Pages

Pages

Selasa, 09 Juni 2015

FREDRIK SOKOY KUCING HITAM YANG TELAH TUMBUH CAKAR

FREDRIK SOKOY KUCING HITAM YANG TELAH TUMBUH CAKAR

Fredrik Sokoy adalah Dosen Antropogi Fisip-Uncen yang sejak tahun 2013 di percaya oleh Alm Rektor Uncen Prof. Karel Sesa sebagai Pembantu Rektor III yang membidangi Kemahasiswaa. Jauh sebelumnya Fredrik Sokoy adalah Pembantu Dekan PD) I yang membidangi akademik Fisip-Uncen pada kepemimpinan dekan Fisip-Uncen Bapak Prof Dirk Veplun.

Sebagai seorang antroplogi Fredrik Sokoy sangat diharapkakan oleh pihak lembaga Uncen (kepemimpinan Prof Karel Sesa) ,sekiranya bisa merangkul ribuan mahasiswa di Uncen yang berbeda latar belakang, dan berbagai padangan serta idialisme. Pada awal menjabat sebagai PR III Uncen dia (Fredrik Sokoy) dapat dengan muda menjadi "jembatan penghubung" antara berbagai golongan mahasiswa.

Pendekatan sebagai seorang dosen dan antropologi memang sangat bermanfaat mengawali kerja dia sebagai PR III Uncen. Namun seperti kata dia (fredrik Sokoy) di gedung Aula saat Ospek mahasiswa Fisip-Uncen tahun 2011, "nama saya Fredrik Sokoy, asal saya, Sentani INDONESIA" dengan tegas dia sebutkan ketika itu. Saat saya mendengar sambutan dan perkenalan dia. telah saya garis bawahi arah serta sikap politiknya.

Saat menjabat sebagai PD I Fsip-Uncen sikap dia seperti "kucing yang tidak mempunyai cakar". Saya mengatakan demikian karena di masa sebagai seorang dosen biasa hingga menjabat sebagai PD I, Fredrik Sokoy telah sering berpapassan dengan aktivis mahasiswa Uncen. Bahkan tidak sedikit aktivis mahasiswa Uncen yang backroundnya adalah Antropologi.

Namun sepertinya Fredrik Sokoy telah menyimpan frustasi itu. Seorang mahasiswa administrasi negara fisip Uncen angkatan 2012 pernah bertemu dengan dia untuk masalah administrasi di kampus, mengatakan. "pernah mendengar dari mulut PD I Fisip-Uncen saat itu (Fredik Sokoy), bahwa dia di suruh membuat satu kelompok tandingan untuk menyerang aktivis mahasiswa saat melakukan aksi demonstrasi di gapura Uncen). Hal tersebut menjadi kenyataan ketika dia menjabat sebagai PR III Uncen dan membackap organisasi kemahasiswaan intra kampus (BEM/MPM Uncen) untuk membubarkan aksi mahasiswa di gapura Uncen bahkan tidak sedikit yang pernah di pukul mereka.

PR III Uncen Fredrik Sokoy "nama naik" seketika di tahun 2013 hingga 2015, karena kebijaksanaannya yang terkesan baru, pertama, membubarkan aksi mahasiswa, mengisisnkan polisi masuk kampus dan menangkap mahasiswa, mengintervensi organisasi mahasiswa, kesepakatan ilegal dengan kepolisisan, dll. Dosen Antropologi yang pembawaan serta cara mengajar yang sangat formal, dan monoton ini benar-benar melakukan pembahuruan menurut dia.
Atau munngkinakah ini hanya sebuah sikap frustasi dia karena tidak lolos verifikasi bakal calon bupati Kab. Jayapura beberapa tahun siam (baca link ini http://www.klikhwl.com/…/mk-perintahkan-kpu-jayapura-lakuka… dan http://gresnews.com/…/1943181-calon-bupati-jayapura-yakin-l…). Ironi, birokrasi dan politik di Republik ini memang selalu mengorbankan para politisi pemula seperti dia.

Sikap-sikap inilah pantas kita analogikan sebagai kucing hitam yang telah tumbuh cakar.

Sebagai seorang seorang yang paham etnografi dia cukup baik dalam melakukan pendekatan kepada mahasiswa, namun sebenarnya itu adalah Cakar kebohongan dan manipulasi. 

Saya akhiri tulisan ini mengutip seorang jurnalis lokal yang beberapa kali melihat PR III Uncen saat berbicara dengan mahasiswa yaitu "dia sangat MUNAFIK".

Sumber : Ricky Tau