Badai topan melanda Vanuatu (Foto: Ist)
JAYAPURA, SUARAPAPUA.com --- Lebih dari 40 orang
di negara Vanuatu dilaporkan meninggal dunia akibat terjangan badai
topan, Sabtu (14/3/2015). Bencana alam yang meluluhlantakkan Vanuatu,
mengundang keprihatinan dan duka mendalam berbagai pihak, tak terkecuali
orang Papua.
Ketua Umum Komite Nasional Papua Barat (KNPB), Victor F Yeimo,
mengatakan, laporan yang diterima menyebutkan, badai Topan Pam yang
melanda Vanuatu membawa korban nyawa, selain pepohonan, fasilitas umum
dan rumah-rumah warga di sana roboh.
“Kondisi memprihatinkan tengah dialami rakyat Vanuatu, dan kami pun ikut berduka cita,” ujarnya kepada suarapapua.com, melalui telepon seluler, Minggu sore.
KNPB menyerukan, “Rakyat West Papua untuk ikut berduka secara nasional, serta menaikan doa keselamatan dan penghiburan pada rakyat Vanuatu, semoga Tuhan pemilik hidup dan alam semesta memberi penguatan dan hiburan.”
Duka mendalam rakyat Vanuatu, kata Yeimo, duka bagi orang West Papua. Karena itu, KNPB bersama rakyat wajib menundukkan kepala sembari mendoakan puluhan orang Vanuatu yang menjadi korban Topan Pam sejak Jumat (12/3/2015).
“Kami bangsa Papua Barat yakin dibalik bencana alam ini, Tuhan memiliki rencana terbesar bagi bangsa Vanuatu yang terus menjadi ujung tombak eksistensi Melanesia di Pasifik,” ujar Yeimo seraya berduka atas bencana tragis yang menimpa masyarakat Vanuatu.
Ia mengajak orang Papua untuk mendoakan rakyat Vanuatu. Doa menjadi sangat penting bagi keselamatan sesama di negara Vanuatu.
Laporan Reuters sebagaimana dilansir cnnindonesia.com edisi Sabtu (14/3/2015) kemarin, badai Topan dengan angin berkecepatan hingga 250 kilometer per jam telah meluluhlantakkan sebagian wilayah Vanuatu, hingga memakan korban jiwa.
Saksi mata melihat topan kategori 5 bernama Pam ini menghasilkan gelombang air laut hingga setinggi 4 meter, menyebabkan banjir di ibukota Port Villa pada Jumat malam.
Dampak lain dari angin kencang yang menghantam ibukota Vanuatu, sebagian besar jaringan komunikasi di sana terputus. Warga sulit terjebak, juga sulit berkomunikasi ke luar.
Alice Clements, juru bicara untuk lembaga bantuan anak PBB, UNICEF, mengungkapkan kekhawatiran dari dampak badai Topan yang menerjang Vanuatu.
Menurutnya, topan tersebut seperti bom yang meledak di tengah kota. “Dunia seperti mau kiamat. Seperti bom yang meledak di tengah kota. Tidak ada listrik dan air.”
Alice mengaku mendengar laporan bahwa banyak korban tewas dan terluka akibat badai Topan. Juga, banyak warga di sana minta bantuan untuk menyelamatkan diri mereka.
Selain itu, atap-atap rumah beterbangan saat warga mencoba mencari tempat perlindungan. Sebagian orang terjebak di dalam rumah tanpa atap karena angin kencang masih mengamuk.
Bahkan, ada ribuan anak yang terjebak dalam situasi tersebut. Ini karena sekitar 260 ribu warga di Vanuatu tinggal di bangunan yang mudah roboh.
Sesaat terjadi Topan, Badan Manajemen Bencana Vanuatu mengeluarkan peringatan “merah” untuk beberapa tempat di berbagai provinsi.
Hari ini, Tim SAR dan pemulihan dari PBB direncanakan tiba di lokasi bencana. Tetapi terkendala dengan masih ditutupnya bandara akibat badai topan.
Sementara itu, Pemerintah Vanuatu telah menyatakan keadaan darurat di Provinsi Shefa, yang mencakup ibukota Port Vila. Kemungkinan besar Vanuatu juga dinyatakan dalam keadaan darurat nasional.
“Deklarasi ini hanya dibuat di Shefa, karena tidak mungkin untuk mendapatkan informasi dari provinsi lain. Tetapi, kami harus mengantisipasinya dari sekarang dengan melakukan survey udara,” kata Menteri Pertanahan Vanuatu, Ralph Regenvanu, Minggu (15/3/2015) sebagaimana dilaporkan Radio New Zealand.
Menurutnya, Topan Pam ini bencana terbesar yang terjadi di Vanuatu dan tentu memerlukan respon internasional secara besar-besaran.
Dampak badai topan meluas ke negara tetangga Vanuatu, seperti Papua Nugini, Selandia Baru dan Kepulauan Solomon.
Di PNG, misalnya, dilaporkan, satu orang warga setempat telah meninggal akibat topan. Sementara, akses di berbagai tempat juga terputus.
Topan ini tercatat sebagai badai paling parah yang mendera di tengah Pasifik sejak tahun 1987. Beberapa lembaga bantuan bahkan menyandingkannya dengan kekuatan Topan Haiyan yang menghantam Filipina tahun 2013 dan menewaskan lebih dari 6.000 orang.
Hanya, belum ada laporan resmi soal kondisi badai, termasuk jumlah korban, juga efek Topan Pam yang dirasakan negara tetangga lainnya.
MARY
Sumber : www.suarapapua.com
“Kondisi memprihatinkan tengah dialami rakyat Vanuatu, dan kami pun ikut berduka cita,” ujarnya kepada suarapapua.com, melalui telepon seluler, Minggu sore.
KNPB menyerukan, “Rakyat West Papua untuk ikut berduka secara nasional, serta menaikan doa keselamatan dan penghiburan pada rakyat Vanuatu, semoga Tuhan pemilik hidup dan alam semesta memberi penguatan dan hiburan.”
Duka mendalam rakyat Vanuatu, kata Yeimo, duka bagi orang West Papua. Karena itu, KNPB bersama rakyat wajib menundukkan kepala sembari mendoakan puluhan orang Vanuatu yang menjadi korban Topan Pam sejak Jumat (12/3/2015).
“Kami bangsa Papua Barat yakin dibalik bencana alam ini, Tuhan memiliki rencana terbesar bagi bangsa Vanuatu yang terus menjadi ujung tombak eksistensi Melanesia di Pasifik,” ujar Yeimo seraya berduka atas bencana tragis yang menimpa masyarakat Vanuatu.
Ia mengajak orang Papua untuk mendoakan rakyat Vanuatu. Doa menjadi sangat penting bagi keselamatan sesama di negara Vanuatu.
Laporan Reuters sebagaimana dilansir cnnindonesia.com edisi Sabtu (14/3/2015) kemarin, badai Topan dengan angin berkecepatan hingga 250 kilometer per jam telah meluluhlantakkan sebagian wilayah Vanuatu, hingga memakan korban jiwa.
Saksi mata melihat topan kategori 5 bernama Pam ini menghasilkan gelombang air laut hingga setinggi 4 meter, menyebabkan banjir di ibukota Port Villa pada Jumat malam.
Dampak lain dari angin kencang yang menghantam ibukota Vanuatu, sebagian besar jaringan komunikasi di sana terputus. Warga sulit terjebak, juga sulit berkomunikasi ke luar.
Alice Clements, juru bicara untuk lembaga bantuan anak PBB, UNICEF, mengungkapkan kekhawatiran dari dampak badai Topan yang menerjang Vanuatu.
Menurutnya, topan tersebut seperti bom yang meledak di tengah kota. “Dunia seperti mau kiamat. Seperti bom yang meledak di tengah kota. Tidak ada listrik dan air.”
Alice mengaku mendengar laporan bahwa banyak korban tewas dan terluka akibat badai Topan. Juga, banyak warga di sana minta bantuan untuk menyelamatkan diri mereka.
Selain itu, atap-atap rumah beterbangan saat warga mencoba mencari tempat perlindungan. Sebagian orang terjebak di dalam rumah tanpa atap karena angin kencang masih mengamuk.
Bahkan, ada ribuan anak yang terjebak dalam situasi tersebut. Ini karena sekitar 260 ribu warga di Vanuatu tinggal di bangunan yang mudah roboh.
Sesaat terjadi Topan, Badan Manajemen Bencana Vanuatu mengeluarkan peringatan “merah” untuk beberapa tempat di berbagai provinsi.
Hari ini, Tim SAR dan pemulihan dari PBB direncanakan tiba di lokasi bencana. Tetapi terkendala dengan masih ditutupnya bandara akibat badai topan.
Sementara itu, Pemerintah Vanuatu telah menyatakan keadaan darurat di Provinsi Shefa, yang mencakup ibukota Port Vila. Kemungkinan besar Vanuatu juga dinyatakan dalam keadaan darurat nasional.
“Deklarasi ini hanya dibuat di Shefa, karena tidak mungkin untuk mendapatkan informasi dari provinsi lain. Tetapi, kami harus mengantisipasinya dari sekarang dengan melakukan survey udara,” kata Menteri Pertanahan Vanuatu, Ralph Regenvanu, Minggu (15/3/2015) sebagaimana dilaporkan Radio New Zealand.
Menurutnya, Topan Pam ini bencana terbesar yang terjadi di Vanuatu dan tentu memerlukan respon internasional secara besar-besaran.
Dampak badai topan meluas ke negara tetangga Vanuatu, seperti Papua Nugini, Selandia Baru dan Kepulauan Solomon.
Di PNG, misalnya, dilaporkan, satu orang warga setempat telah meninggal akibat topan. Sementara, akses di berbagai tempat juga terputus.
Topan ini tercatat sebagai badai paling parah yang mendera di tengah Pasifik sejak tahun 1987. Beberapa lembaga bantuan bahkan menyandingkannya dengan kekuatan Topan Haiyan yang menghantam Filipina tahun 2013 dan menewaskan lebih dari 6.000 orang.
Hanya, belum ada laporan resmi soal kondisi badai, termasuk jumlah korban, juga efek Topan Pam yang dirasakan negara tetangga lainnya.
MARY
Sumber : www.suarapapua.com