Pages

Pages

Minggu, 25 Januari 2015

MAHASISWA PAPUA HARUS KRITIS'' JANGAN JADI BUDAK KOLONIAL INDONESIA

ist amp
Terbangunnya nasionalisme ganda. Makanya peredaran uang terlalu banyak, hingga mahasiswa sendiri jadi korban atas semuanya, anehnya semua tra sadar akan hal itu. Organ sosial atau politik sebenarnya menjadi pintu aksesnya peranan pergerakan mahasiswa, tapi malah sebaliknya. Tra sangka semua dimainkan oleh sistem, apa lagi sikap doktrin fanatik belum pudar dikalanngan orang-orang terpelajar. Belum soal budaya sama agama yang nanti menjadi suatu kelangsungan doktrin itu.

Uang menjadi tujuan hidup berlangsungnya sebuah peran pelajar, makanya Fidel Catro bilang kalau revolusi itu lahir, kalau semua dikap-sikap fanatik harus di cut (di hentikan).

Afrika selatan bebas bukan karena sikap fanatik itu sendiri, doktrin mereka beda dengan situasi yang terbangun. Sistem penjajahan baru (Benny Giay) melalui budaya, agama, sosial kultur masyarakat ditentang habis-habisan melalui kekerasannya yang kelihatannya tidak seperti yang kitong kita.

Uang sudah disediakan, pemekaran sudah disediakan, mada ada organ sosial bicara soal kebenaran. Malah sebaliknya, bagaimana sebuah pelurusan positif atas organisasi dan pemeritnah terus diutamakan sambil berlanjutnya semua kejahatan negara.

Sudah begitu masih didoktrin dengan situasi yang memukau adanya ideologi yang berbeda-beda. Ideologi itu musti disatukan budan digandakan. Ideologi itu cuma sebuah kesadaran palsu (Karl Marx) yang dipakai alat untuk melihat kondisi rill orang yang lahir atas dasar kepentingan manusia saja, tapi pada prakteknya menjadi sebuah jalan keselamatan orang.

Mengaku-ngaku orang beragama tapi agama itu sebuah candu masyarakat (Karl Marx). Lahirnya agama itu musti Ora Et Labora. Ora Et Labora yang diartikan sebagai Berdoa sambil bekerja, belajar dari sang Juru Selamat yaitu Yesus Kristus, yang mati untuk orang banyak. Bukan berdoa untuk segelintir orang atau untuk keluarga. 

Apa lagi untuk individu untuk kerja suatu pemerintahan dalam doa, itu namanya otak dol alisa otak abal-abalan.

Apa lagi orang tuah jadi pejabat di daerah baru anaknya dijamin hidupnya. Doktrin apatis alias malas tahu mengalir bagai air dalam hidupnya. Mengenal identitas sebagai seorang yang dijajah hilang ditelan bumi dan udarah, bagaimana hidup sudah sejahtera di tengah-tengah kemelaratan manusia.
Otak dibalik sistem politik nomor 3 dunia sapa yang mau lawan, yang bisa lawan hanya "SADAR" akan segalah sesuatu. 

Kata Sadar itu sederhana tapi punya maknya yang bajinyan kompleks. Ketika orang tuah atau saudara meninggal hati sakit dan hancur. Kalau ada uang buat apa sedih yang sedih itu omong ganda dalam permainan koprol apatis yang pura-pura menjadi orang yang tra tahu dengan situasi.
Iyo too....

 MIKAELL KUDIAI