Pages

Pages

Rabu, 07 Januari 2015

KONFLIK DI PAPUA DOMAIN MILITER DAN ORANG TERLATIH KHUSUS (OTK)

Ilustrasi : Kekerasan Militer Indonesia terhadap rakyat papua
Skenario konflik yang diterapkan di Papua, sangat konyol jika kita membuat peta konflik dan metode konflik yang dipakai. Cara seperti itu selalu sama, walau kejadiannya timbul tenggelam dan berpindah-pindah kota. Kalau Konflik itu tidak oleh TNI dan POLRI, biasannya ada yang nama-Nya OTK (Orang Terlatih Khusus, bukan Orang Tak Dikenal). Jika OTK yang melakukan itu, Aparat dan Pemerintah Pusat selalu menstigmanya dengan sebutan "Separatis, Pengacau Keamanan dan lainnya". pada hal, Polsi punya kewenangan untuk mengetahui OTK itu. kadang longsokan Peluru dari OTK diberikan pada Polisi (Polda) tapi tidak perna diungkap siapa OTK itu. Terkesan OTK adalah TNI atau Polisi, sehingga tak berani mengungkap siapa OTK.

Konflik terlihat sistematik, terarah dan berjadwal rapih. Jika saat ini peristiwanya di kota "A", besok di kota "B", lusa di kota "C" dan seterusnya. Peristiwa konflik yang dipindahkan dari satu kota ke Kota lain, hanya agar orang tida memiliki penyatuan untuk melawan kejahatan kemanusiaan tersebut.

Situasi yang terjadi banyak sekali hal negatif lain, misalnya, ada lapisan masyarakat yang sudah tergantung, ada lapisan masyarakat yang terhimpit karena ekonomi, bahkan ada lapisan masyarakat yang mau bersuara saja pun takut berhadapan dengan moncong senjata. kesemuannya itu membuat rakyat tidak merasa adaa ruang untuk menyampaikan semua persoalan mereka. 
Rakyat dibuat harus menerima bentuk jajahan dan diskriminasi rasial seperti itu. belum lagi, ada oknum tertentu orang yang dijadikan informen oleh aparat dan mereka terkadang berfungsi sebagai pengadu atau pengacau. Posisi informen seperti ini juga membaut rakyat sangat ketakutan pada keberadaan mereka.
Berharap, dari satu konflik ke konflik yang lain yang sudah didesign aturan mainnya di Papua, membuat kita lebih pekah dan kritis melihat soal ini, terlepas sebaga upaya mempercepat pemunahan yang dilakukan oleh orang yang tidak ingin Orang Asi Papua hidup di tanah leluhur mereka, tapi juga sebagai pelecehan terhapa nilai kemanusiaan, agar kita mampu melakukan setiap solusi-solusi atas semua masalah yang menimpah Bangsa dan rakyat tak berdosa di Papua.

Oleh :  Marthen Goo