Pages

Pages

Jumat, 06 Maret 2015

Benny Giay Ajak Pendeta di Papua Baca Tanda-tanda Zaman

Ketua Sinode Gereja Kemah Injil (KIngmi) Tanah Papua, Pendeta Dr. Benny Giay, Ph.D usai orasi ilmiah pada senat terbuka dalam rangka wisuda sarjana Sekolah Tinggi Teologi (STT) Walter Post Jayapura Kampus II Nabire tahun ajaran 2014/2015 di Gereja Efata Karang Tumaritis Nabire Papua, Jumat,(6/3/2015). Foto: Yohanes Kuayo
Nabire, MAJALAH SELANGKAH -- Ketua Sinode Gereja Kemah Injil (Kingmi) Tanah Papua, Pendeta Benny Giay mengajak para pendeta di tanah Papua untuk membaca tanda-tanda zaman dan menyikapinya. 

Ajakan Doktor Benny ini disampaikan dalam orasi ilmiah pada senat terbuka dalam rangka wisuda sarjana Sekolah Tinggi Teologi (STT) Walter Post Jayapura Kampus II Nabire tahun ajaran 2014/2015 di Gereja Efata Karang Tumaritis Nabire Papua, Jumat,(6/3/2015).

"Para pendeta di Papua harus memahami tanda zaman dan menyikapinya. Tanda-tanda akhir zaman dan tanda zaman itu berbeda. Kalau tanda-tanda akhir zaman, kita bicara tentang apa yang akan terjadi sebelum Kristus kembali. Kita bersiap-siap. Tanda-tanda akhir zaman itu kita siapkan saja. Tetapi, kalau tanda zaman itu adalah sesuatu yang sedang kita hadapi saat ini. Sesuatu yang harus kita lakukan sekarang, saat ini, di tanah Papua," ajaknya.

Ia memberi ilustrasi, "Kalau di atas gunung Deiyai sana ada mendukung, maka kita cepat-cepat siapkan payung. Itu jelas hujan akan turun. Kalau hari cerah, kamu cepat-cepat cuci pakaian dan jemur."

Jadi, kata Pendeta Giay, tanda-tanda zaman adalah apa yang terjadi saat ini di masyarakat kita, di sini, di Papua.  "Ada banyak tanda zaman dalam hidup kita, tentang politik, tentang hak asasi manusia, tentang budaya, ekonomi, dan lainnya."

"Kita siap hadapi akhir zaman tetapi tidak siap hadapi tanda zaman saat ini. Ada tanda-tanda zaman di Jayapura, ada tanda zaman di Paniai, dalam kasus-kasus di Timika dan lainnya. Kita diam-diam saja," katanya mengajak.

"Kamu pendeta-pendeta diam saat jemaat kamu dibunuh. Kamu ditaro oleh Tuhan di tengah jemaat agar kalian bicara tanda-tanda zaman itu. Tuhan taro kita dalam dunia yang sedang berubah.  Kenapa kamu diam? Tuhan bilang, kamu jangan takut. Tuhan bilang, jangan taro iman di bawah meja," tuturnya.

Benny berkeyakinan, "Kalau gereja kita tidak mampu membaca tanda-tanda zaman di Papua maka 25 tahun lagi orang Papua tidak akan ada. Kita sudah mulai tercerai-berai dan terpecah-belah."

"Kalian yang ikut wisuda ini, maaf tapi, kalian bagaimana? Janji-janji bagus dibacakan tetapi kita lupa. Kita lupa setelah upacara. Setelah sudah pulang, pikiran masih sama. Kita diam atas realitas," tegas Giay. (Yermias Degei/MS).