Pages

Pages

Selasa, 10 Februari 2015

Mahasiswa: “Kami Tra Lupa Janji Jokowi Selesaikan Kasus Paniai Berdarah”

Jokowi diminta tepati janjinya menyelesaikan penembakan empat siswa di Paniai (Foto: Oktovianus Pogau/SP)
JAYAPURA, SUARAPAPUA.com --- Ratusan pemuda dan mahasiswa yang tergabung dalam Forum Independen Mahasiswa (FIM), Senin (9/2/2015) siang tadi, melakukan aksi demo damai ke Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP), terkait penembakan empat siswa di Paniai, 7 Desember 2014 lalu.

Koordinator aksi, Melianus Duwitau mengatakan, saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan kunjungan ke Jayapura, Papua, untuk mengikuti perayaan natal nasional, telah menyatakan kasus Paniai harus diungkap secara tuntas. (Baca: Pelaku Penembakan Empat Siswa di Paniai Belum Diungkap, FIM Demo ke DPRP).

“Namun sampai saat ini tidak ada tanda-tanda kasus Paniai akan diselesaikan, pelakunya memang sudah jelas, aparat TNI dan Polri, karena itu kami tidak heran sulit diungkap,” kata Duwitau, saat berorasi di halaman Kantor DPR Papua.

Menurut Duwitau, warga Paniai yang menjadi saksi pembantaian di Lapangan Karel Gobay, telah menyatakan dengan jelas bahwa pelaku penembakan adalah aparat kepolisian dan TNI. (Baca: Komisi HAM PBB Terima Laporan Kasus Penembakan di Paniai).

“Karena tempat kejadian perkara tepat di depan Koramil Paniai Timur dan Polsek Paniai Timur, dan tidak mungkin ada pihak lain yang masuk, jadi aparat TNI dan Polri harus bertanggung jawab,” katanya. (Baca: Korps Pasukan Khas TNI AU Harus Diperiksa Terkait-Insiden Paniai Berdarah).

Sementara itu, perwakilan Gerakan Pemuda, Mahasiswa dan Rakyat Papua Barat (GempaR), Philipus Rohaba mengatakan, jika Negara masih menggunakan pendekatan kekekerasan, artinya Negara menghendaki kemerdekaan Papua.

“Semakin banyak orang Papua dibantai dan dibunuh, artinya Indonesia sendiri yang percepat proses kemerdekaan Papua. Kasus Paniai yang Presiden Jokowi sendiri sudah bicara saja nasib seperti saat ini, apalagi kasus-kasus yang lain.”

“Orang Papua tidak pernah percaya dengan Negara ini karena terus membunuh dan membantai orang Papua, tapi terus menyangkal, dan lempar tanggung jawab, ini cara-cara yang tidak beretika,” ujar Philipus. (Baca: Warinussy: TNI dan Polri Telah Melakukan Pelanggaran HAM Berat di Paniai).

Sementara itu, perwakilan perempuan Papua, Selphy Yeimo, dalam orasinya mengatakan, mama-mama Papua tidak pernah melahirkan anak-anak Papua untuk dibunuh dan dibantai oleh militer Indonesia.

“Kasus Paniai berdarah yang menewaskan empat siswa, dan puluhan lainnya luka-luka ini mengingatkan kita pada kasus kekerasan lainnya, aparat TNI dan Polri semakin buat orang Papua benci dengan Negara ini,” tegas Selphy. (Baca: Jokowi Sesalkan Peristiwa Kekerasan di Kabupaten Paniai).

Ditambahkan oleh Selphy, tuntutan rakyat Papua Barat saat ini adalah menuntut kemerdekaan secara politik, sebab berbagai luka dan pelanggaran HAM telah membekas di hati orang Papua, dan semakin melahirkan perlawanan.

“Papua harus merdeka, karena kami tidak ingin hidup bersama Negara ini, kasus Paniai membuktikan hal itu,” ujar Selphy. (Baca: Komnas HAM RI Resmi Bentuk Tim Penyelidikan Pelanggaran HAM di Paniai).

Saat massa sedang melakukan orasi-orasi politik, sejumlah anggota DPR Papua, diantaranya, Laurenzius Kadepa, Decky Nawipa, Mathea Mameyao, Emus Gwijangge, dan tiga orang lainnya, datang menemui massa aksi.

Salah satu anggota DPRP, Decky Nawipa mengatakan, setelah tewasnya empat pemuda di Paniai, DPRP telah membentuk tim yang diketuai oleh dirinya, dan mengunjungi Paniai, pada 9 Desember 2014.

“Kami disana melakukan pertemuan dengan masyarakat, juga bertemu dengan aparat kepolisian dan TNI, pelaku penembakan sudah jelas, jadi kita juga sedang tunggu kapan pembuktiannya,” kata Decky. (Baca: Waker Cs Dikejar Sampai ke Neraka, Bagaimana dengan Serdadu Penembak 4 Warga di Paniai?).

Nawipa mengatakan, saat melakukan kunjungan ke Paniai, masyarakat telah bersaksi dengan jelas, bahwa pelaku penembakan adalah aparat keamanan yang bertugas di Paniai.

“Kami juga dapat beritahu dari Kapolres Paniai kalau kasus tersebut diserahkan ke tim invesitigasi Mabes Polri, sampai sekarang hasilnya seperti apa kami belum tahu, dan sedang kami tunggu,” katanya kepada massa aksi. (Baca: Neles Tebay: Pelaku Penembakan di Timika Cepat Diketahui, Sedangkan di Paniai?).

Ditambahkan oleh Mathea Mameyao, kasus Paniai sulit diungkap karena pelaku penembakan adalah aparat keamanan, padahal Presiden Jokowi sendiri berjanji mengusut tuntas kasus ini.

“Saya kira kasus Paniai ini sulit, karena pelakunya sudah jelas, kita harus cari jalan lain yang lebih independen, agar pelaku penembakan bisa diungkap, minimal bangun komunikasi dengan tim penyelidikan Komnas HAM RI,” tegasnya. (Baca: Pater Nato Gobai: Stop Bunuh Umat Tuhan di Tanah Papua!).

Pantauan media ini, ratusan aparat Kepolisian Resorta Kota Jayapura (Polresta), yang dipimpin langsung oleh Wakapolres Jayapura, Kompol Kiki Kurnia, juga terlihat mengerahkan ratusan aparat keamanan untuk mengamankan jalannya aksi. (Baca: Ini Nama-nama Anggota Tim Penyelidikan Pelanggaran HAM Paniai).

Mantan Kapolresta Jayapura, AKBP Alfred Papare, yang kini menjabat sebagai Wakil Direktur Intelkam Polda Papua, juga terlihat berada di tengah-tengah massa aksi untuk memantau jalannya aksi sekitar 100 mahasiswa ini.

Baca: #PANIAIBERDARAH

OKTOVIANS POGAU

Sumber : www.suarapapua.com