Pages

Pages

Rabu, 14 Januari 2015

Filep Karma: Jangan Takut Bilang Keinginan Bangsa Papua untuk Merdeka

Tuan Filep Karma. Foto: Ist.
Jayapura, MAJALAH SELANGKAH -- Filep Karma, seorang tahanan politik bangsa Papua di tahanan Abepura sejak tahun  2004, melalui bukunya, Seakan Kitorang Setengah Binatang menghimbau semua orang Papua untuk tidak lagi takut mengakui dan mengekspresikannya kepada siapa saja bahwa dirinya ingin Papua merdeka.

"Saya himbau, untuk teman-teman aktivis dan masyarakat yang ingin bicara tentang haknya sebagai rakyat bangsa Papua, jangan takut-takut atau segan-segan menjadi tahanan politik," tulis Tapol Papua yang akan bebas tahun 2019 ini.

"Jangan takut untuk jadi tahanan politik untuk cita-cita Papua merdeka. Yang kitorang perjuangkan harus ada harga yang harus dibayar," sambung Karma. Tapi, karma mengingatkan, semua dilakukan dengan jalan damai.

Menurut Karma, bila semua orang Papua dengan berani mengekspresikan dirinya sebagai orang Papua yang ingin Papua merdeka dan tidak lagi takut-takut, maka kondisi perjuangan akan semakin baik. Karma menjelaskan, altet-atlet Papua, para pejabat, dan siapa pun dia orang Papua, dengan caranya sendiri, dapat mengekspresikan diri.

"Contohnya Boaz Salossa. Setelah isi gol, lalu keluarkan bendera negaranya. Apa salahnya kalau Boaz angkat baju, di dalamnya ada gambar bendera Papua. Itu juga bagian dari pernyataan jati diri dia," jelas Tapol yang rajin tolak remisi pemerintah Indonesia ini.

Begitu juga atlet-atlet di bidang lain. "Atau mungkin juga masyarakat waktu nonton Persipura main di Mandala. Apa salahnya mengibarkan bendera saat Persipura isi gol? Ini biasa-biasa saja. Tapi ini efeknya sangat besar bagi masyarkat. Menumbuhkan kepercayaan diri, kebangaan dan nasionalisme Papua," himbau Karma.

Bagaimana bila polisi bertindak brutal?

"Bila polisi mau tangkap, tidak usah takut. Kita hadapi saja. Jadi tidak usah melarikan diri, karena melarikan diri itu akan jadikan alasan untuk mereka pukul, tendang dan tembak. Tapi duduk saja, tunggu dorang (polisi) datang," jelasnya. 

"Okay Bapak. Saya siap ditangkap, tapi saya tidak memukul orang, tidak merusak barang. Saya hanya mengibarkan bendera untuk menyatakan identitas saya sebagai bangsa Papua. Jadi, ikut saja ke kantor polisi dan diperiksa dan ditanya, Kamu mau merdeka? (Katakan) Memang betul kami mau merdeka," sambungnya memberitahu apa yang mesti dibuat orang Papua.

"Atau mungkin misalnya, sakit sampai nafas-nafas terakhir. Sudah, keluarga bawa turun ke kantor polisi. Lari dengan bendera Papua. Masuk dalam Polres kemudian teriak Papua merdeka. Jatuh mati depan pos polisi," tulis Karma lagi.

Menurut Karma, aksi lainnya adalah dengan rutin setiap hari, ada saja orang Papua yang mengibarkan bendera. 

"Jadi, dua atau tiga orang, atau sendiri datang ke DPR Papua, kibarkan bendera dan nyatakan mau merdeka. Kalau polisi datang tangkap, ikut saja. Tidak usah melawan, ikut ke kantor polisi,  ajak Karma. Supaya lama-lama penjara-penjara di Papua penuh dengan tahanan politik," urainya.

Menurutnya, aksi seperti itu akan menguntungkan perjuangan kemerdekaan. "Indonesia akan kelihatan dungu bila terus menerus kasih penjara orang yang aksi damai dengan bendera Papua," jelas Karma.(Topilus B. Tebai/MS)


Sumber :  www.majalahselangkah.com