Pages

Pages

Kamis, 12 Maret 2015

Di Papua, Tak Ada Kebebasan

Potongan gambar dalam film "Merdeka! The Struggle for Freedom in West Papua". Tampak Almarhum Thadius Yogi, pimpinan TPN/OPM wilayah Paniai. Foto: Ist.
Jayapura, MAJALAH SELANGKAH -- Juru bicara (Jubir) United Liberation Movement for West Papua (ULMWP), Benny Wenda, membuka film pendek karya AK Rockefeller dengan kata-kata ini: "Di Papua Barat, tidak ada kebebasan, hanya pembunuhan, intimidasi, penyiksaan."

Film berjudul "Merdeka! The Struggle for Freedom in West Papua" yang dipublikasi pada Juli 2012 ini menggambarkan perjuangan rakyat asli Papua memperjuangkan kemerdekaan hidup. Merdeka politik, merdeka ekonomi, sebagai bangsa.

Dalam pengantarnya, AK Rockefeller menjelaskan, pejuang kemerdekaan Papua di atas tanah airnya itu terisolasi, kalah jumlah dan hampir tidak ada senjata.

"Tapi para pejuang itu tetap mengobarkan perjuangan perlawanan terhadap negara Indonesia dan kapitalisme global dengan tentara besar-besaran dan pasukan polisi brutal dimana Amerika Serikat ada di belakangnya," tulis AK Rockefeller dalam pengantar film.

Dijelaskan di sana, PBB menjual hak Papua Barat yang telah menentukan nasibnya sendiri sebagai bangsa tahun 1961.

"Indonesia mengambil alih di bawah tekanan AS. Sejak itu, sebanyak setengah juta orang Papua telah membayar dengan nyawa mereka. Siapa di balik kegilaan jahat ini? Perusahaan tambang asal Amerika Serikat, Freeport McMoran Gold &-Tembaga, memiliki tambang emas terbesar di dunia, Grasberg, Papua Barat. Perusahaan-perusahaan yang rakus - Freeport McMoran-, BP, Rio Tinto, Noble Group, dan banyak lainnya, membayar militer & polisi Indonesia untuk meneror warga sipil tak berdosa, pemerkosaan, penyiksaan berlanjut, dan mengalahkan bangsa Papua, memaksakan kehendak  dari tanah air mereka dan membunuh mereka," tulis mereka.

Mengenai AK Rockefeller, kunjungi: http://akrockefeller.com/music/merdeka/
Nonton filmnya di sini: Merdeka! The Struggle for Freedom in West Papua
(SAL/MS)