Foto ilustrasi. Ist.
Malam mulai menghimpit
angin berhembus menyerbu tulang
Mati rasa dalam ruang kesepian
Pikiran melambai terasa hampa
Jiwa rasa hidup berteman dengan kopi hitam
Badai malam mulai menggocang badan
Jiwa rasa hampa tak ada sahabat
Bergelora di jalanan sendiri seakan semua sudah mati
Ribuan tanya menyerbu pikiran
Sayang realita tak seindah dahulu.
Ribuan jari yang dahulu seakan terpotong satu persatu
Satu persatu pergi mengunsi dalam dunia lain
Yang tersisa hanya melihat yang tersisa
Membisu meninggalkan lalu diam
Rasa tapi diam
Mungkinkah kalian takut?
Diri seakan menanya pada diri
Haruskah ku pergi tanpa jejak tinggalkan realita ini?
Ataukah ku harus diam dan milihat mereka di jalanan dari ujung2 senja?
Aa tidak. Lagu itu benar.
Diam membisu sama saja pengkianat.
Ko datang, barang milik kita
Mestinya kita bersama-berdandeng tangan di jalan ini
menuju Papua Merdeka
Diam, membisu, melihat dari jauh sama dengan mengkhianati!
Tanah Kolonial 11 Juni 2015
Che_De_Goo
http://majalahselangkah.com/content/rasa-dalam-hati