Krismas Bagau, Ketua Pelaksana Harian Badan Penguru IPMO se-Jawa dan Bali. Jubi/Arnold Belau |
Melihat dan mengamati mahasiwa asal Kabupaten Intan Jaya yang terus meningkat setiap tahun untuk kuliah di Jawa dan Bali. Pada 2014 lalu, BP IPMO Jawa dan Bali terima anggota mahasiswa baru di kota studi Semarang melalui kegiatan MAKRAB, jumlah mahasiswa yang diterima mencapai 60-an orang .
“Karena yang menjadi masalah adalah daya tampung penghuni dengan kontrakan yang tidak layak. Karena kontrakan yang ada bukan dari hasil koordinasi BP IPMO dengan pemda. Tetapi, itu murni dari keinginan pemda yang mencari semaunya tanpa pertimbangkan dampak baik dan buruk. Termasuk jarak antar kampus dan sekolah dengan kontrakan yang ada,” jelas Bagau melalui surat elektronik yang dikirim ke Jubi, Rabu (11/3/2015) dari Jogja.
Untuk itu BP IPMO Jawa dan Bali meminta kepada pemerintah daerah agar pemda bangun satu asrama permanen di salah satu Kota Studi di Jawa maupun Bali. Selain akan menghemat biaya, juga asrama yang akan dibangun itu adalah sebagai asset Pemda Intan Jaya.
“Kalau setiap tahun kontrak terus, uang yang harus dikeluarkan akan lebih banyak. Daripada anggarkan dana pembangunan asrama permanen satu kali dan bikin asrama permanen. Jadi, kami berharap agar asrama permanen bisa dibangun di salah satu kota studi di Jawa dan Bali,” ujar Bagau.
Sementara itu, Apen Sani, ketua BP IPMO mengatakan hal yang sama. Bahwa memang betul setiap tahun mahasiwa baru dari kabupaten Intan Jaya datang ke Jawa dan Bali untuk kuliah terus meningkat. Dan soal asrama permanen sering mereka diskusikan.
“Kami berharap pemerintah bangun asrama permanen di salah satu kota studi yang ada di Jawa maupun Bali. Sehingga semua mahasiswa bisa ditampung di asrama. Bukan di kontrakan. Karena dikontrakan kadang tidak bisa tampung banyak mahasiswa dan pelajar karena banyak,” kataya kepada Jubi melalui telepon genggamnya dari Jakarta. (Arnold Belau)
Sumber : www.tabloidjubi.com/