Oleh Martinus Iyai
Ilustrasi pelanggaran HAM berat NKRI terhadap OAP. Foto: MI/BEKO. |
Sejak
Pepera 1969 hingga kini, tangisan air mata dan tumpahan darah orang asli Papua
(OAP) kian berlarut di tanah Papua, dari Sorong sampai Samarai. Selain itu, Papua
sudah ditimpa berbagai bencana sosial (baca : Papua Dalam Intimidasi Bencana Sosial). Kekerasan, pemerkosaan (SDA), pembunuhan, penangkapan, dan
penyiksaan dari NKRI sangat melebih batas atau yang lazim kita sebut
“pembunuhan HAM” yang dibuat NKRI sendiri. Mereka (NKRI) yang membuat UUD dan
merekalah yang menginjak-injakannya. Aneh, tapi ini kenyataan yang terjadi di
Papua.
Dengan
berbagai
taktik, Indonesia selalu membunuh orang Papua demi mengusai tanah dan
sumber daya alam Papua. Sejak awal (Pepera 1969), Indonesia dengan
liciknya
menipu orang Papua dan Indonesia sudah tidak menghormati orang Papua.
Sedangkan,
sumber daya manusia (SDM) OAP yang berkulit hitam, berambut keriting
dianggap “binatang” oleh Indonesia. Bagi Indonesia, orang asli Papua
tidak berharga. OAP yang penting menurut Indonesia adalah mereka yang
berkepentingan sepihak. Tapi, OAP yang dianggap penting oleh Indonesia
Jadi,
Indonesia akan dibunuh nantinya oleh Indonesia sendiri atau mungkin saja
dengan
kerja alam Papua.
Kami OAP
ingin hidup bebas dan berdiri sendiri di atas tanah kami, tanah Papua. Kami
sangat bosan akan hari-hari yang kami lalui dengan pemerkosaan, pembunuhan, penyiksaan,
teror, intimidasi, dan lainnya. Tuhan, jika yang mereka (Indonesia dan OAP yang
menjual harkat dan martabat OAP) lakukan itu menyenangkan di hati-Mu, maka
biarlah ini terjadi. Tetapi, jika tindak kejahatan yang mereka lakukan itu
tidak menyenangkan di hati-Mu, maka lihatlah kami di atas tanah pemberian-Mu.
Ini kami anak-anakMu. Kami juga ingin bebas dari cengkraman NKRI. Mari melangkah
dan tetap di jalan yang kita pilih! Salam juang OAP!
http://majalah-blackkoteka.blogspot.com/2015/04/kami-oap-ingin-hidup-bebas-dan-berdiri.html