Kesimpulan dari semua pembicaraan yang keluar dari mulut Bapak PR III
UNCEN Fredrik Sokoy, serta berdasarkan keterangan dari semua aktivis
mahasiswa yang telah sering kali mendengar serta berbicara dengan
beliau. Masukan serta dorongan beliau kepada para aktivis dinilai hanya
sebetas retorika belaka. Kata-kata yang lembut semata-mata hanya
ketrampilan komunikasinya sebagai seorang dosen (Jurusan Antropologi)
dan seorang politisi dari Kabupaten Jayapura (Beliau pernah gagal dalam
ferivikasi Balon Bupati kab. Jayapura).
Paling pertama adalah, beliau sebagai
seorang dosen selalu mendorong mahasiswa (aktivis) untuk melakukan satu
trobosan-terobosan intelektual selain demonstrasi. Pembicaraan beliau
dan para aktivis mahasiswa selalu berakhir kepada suatu kesimpulan yaitu
pelaksanaan ‘seminar’. Kegiatan untuk mengkaji isu yang angkat oleh
mahasiswa. Namun sekali lagi ternyata adalah kebohongan beiau untuk
meminta mahasiswa menghentikan aksi demonstrasi di gapura Uncen. Sejak
tahun 2013 misalnya, mahasiswa selalu meminta difasilitasi auditorium
untuk sminar menganai Otsus Plus namun tidak pernah di gubris. Pada
tahun 2015 awal mahasiswa telah meminta di fasilitasi auditorium untuk
seminar budaya “apakah Papua adalah melanesia” namun itu juga hasilnya
adalah penolakan dari lembaga Uncen.
Kedua adalah tentang organisasi kemahasiswaan, Beliau semenjak naik
jabatan sebagai PR III Uncen selalu mendesak para aktivis mahasiswa yang
menduduki jabatan organisasi Ketua BEM/MPM, BEMF/DPMF, HMJ,
Komisariat) untuk segera mereorganisasi tepat waktu, yaitu hanya setahun
seperti aturan kepmendikbud No 155. Dengan alasan tertip berorganisasi
mahasiswa. Namun semata-mata adalah salah satu dari taktik beliau untuk
mereduksi aktivisme mahasiswa di kampus. Beliau beranggapan kapasitas
mahasiswa sebagai pengurus organisasi akan banyak mempengaruhi mahasiswa
karena kontak pegurus organisasi dengan mahasiswa di jurusan hingga
fakutas. Bukti dari hal itu adalah masi dibiarkannyaan pennudaan
reorgansasi tingkat universitas BEM/MPM Uncen dan BEMF/DPMF di kampus,
hal terbut dipahami karena oknum mahasiswa adalah alat beliau untuk
mereduksi gerakan mahasiswa di kampus. Mahasiswa yang demonstrasi
biasanya disulurh bubar dan di pukul oleh mereka.
Ketiga adalah kebohonngan PR III Uncen tentang aktivitas keluar masuk
Kepolisian di dalam kampus Uncen. Selalu saja atas nama lembaga belia
berdali bahwa Uncen selalu ditekan oleh lembaga kepolisian, ada juga dia
katakan banyak pelaku kriminalitas yang bersembunyi di wilayah kampus,
dll. Pada waktu pembongkaran poskoh MSG di kampus abepura PR III
melakukan pembohonga bahwa pembongkaran itu atas desakan POLDA Papua,
Beliau mendesak mahasiswa sendiri untuk membongkar posko MSG,
dikarenakan ancaman polisi akan masuk dan membabi buta menangkapap serta
membongkar posko di dalam kampus. Namun ternyaat kedatangan pihak
kopilisian tidak langsung membongkar namun menunjukan surat
“permohonan pembongkaran posko”.
Kebongan selanjutnya adalah pendakatan kepada para aktivis mahasiswa
atau mahasiswa yang di anggap sebagai mahasiswa yang punya peluang dapat
mempengaruhi mahasiswa lain. Hal tersebut biasanya dari hasil pemetaan
beliau secara pribadi maupun informasi dari mahasiswa lain (informan).
Beliau selalu mendekatkan diri dan secara pribadi menawarkan beasiswa
(bantuan studi). Secara intens beliau meminta waktu berdiskusi dan
meminnta dikumpulkannya data mahasiswa sebagai syarat bantuan studi
tersebut. Strategi ini berhasil karena mengikat emosional mahasiswa
dengan beliau sekaligus dapat mengontrol mahasiswa (aktivsis) tersebut.
Beasiswa ini sebagian aktivis mahasiswa telah dapat dan sebagian lainnya
tidak ada kejelasan.
Dengan demikian saya menghimau kepada para pejuang di kampus (aktivis
Papua Merdeka) untuk terus menanamkan dalam dirinya, jiwa serta
Idialisme yang kuat agar tidak mudah di perdaya dengan omongan dan tipu
daya pihak-pihak yang tidak memahami perjuangan besar rakyat Papua yang
juga telah jatuh pada pundak kita mahasiswa Papua (pak RT)
https://gemparpapua.wordpress.com/2015/06/10/empat-kebohongan-pr-iii-uncen-yang-harus-di-antisipasi/