko.blogspot.co.id/2016/03/efek-buruk-media-sosial-terhadap-anak.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar