Sejumlah warga sipil ditangkap oleh anggota TNI/Polri di Kampung Utikini (Foto: Ist) |
Jakarta, CNN Indonesia --
Mabes Polri melansir dua anggota Brigade Mobil (Brimob) Polda Papua tewas
setelah dibacok dua orang tak dikenal, Kamis lalu (1/1). Aktivis Solidaritas
Nasional Papua Zely Ariane berpendapat, sudah bukan hal baru bahwa polisi
dipekerjakan oleh PT Freeport Indonesia.
"Polisi selama ini memang dipekerjakan oleh PT Freeport. Ada penelitian yang mengungkap bahwa Polri menerima sekian triliun rupiah dari Freeport setiap tahun. Polri juga mengakui. Namun sampai sekarang tidak ada tindak lanjutnya," kata Zely kepada CNN Indonesia, Jumat (2/2).
Zely berpendapat di Papua memang ada sentimen negatif dari masyarakat kepada Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri). "Kita harus lihat sejarah. Papua adalah daerah militerisasi sejak tahun 1963. Akibatnya, jadi sasaran konsentrasi pasukan tentara," ujar Zely.
Karena itu, lanjut Zely, banyak masyarakat yang trauma dan tidak suka terhadap tentara dan polisi. "Tentara masuk kampung atas dalih mencari kelompok separatis. Namun mereka merusak kampung, membunuh, dan memperkosa," kata Koordinator Solidaritas Nasional Papua itu.
Hal tersebut menimbulkan ketidakpercayaan terhadap polisi dan tentara. Menurut Zely, sentimen tersebut bukan merupakan situasi yang diinginkan masyarakat Papua. "Tetapi karena kesalahan dari pusat. Tidak jelas tentara di situ statusnya apa dan mau apa," ujar Zely.
Meski demikian, Zely mengatakan sebaiknya tidak langsung menuduh tanpa ada bukti yang jelas. "Kalau ada penyerangan pasti ada sebabnya. Jangan membayangkan kalau di Papua orang menyerang begitu saja. Terbukti dari peneliti yang ke sana tidak pernah mengalami penyerangan tiba-tiba dari masyarakat lokal," tutur Zely.
Diberitakan sebelumnya, dua anggota Brimob Polda Papua dan seorang petugas keamanan Freeport tewas dibunuh pada Kamis (1/1) sekitar pukul 21.00 WIT.
Mereka adalah Bripda Andriadi yang mengalami luka bacok di kepala kanan, luka tusuk di leher, dan jari kanan putus. Korban lainnya adalah Bripda Ryan Hariansyah yang mengalami luka tusuk di perut, luka tembak di leher, dan tangan kanan putus.
Security Freeport, Suko Miyartono meninggal dengan luka tusuk di leher, di perut dan luka tembak di punggung. Bukan hanya itu, dua pucuk senjata api jenis stayer milik Detasemen Gegana pun dibawa kabur pelaku.
Pernyataan Zely yang menyebut polisi selama ini dipekerjakan Freeport ditanggapi santai oleh Kepala Divisi (Kadiv) Humas Polri Inspektur Jenderal Ronny Franky Sompie. Kepada CNN Indonesia, Ronny mengatakan, selama ini Polri juga memberi pengamanan ketika ada perusahaan selain Freeport. Permintaan pengamanan pasti bakal dipenuhi selama tidak mengganggu pelaksanaan tugas kepolisian.
"Kalau misal pelaksanaan pengamanan dipersoalkan, saya kira hal itu bisa disampaikan saja kepada pimpinan Polri," kata Ronny, Jumat malam (2/1).
Apakah polisi yang membantu pengamanan perusahaan dibayar? Ronny tak bisa memastikan. "Soal bayar, saya kurang jelas. Tetapi kalau terkait dengan penerimaan negara bukan pajak, itu pasti masuk PNBP. Karena anggota Polri sudah digaji," ujarnya.
Ronny menyebut, Polri sudah biasa diminta mengamankan BUMN, kantor pemerintahan, kedutaan besar, dan lainnya. "Soal patroli di Freeport, pasti ada permintaan dari Freeport untuk pengamanan," katanya.
(rdk/sip)
"Polisi selama ini memang dipekerjakan oleh PT Freeport. Ada penelitian yang mengungkap bahwa Polri menerima sekian triliun rupiah dari Freeport setiap tahun. Polri juga mengakui. Namun sampai sekarang tidak ada tindak lanjutnya," kata Zely kepada CNN Indonesia, Jumat (2/2).
Zely berpendapat di Papua memang ada sentimen negatif dari masyarakat kepada Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri). "Kita harus lihat sejarah. Papua adalah daerah militerisasi sejak tahun 1963. Akibatnya, jadi sasaran konsentrasi pasukan tentara," ujar Zely.
Karena itu, lanjut Zely, banyak masyarakat yang trauma dan tidak suka terhadap tentara dan polisi. "Tentara masuk kampung atas dalih mencari kelompok separatis. Namun mereka merusak kampung, membunuh, dan memperkosa," kata Koordinator Solidaritas Nasional Papua itu.
Hal tersebut menimbulkan ketidakpercayaan terhadap polisi dan tentara. Menurut Zely, sentimen tersebut bukan merupakan situasi yang diinginkan masyarakat Papua. "Tetapi karena kesalahan dari pusat. Tidak jelas tentara di situ statusnya apa dan mau apa," ujar Zely.
Meski demikian, Zely mengatakan sebaiknya tidak langsung menuduh tanpa ada bukti yang jelas. "Kalau ada penyerangan pasti ada sebabnya. Jangan membayangkan kalau di Papua orang menyerang begitu saja. Terbukti dari peneliti yang ke sana tidak pernah mengalami penyerangan tiba-tiba dari masyarakat lokal," tutur Zely.
Diberitakan sebelumnya, dua anggota Brimob Polda Papua dan seorang petugas keamanan Freeport tewas dibunuh pada Kamis (1/1) sekitar pukul 21.00 WIT.
Mereka adalah Bripda Andriadi yang mengalami luka bacok di kepala kanan, luka tusuk di leher, dan jari kanan putus. Korban lainnya adalah Bripda Ryan Hariansyah yang mengalami luka tusuk di perut, luka tembak di leher, dan tangan kanan putus.
Security Freeport, Suko Miyartono meninggal dengan luka tusuk di leher, di perut dan luka tembak di punggung. Bukan hanya itu, dua pucuk senjata api jenis stayer milik Detasemen Gegana pun dibawa kabur pelaku.
Pernyataan Zely yang menyebut polisi selama ini dipekerjakan Freeport ditanggapi santai oleh Kepala Divisi (Kadiv) Humas Polri Inspektur Jenderal Ronny Franky Sompie. Kepada CNN Indonesia, Ronny mengatakan, selama ini Polri juga memberi pengamanan ketika ada perusahaan selain Freeport. Permintaan pengamanan pasti bakal dipenuhi selama tidak mengganggu pelaksanaan tugas kepolisian.
"Kalau misal pelaksanaan pengamanan dipersoalkan, saya kira hal itu bisa disampaikan saja kepada pimpinan Polri," kata Ronny, Jumat malam (2/1).
Apakah polisi yang membantu pengamanan perusahaan dibayar? Ronny tak bisa memastikan. "Soal bayar, saya kurang jelas. Tetapi kalau terkait dengan penerimaan negara bukan pajak, itu pasti masuk PNBP. Karena anggota Polri sudah digaji," ujarnya.
Ronny menyebut, Polri sudah biasa diminta mengamankan BUMN, kantor pemerintahan, kedutaan besar, dan lainnya. "Soal patroli di Freeport, pasti ada permintaan dari Freeport untuk pengamanan," katanya.
(rdk/sip)
Sumber : www.cnnindonesia.com