Pdt. Socrates Sofyan Yoman (Foto: Elisa Sekenyap/Suara Papua). |
“Di Papua ini kan kejahatan luar biasa ada. Ketidakadilan, kejahatan luar biasa yang terjadi. Ya, ini perlu ada penyelesaian-penyelesaian, itu yang Gereja selalu suarakan. Umat ini hidup dalam kekristenan di atas tanah dan negeri mereka,” ujar Pendeta Yoman kepada suarapapua.com usai meresmikan gedung gereja Baptis Yomaima, Sinakma, Wamena, Rabu (20/1/2016).
Salah satu diantaranya yang disinggung adalah kasus kematian anak di Mbua, Kabupaten Nduga, Papua.
Menurutnya, walau orang Papua hidup di atas negeri dan tanah mereka, tetapi mereka dalam hidupnya merasa gelisah. “Itu suatu kewajaran karena banyak kasus kemanusiaan yang terjadi,” ujarnya.
Melihat realita demikian, kata Sofyan, banyak orang yang secara kelompok maupun individu muncul menyuarakan soal kemanusiaan karena banyak terjadi kasus pelanggaran HAM di Tanah Papua.
“Dan sekarang ada perhatian-perhatian dari orang-orang peduli keadilan, perdamaian di dalam dan luar Papua, bahkan di dunia internasional, karena masalah kemanusiaan,” tegasnya.
Lantaran situasi Papua yang semakin hari semakin sulit karena kasus kejahatan muncul dimana-mana, dirinya mengambil suatu keputusan untuk tetap di Gereja supaya terus menggembalakan umat yang sedang ditindas ini.
“Sebab upaya pemusnahan etnis secara sistematis dilakukan oleh negara, karena itu saya ada di Gereja untuk menggembalakan umat yang ditindas,” tegas Sofyan.
Selain itu, ia menyoroti maraknya peredaran Minuman Keras (Miras) di Tanah Papua yang hingga kini tak bisa dibendung meski sudah terjadi banyak dampak buruk.
“Beredarnya Miras di Papua adalah salah satu alat pemusnah orang asli Papua. Jadi, ini saya lihat sistem yang dibangun oleh negara supaya orang Papua habis, meninggal dengan cara tidak diketahui.”
“Ini kan minuman keras, kalau menembak langsung itu pelanggaran HAM, sehingga saya melihat ini ada siasat yang dibangun. Lalu ada penyakit HIV dan Aids yang beredar, juga banyak faktor lainnya,” ujar Yoman.
Oleh karena itu, pimpinan Gereja menghimbau kepada warga Baptis dan umat Gereja secara umum untuk hidup konsisten, disiplin sesuai firman Allah. Sebab firman Allah adalah undang-undang atau aturan supaya manusia bermoral, beretika dan beriman.
Pendeta Yoman berharap terutama kepada gembala-gembala untuk menggali firman Tuhan dan terjemahkan secara baik untuk relevankan dengan situasi hari ini.
“Contoh pada Natal kemarin, khotbah-khotbah normatif tentang Yesus lahir untuk membawa damai. Tidak bicara tentang orang yang dibunuh selama ini. Seperti kasus pembunuhan 4 siswa di Paniai yang sampai sekarang tidak diselesaikan, padahal jelas pelakunya aparat keamanan. Itu keadilan ada dimana?” ungkapnya mempertanyakan.
ELISA SEKENYAP
http://suarapapua.com//read/2016/01/20/3120/pendeta-socrates-yoman-papua-banyakterjadi-kasus-kejahatan-dan-ketidakadilan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar