Pages

Pages

Jumat, 15 Januari 2016

Pasar Potikelek Dikuasai Pedagang Pendatang, Mama-Mama Papua Mengeluh

Satpol PP ketika menertibkan pedagang non Papua di jalan Safri Darwin Wamena (Foto: Elisa/Suara Papua).
WAMENA, SUARAPAPUA.com --- Peruntukan Pasar Tradisional Potikelek Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, dipertanyakan. Sebab, belakangan para pedagang non-Papua juga diijinkan berjualan.

Yosina Mote Tebai, koordinator Pedagang Mama-mama Papua di Pasar Tradisional Potikelek, menyatakan, pedagang non-Papua hanya diijinkan untuk menggunakan dua los pasar yang ada, sementara sisanya untuk Mama-mama Papua.

“Silakan kasih masuk mereka, tapi hanya dua los saja mereka bisa pakai, sisanya yang sebelas itu untuk kami Mama-mama Papua. Karena banyak Mama-mama Papua dari distrik-distrik belum masuk, jadi mereka yang akan isi,” ujar Mama Mote Tebai kepadasuarapapua.com, Rabu (14/1/2016) siang.

Penegasan itu sekaligus menanggapi adanya pembauran pedagang pendatang dari Jalan Safri Darwin, Jalan Sulawesi dan Jalan Irian Wamena untuk berjualan di Pasar Mama-mama Papua di Potikelek.

Kata Mama Mote Tebai, pihaknya heran dengan surat pemberitahuan Pemerintah Kabupaten Jayawijaya ber-nomor 503/67/NET yang menginstruksikan kepada pedagang non-Papua yang berjualan bumbu dapur dan buah-buahan di jalan Safri Darwin, Sulawesi dan Irian untuk diperbolehkan berjualan di Pasar Tradisional Potikelek.

“Sebelumnya berdasarkan kesepakatan bersama hanya kita ijinkan 7 pedagang non-Papua masuk, itupun kami sepakat di ruko saja, bukan di los pasar, supaya kita lihat perekonomian berjalan atau tidak. Tetapi sekarang bukan hanya 7 orang, malah lebih dari itu dan juga isi los-los yang tidak kita sepakati,” ungkap Mama Mote Tebai.

Ia juga kesal dengan adanya pengalihan ruko-ruko dari orang Papua ke orang pendatang tanpa diberitahu, padahal sebelumnya ruko-ruko itu sudah diberikan kepada pedagang orang Papua.

“Memang benar, sebagian kami belum jalankan usahanya, tetapi pemerintah harus pelan-pelan, jangan tebang pilih begitu. Mungkin dari sebelumnya juga mereka sudah rencana orang pendatang masuk,” ujarnya.

Di lain sisi, ada baiknya jika ada pembauran pedagang Papua dan pendatang, namun dalam kenyataan sering disisikan dengan meningkatnya pedagang pendatang yang lebih terampil dalam hal usaha.

Karena itu, dirinya meminta kepada pemerintah daerah perlu perhatian bagian ini dengan seksama, tidak hanya karena tidak adanya PAD dari pasar ini lalu ambil kebijakan sepihak.

Selain itu, ia menyesal dengan seluruh persiapan peresmian acara pasar tradisional yang memakan biaya besar.

“Acara peresmian itu kami Mama-mama Papua yang sumbang-sumbang uang baru bikin. Bupati bilang akan ganti. Sekarang-sekarang ini kami cek ke Sekda dan pejabat lain, katanya sudah diserahkan ke Perindagkop, tetapi sampai hari ini belum ada,” tuturnya mempertanyakan.

Sebenarnya, lanjut dia, bukan uang yang diharapkan, tetapi kepemilikan dari pasar yang dinyataan sebagai pasar tradisional orang Papua itu yang diharapkan agar pedagang asli diberdayakan.

Senada disampaikan Mama Asso, penjual pakaian bekas. Menurutnya, 7 orang pedagang pendatang yang disepakati sebelumnya tak ditepati. Faktanya, sekarang malah semua pendatang yang di jalan-jalan datang berjualan di Pasar Potikelek.

“Saya tidak tahu, mungkin ada pembicaraan dengan mama-mama lain. Saya harap kami orang Papua harus diberdayakan, kalau hanya beberapa orang saja sebenarnya tidak mengapa, tapi ini hampir semua orang pendatang,” tegas Mama Asso.

Editor: Mary

ELISA SEKENYAP

http://suarapapua.com//read/2016/01/14/3088/mama-mama-papua-pertanyakan-konsistensi-pemda-jayawijaya-perdayakan-orang-papua-di-pasar-tradisional

Tidak ada komentar:

Posting Komentar