Ilustrasi Pengibaran Bintang Kejora di Papua. Foto: Ist |
Saya ingin bicara soal nasionalisme West Papua. Secara konkret saya mau mengajak, rakyat Papua Barat harus kibarkan bendera Sang Bintang Fajar dalam setiap tindakan dan hati. Katakan tidak untuk merah-putih. Itu karena jelas-jelas orang Papua bukan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan tidak ada sama sekali sangkut pautnya orang Papua dengan Negara Kolonial Indonesia ini.
Saya melihat bahwa Indonesia berupaya meng-Indonesia-kan orang Papua dengan berbagai cara. Kita bisa lihat, banyak rakyat Papua, inteletual, pejabat, mahasiswa/ mahasiswi, pemuda, dan seluruh elemen masyarakat Papua sebagian besar belum kibarkan bendera Bintang Fajar sebagai simbol jati diri dalam hati dan tindakan.
Kebanyakan orang Papua belum tahu tentang penderitaan massa lalu dan sekarang dalam segala aspek, pada tahun 1961 sampai saat sekarang ini demi Negara West Papua. Banyak orang Papua menderita karena tak mau hidup bersama dengan Indonesia. Ada banyak hal berbeda, mulai dari berbudaya, berbeda ras, beda sejarah politik di masa lalu, dan bahkan Tuhan membagi wilayah dan daerah teritorialnya masing-masing dengan Indonesia bahkan dengan negara-negara lain di seluruh dunia.
Sudah jelas, Indonesia di Papua hanya merampas, membunuh, memenjarakan, memperkosa, dan mau menghilangkan budaya sebernarnya yang ada di Papua. Tapi, banyak orang tidak sadar dan gabung dengan Barisan Merah Putih ( BMP) ELMERI, Satgas PAPEDA dan lainnya hanya satu tujuan terselubung dari organisasi itu adalah melalui organiasi mau menghabisi rakyat.
Kelompok itu malas tahu dengang perjuangan kemanusian Papua. Maka betapa pentingnya memberikan pemahaman tentang sejarah Papua pada 50-an tahun kepada mereka. Sejarah tidak pernah hilang dari hadapan orang Papua. Mereka yang gabung dengan Indonesia itu barangkali tidak tahu perjuangan Papua dan pengalaman pahit yang dialami oleh rakyat Papua yang pernah mengdahului kita dalam medang perjuangan demi melepaskan dari penjajah ini.
Saya mau tegaskan, perjuangan kemerdekaan Papua ini proyek Tuhan. Kita kerjakan proyek Tuhan supaya manusia Papua yang masih ada itu boleh memdapatkan keselamatan dari penyiksaan, pembunuhan, pemenjarahan dan lainnya. Tuhan mau manusia Papua menjadi saksi-saksinya di dunia ini.
Karena Tanah Papua bukan landasannya kekerasan. Tanah Papua sudah melandasi dengan kasih, damai, mengasihi dan injil yang dibawakan oleh Ottow dan Gessler dan Bapak Auki Tekege yang disebut Rasul bagi orang Mee.
Saat kita kerjakan proyek Tuhan, pasti Indonesia tidak suka. Tetapi, kita jangan menyerah dengan hal itu. Kalau kita bersatu, teguh dan komitmen pada harapan kita berarti kita pasti akan ambil atau meraih impian itu.
Saya ingin tegaskan, mari kita semua kibarkan Sang Bintang Fajar dan membangkitkan rasa nasionasisme dalam suatu kelompok atau pada individu. Dalam suatu perjuangan, jika ingin mencapai tujuan, maka kita harus bersama, bersatu dan melawan: kita pasti menang. Saya merasa bahwa kita sudah cukup bersama dengan Indonesia.
Kalau saat ini orang Papua tidak sadar dan berjuang maka 20 tahun lagi kita sudah akan habis. Kita akan semakin habis dan orang luar semakin banyak. Semua kekayaan yang kita punya akan diambil alih oleh Indonesia di tanah kita. Kalau kita merdeka maka, kita akan olah sendiri untuk kemajuan kita dan anak cucu kita di masa depan.
Mudestus Musa Boma Adalah Mahasiswa Fakultas Fisip Universitas Cenderawasih Jayapura, Papua.
Sumber : www.majalahselangkah.com