Foto, IST Edit Kolaiatag |
Kasus Yahukimo, Inilah Trik Pembohongan Polda Papua
Victor Yeimo
Dalam kasus
kericuhan di Yahukimo, ada pembohongan, ada skenario kriminalisasi gerakan
damai rakyat sipil yang dimediasi KNPB, ada juga
–dan ini yang utama- pengalihan opini dari penembakan 5 warga sipil di Paniai
oleh anggota Polda Papua yang belum mau diungkap oleh Polda Papua. Tetapi juga,
ini hanyalah taktik yang bertujuan menyukseskan strategi Kepolisian yang lebih
besar yakni perluasan Markas Komando (Mako) Brimob dan promosi jabatan
Kepolisian.
Bila kita telusuri, tidak satupun fakta kebenaran yang mampu
diungkap dari setiap kejahatan yang dibuat oleh Polisi yang bertugas di Papua.
Dari Kapolda berganti Kapolda menunjukan pola yang sama. Kebohongan polisi
didukung wartawan bayaran yang beroperasi di berbagai media lokal dan nasional
Indonesia. Sangat disayangkan, dalam dunia tehnologi dan informasi yang begitu
terbuka luas, fakta yang hendak ditutupi tidak mampu tertutupi, sehingga pola
pengalihan dibuat.
Kicauan Kapolda Papua kepada Presiden Jokowoi dan DPR-RI Komisi
III untuk bubarkan KNPB membuktikan pengalihan itu. Presiden Jokowi, bahkwan
Komis III DPR-RI bidang hukum dan HAM, Benny K Harman saat berkunjung ke Polda
Papua beberapa waktu lalu mendesak agar menuntaskan kasus penembakan sejumlah
warga sipil di Kabupaten Paniai 8 Desember 2014 yang hingga kini pelakunya
belum terungkap.
Untuk menutupi kasus Paniai dari sorotan DPR-RI dan Jokowi,
Kapolda sengaja mengirim Brimob Polda Papua ke Yahukimo untuk melakukan
penembakan kepada rakyat sipil yang sedang melaksanakan ibadah penutupan
penggalangan dana kemanusiaan untuk bencana Vanuatu.
Padahal, aksi penggalangan dana di Yahukimo itu sudah berjalan
aman 6 hari atas kesepahaman bersama Kapolres Yahukimo dan Pengurus KNPB, dan
bila dibiarkan sudah tentu akan aman seperti biasa. Ini semata-mata dilakukan
agar menjadi opini nasional sehingga kasus Paniai tertutupi.
Polisi yang membabi buta menyerang massa menewaskan 1 warga
sipil, 6 orang tertembak masih di rawat, dan belasan warga sipil ditangkap dan
disiksa. Sementara 14 rumah warga dibongkar polisi. Kapolda justru meminta
wartawan untuk tidak berpihak pada KNPB dan memberitakan versi kebohongan Polda
Papua.
Buktinya, KNPB telah bertandang ke Polda Papua untuk menjelaskan
bahwa KNPB sedang mencari Senjata Api yang dirampas warga dari Polisi, dan
setelah KNPB mencari dan mendapatkan dari warga dan mengembalikan ke Polisi
melalui Gereja justru Polisi kembali menuduh bahwa mereka mendapatkan Senpi di
Sekreatariat KNPB saat Penggrebekan.
Media Indonesia mengutip dan membesarkan pembohongan itu. Dan
lagi-lagi, inilah strategi Polda menghindar dari kejahatan penembakan dan
pengrusakan yang dilakukan Polisi di Yahukimo, karena tujuan Polda Papua adalah
mengambil alih opini nasional untuk menutupi kasus kejahatan yang sedang
dilakukan oleh Polisi di Papua.
Sebelumnya, tentu Kapolda memainkan pengalihan opini dengan
kasus Penembakan yang dituduhkan kepada Ayub Waker di Timika (1/12/2014).
Kemudian, Polda Papua melalui Polres Nabire juga melakukan penangkapan dan
penggrebekan secara membabi buta terhadap anggota KNPB di Nabire, dimana
barang-barang berharga seperti Laptop dan Handphone milik warga belum dikembalikan.
Skenario ini berlanjut sampai di Merauke dengan penempatan Bom
di depan Kantor KNPB Merauke oleh oknum Polisi (5/3/2015), yang kemudian Polisi
merusak Kantor KNPB Merauke.
Inilah rangkaian pembohongan, skenario kriminalisasi dan pengalihan yang terang-terangan dilakukan untuk menutupi kejahatan polisi di Papua. Sementara strategi yang lebih besar adalah menjadikan gerakan damai rakyat sipil Papua sebagai kriminal agar proyek promosi jabatan para petinggi kepolisian dan perluasan markas brimob dapat tercapai.
Inilah rangkaian pembohongan, skenario kriminalisasi dan pengalihan yang terang-terangan dilakukan untuk menutupi kejahatan polisi di Papua. Sementara strategi yang lebih besar adalah menjadikan gerakan damai rakyat sipil Papua sebagai kriminal agar proyek promosi jabatan para petinggi kepolisian dan perluasan markas brimob dapat tercapai.
Kita bisa mencermati secara terbuka bahwa Kapolda “ngotot”
membuka Mako Brimob di Wamena ditengah penolakan yang dilontarkan oleh berbagai
lapisan masyarakat di Jayawijaya. Wilayah pegunungan yang sudah hidup tenang
dan damai dijadikan wilayah konflik. KNPB Yahukimo yang selama ini memediasi
aksi damai rakyat diganggu Polisi agar tercipta konflik, dengan demikian
Pembangunan Mako Brimob dapat terealisasi cepat di Jayawijaya.
Adalah strategi lasim yang tidak perlu ditutupi oleh Polda
Papua. Sebab, rakyat yang berjuang untuk Papua Merdeka tidak bersembunyi dan
tersembunyi. Perjuangan itu ada di hati seluruh orang Papua yang ada diatas
teritori West Papua. Itu fakta dan bukan hal baru. Yang fenomenal dan membudaya
adalah kelakukan dan kiat-kiat kolonialisme yang masih menggunakan pola lama
dalam masa yang sudah terbuka luas.
Semua orang tahu bahwa ciri-ciri seorang pembohong adalah orang
yang selalu berkeras kepala menyalakan orang atau pihak lain. Bila Kapolda
terus menyalahkan KNPB, semua orang akan semakin tahu pembohongan bersumber
dari mana.
Penulis Adalah Victor Yeimo Ketua Umum Komite Nasional Papua Barat (KNPB)