Pages

Pages

Rabu, 17 Juni 2015

KEHADIRAN MILITER DAN DAMPAK NEGATIF DI PAPUA

Oleh, Donatus Bidaipouga Mote

Kekerasan Militer Indonesia Tehadap Orang Asli Papu.
YOGYA. TIMIPOTU NEWS. Salah satu contoh kenyataan pengiriman militer yang terjadi pada awal Desember tahun 2007, sekitar 800 personil TNI AD (KALAH HITAM 312, Siliwangi) dikirimkan ke kabupaten Merauke, Provinsi Papua Barat. 800 personil itu hanya di satu kabupaten saja, itupun tidak terhitung dengan TNI AU, Polisi dan Brimob. 

Artinya bahwa, Kehadiran militer yang terus bertambah itu membuat masyarakat resah dan takut. Ada banyak pengalaman yang dikisahkan oleh masyarakat di kampung-kampung yang berdekatan dengan pos-pos militer. Misalnya, bila mau keluar-masuk kampung, harus lapor di pos tentara, (Hal seperti ini menurut saya sangat aneh sekali). Padahal warga itu berasal dari kampung itu “tanah leluhur mereka”. Selain itu, bangunan-bangunan militer yang mewa, dengan sewenang-wenang menyerobot tanah dan hasil hutan masyarakat Papua.

Mengapa Banyak Militer di Papua

Judul kecil di atas ini patut dipertanyakan secara kritis bahwa dengan alasan, Papua bukan ibu kota negara kok begitu banyak militer?? Papua hanya salah satu Provinsi dari  negara Indonesia.

Mengapa Papua begitu banyak militer?

Pertama, kebijakan negara, karena Papua dianggap “rawan” separatis; hal ini disebabkan oleh kesalahan sejarah yang sudah terjadi sejak PEPERA tahun 1969. Sehingga pemerintah Indonesia terus menerus dihantui kekuatan militer di Papua “ jangan sampai Papua lepas dari NKRI “ negara Indonesia merasa takut Papua keluar dari NKRI karena memang benar penyembunyian sejarah kebenaran bangsa Papua”

Teror tentara terhadap masyarakat Papua merupakan manifestasi teror negara supaya Tanah dan Orang Papua jangan lepas dari NKRI karena Papua secara politis dan Ekonomi sangat menjanjikan. 

Teror terhadap masyarakat Papua merupakan manifestasi teror negara supaya Tanah dan Orang Papua jangan lepas dari NKRI. Kalau memang Indonesia niat baik dan mau mempertahankan Papua ke dalam NKRI, Mengapa dilakukan secara kekuatan militer? Mengapa Negara mengorbankan berapa ratus orang dengan senjata?? dengan teror ini saya rasa kapan dan dimana pun tidak akan selesai.

Tanah Papua kaya akan sumber daya alam, sehingga sering menjadi ajang perebutan kekuasaan antara elit nasional dan elit lokal terkait dengan kepentingan politis dan ekonomis itu. Di sini, peran militer sangat  vital  untuk mem-back up penguasa dan pegusaha yang mempunyai kepetingan politis dan ekonomi di tanah Papua, dan yang menjadi korban adalah MANUSIA ASLI PAPUA DAN ALAM PAPUA.

Kedua, pemekaran-pemekaran kabupaten yang dilancarkan oleh Pemerintah pusat bekerja sama dengan beberapa elit lokal yang mencari kepentingannya. Hal pemekaran ini juga tidak terlepas dari  hal penguasa, pengusaha dan militer. Logika sederhana saya bahwa, supaya kekuasaan itu langgeng(tetap menang), dia harus bayar kepada militer. Akibat dari pemekaran yang banyak di Papua negara juga meluangkan kesempatan untuk mengirim militer.

Ketiga, supaya kolaborasi dan perselingkuhan ini tetap terjadi/konfik ini tetap terjadi maka militer diciptakan strategi konflik, kemudian strategi konflik dari militer peraktek dalam masyarakat Papua. Memunculkan strategi konflik ini supaya militer mempunyai proyek dengan dana yang besar atas nama keamanan dan kestabilan nasional.

Keempat, adanya lingkaran setan kepentingan antara penguasa, pegusaha, dan militer.

Dampak Kehadiran Militer di Papua

1.    Adanya keresehan dan ketakutan dalam masyarakat Papua.

2.    Terbelunggunya hak atas kebebasan untuk mengungkapkan pendapat

3. Stigmatisasi sosial dan politik: pembunuhan karakter dan proses demokratisasi di Tanah Papua dan Orang Papua. Hal ini terlihat jelas bila ada sekelompok masyarakat Papua yang bersikap kritis terhadap kebijakan negara serta perilaku aparat negara yang tidak adil dan menindas, maka masyarakat Papua dicap dan diberi stigma sebagai ‘separatis” serta Tanah Papua dicap sebagai “ rawan keamanan” sehingga terus mendatangkan militer. Proses stigmatisasi ini terus berlangsung sampai saat ini dan ini terjadi secara sistematis dan sosio-kultural sehingga mematikan karakter dan kreativitas mayarakat asli Papua.

4.    Terciptanya istilah “zona damai” di Tanah Papua. Kita perlu mengklarifikasi istilah ini secara kritis karena istilah “zona damai” hanya bisa pakai/hanya bisa ada, kalau “zona perang”, karena tanah Papua bukan medan perang.

Dari penjelasan tulisan diatas dapat menarik benan merah bahwa terjadi kehadiran militer di Papua “Militerisasi di Papua” telah memberikan dampak buruk bagi Orang Asli Papua. Sebab sejarah telah mencatat dengan rapi akan kehidupan orang Papua dalam NKRI bahwa ribu juta Orang Papua telah korban kekerasan militer. Oleh sebab itu, harpannya pemerintah Indonesia mestinya memaknai bineka tunggal ika yang telah menjadi dasar negara republik Indonesia. 

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan suku dan ras dan budaya, maka watak pemerintah Indonesia juga mesti brwatak untuk melindungi masyarakat dari berbagai suku, ras dan budaya yang sudah ada. Intinya, esensi negara berbudaya mesti ditunjukkan dengan implementasi dalam perlindungannya.

Catatan “tulisan ini pernah dimuat dalam buku saya yang pertama “Jeritan anak bangsa” tahun 2012.

Reporter Of Timipotu News
Int. Bidapouga////http://www.timipotu.com/2015/06/kehadiran-militer-dan-dampak-negatif-di.html