Pages

Pages

Kamis, 22 Januari 2015

MEMPROTES KEBRUTALAN MILITER INDONESIA DI UTIKINI TEMBAGAPURA

Masa Aksi Memprotes Keburutalan Militer Indonesia di Timika Papua (Foto, Benny Wenda)
KOBOGAUNEWS.COM, LONDON  Masa yang bergabung dalam Free West Papua Campaign (FWPC) dari Inggris, PNG,Timur Leste dan Kaledonia Baru, melakukan aksi memprotes penyiksaan, intimidasi, dan penghancuran rumah penduduk yang tidak bersalah di Utikini, Tembagapura-West Papua, yang dilakukan oleh Aparat Negara dari gabungan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polisi Repoblik Indonesia (POLRI pada minggu lalu  tanggal 06 Januari 2015.

Aksi ini dilakukan tepat di depan keduatan besar Republik Indonesia di London Ingggri. Sabtu, 17/01/2015) Siang.

Seperti yang dikutip dalam Facebook Like Benny Wenda” Kami menyerukan kepada pemerintah Indonesia untuk mengakhiri kebrutalan dan penindasan yang terus menerus terjadi kepada orang papua tanpa ada bukti yang jelas. Akibat operasi militer di utikini Tembagapura membuat warga sipil susa untuk bekerja.

Sementara ini masih banyak warga sipil yang masih menggunsi di hutan-hutan, sehinga mereka sekarang hidup,  tanpa bantuan medis,tanpa makanan dan setiap hari mereka mencoba untuk bertahan hidup dengan ketakutan.Itulah kehidupan orang Papua di negeri mereka sendiri.

Serupa dengan pendahulunya, presiden baru Indonesia Joko Widodo hanya mencintai sumber daya alam di Papua Barat bukan orang papua.

Fakta-fakta ini membuktikan sekali lagi evolusi pendudukan ilegal Indonesia di Papua Barat. Lebih dari 50 tahun penjajahan, rakyat Papua di jalur untuk hilangnya dan tanah mereka akan menjadi milik Indonesia.
Militer Indonesia, menciptakan serangan palsu terhadap perusahaan tambang PT. Freeport Indonesia, untuk membenarkan kehadiran mereka di tanah Papua, dan lebih mampu mengendalikan mereka.

Pembunuhan, penyiksaan, pemenjaraan demonstran damai atau pembunuhan tanpa alasan adalah rutin Papua, yang diberlakukan oleh hukum Indonesia, sebagai negara yang disebut-sebut sebagai Negara demokrasi.

Meskipun kekerasan tersebut, Melanesia Papua berjuang setiap hari untuk membuat diri mereka untuk didengar penderitaan mereka, sejak 53 tahun.

Editor  Wenas Kobogau

Otis Adii

Sumber :  www.kobogaunews.com