Istri almarhum Munir, Suciawati, di areal tempat Theys dicegat oleh Kopassus (Foto: Ist). |
Pada 10 November 2001, tepatnya 13 tahun yang lalu, Pemimpin Besar
Bangsa Papua Barat, Dortheys Hiyo Eluay, ditemukan tewas dalam mobilnya
di Kilo Meter 9, Koya, Muara Tami, Jayapura. Belakangan diketahui,
Komando Pasukan Khusus (Kopassus) telah menculik dan membunuhnya.
Dibawah ini laporan bagian keempat.
Oleh: Elsham Papua*
Situasi setelah peristiwa 10 November 2001
Seminggu setelah pemakaman Theys (17/11/2001), Thaha Alhamid (48),
Sekjen Presidium Dewan Papua (PDP) diancam dibunuh oleh seorang penelpon
gelap yang mengirim pesan melalui Handphone.
Penelepon gelap itu melakukan aksinya pada Rabu (27/11/2001) malam
dengan mengirim pesan singkat dalam gaya bahasa Papua yang berbunyi: "kaka Taha ko siap-siap sudah untuk susul bapak Theys" (kakak Taha kamu siap-siap untuk susul bapak Theys).
Thaha membaca pesan teror itu pada pukul 21.30 WIT, sedangkan posisi
waktu penelepon saat terekam di Handphone Thaha Alhamid menunjukan pukul
19.24 WIB (waktu Papua 21.24 WIT), tercantum nomor HP 0815-1649058.
Hal yang sama juga dialami oleh Boy Eluay (35), putra sulung almarhum
Theys Hiyo Eluay, Ketua Presidium Dewan Papua (PDP). Kepada ESL-HAM
Papua, Boy mengaku mendapat ancaman melalui telepon gelap. Penelepon
gelap itu sudah beberapa kali melakukan aksinya.
Boy merasa tidak nyaman karena terus diteror, dia melaporkannya ke
ELS-HAM pada Selasa, 4 Desember 2001 ketika Boy menerima SMS dari
penelepon yang sama.
Pesan itu berbunyi: "Boy, you kasih keterangan baik-baik. Kau
harus membantu Polisi karena kita juga pihak yang membantu keluarga.
Nama-nama yang bunuh Bapak (maksudnya Theys Hiyo Eluay) sudah kami terima".
Boy membaca pesan teror itu pada pukul 19.00 WIT, dan nomor Handphone
yang terekam tercantum nomor HP 08124801124. Usai menerima telepon
ancaman itu, Boy Eluay menghubungi beberapa kenalannya untuk
mengindentifikasi pemilik nomor HP tersebut.
Setelah dicek, ternyata nomor HP 08124801124 itu milik Kapten Polisi
Arif Basra (Polda Papua). Kini Boy Eluay dikawal ketat oleh beberapa
anggota Satgas Papua, sedangkan Satgas Koteka untuk menjaga keamanan
sekitar rumah Boy Eluay yang beralamat di perumahan BTN Pos 7, Sentani.
Dua hari setelah pemakaman almarhum Theys, Senin, 19 November 2001
pukul 11.10, ELS-HAM Papua menerima telepon dari Kapolres AKB Pol. Drs.
Daud DJ Sihombing, SH. Beliau mengatakan, dirinya ingin mengundang pihak
ELS-HAM Papua guna membicarakan kasus misteri kematian Theys Hiyo
Eluay.
Menurut Kapolres, dirinya tidak mau berbicara lama ditelepon karena
baik telepon biasa ataupun Handphone semuanya disadap. Karena itu,
disepakati pertemuan tertutup di kantor ELS-HAM Papua, Jalan Kampus,
ISTP Padang Bulan.
Kemudian pada hari yang sama pukul 21.35, ELS-HAM Papua menerima
telepon dari Komisaris Polisi Boy Rafly, Kabag Serse Polda Papua.
Tujuannya sama dengan Kapolres, ingin membicarakan misteri kematian
Theys Hiyo Eluay.
Pertemuan dengan Komisaris Polisi Boy Rafly, disepakati pukul 14.00
dan pukul 16.00 dengan Kapolres Jayapura. Dalam pertemuan itu, Boy Rafly
menyampaikan usulan Kapolda Papua Irjen Drs. Made Mangku Pastika yang
memohon kepada ELS-HAM agar mengamankan para saksi pembunuhan Theys.
Dan mereka (pihak Polisi) tentunya akan mem-back up. Beliau juga
mengatakan bahwa para saksi yang berada di tahanan saat sekarang ini
sudah dimintai keterangan. Mereka (polisi) membutuhkan kerjasama dengan
pimpinan di ELS-HAM Papua guna membicarakan perlindungan bagi para
saksi.
Sedangkan Kapolres Jayapura Drs. Daud Sihombing, SH menyatakan dari
keterangan saksi kepada pihak polisi bahwa saksi menyatakan mereka
pernah dipanggil oleh pihak Satgas Tribuana, Kopassus entah untuk
kepentingan apa.
Tetapi para saksi tidak memenuhi panggilan tersebut, sehingga para
saksi itu merasa takut. Sebaiknya saksi datang ke sana (Markas Satgas
Tribuana) jangan satu orang, tetapi lebih dari satu supaya saksi tidak
menjadi takut tentang apa yang diucapkan dan ekspresi mereka (pihak yang
memanggil) apabila saksi dibentak dan diancam dibunuh oleh mereka.
Maka dibuatlah indikasi dan memperkuat indikasi-indikasi yang sudah
ada kalau bukan mereka yang melakukan mereka kan tidak mungkin
mengancam, kan logikanya begitu? Ini tujuan saya yang pertama datang
kesini, kata Kapolres. Yang kedua, bagaimana kita mengamankan saksi ini.
Kalau kita menangani secara langsung mungkin akan menjadi perhatian
masyarakat dan Kapolres menawarkan kepada ELSHAM untuk menangani dan
melindungi para saksi dan akan dibantu oleh Pihak Polres membackup
dengan keamanan juga bantuan makanan.
Dalam pertemuan itu juga, Kapolres menyatakan bahwa penyelidikan
kasus pembunuhan Theys Hiyo Eluay akan diumumkan dalam jangka waktu satu
minggu ini.
Atas permintaan kerjasama tersebut, pihak ELS-HAM Papua melayangkan
surat secara resmi kepada Kapolda, yang intinya menyatakan terima kasih
atas koordinasi dari pihak Kepolisian di Papua.
Pada prinsipnya perlindungan bagi para saksi menjadi perhatian kita
bersama, tetapi ELS-HAM Papua sebagai lembaga independen tidak bersedia
kerja sama dengan pihak Polisi dalam hal pengamanan bagi para saksi.
Karena secara hukum, perlindungan para saksi merupakan tanggungjawab
dan kewajiban aparat kepolisian. ELS-HAM Papua tetap melakukan
investigasi sebagai lembaga formal yang bergerak di bidang Hak Asasi
Manusia di tanah Papua, pihak polisi berkewajiban melindungi para saksi.
Satu minggu setelah kematian Theys Hiyo Eluay, Made Mangku Pastika
(Kapolda Papua) menyatakan bahwa penculikan dan pembunuhan Theys Hiyo
Eluay dilakukan oleh tiga kelompok, yakni kelompok penggagas, perencana,
dan kelompok eksekutor. Bisa jadi, masing-masing kelompok tidak saling
tahu, tetapi mempunyai tujuan dan misi yang sama.
Begitu juga tentang keberadaan Aristoteles Masoka, sopir Theys
sebagai saksi kunci berkembang cerita yang beragam. Sebelumnya pihak
kepolisian menyatakan Aristoles merupakan saksi kunci membuka tabir
tewasnya Theys Hiyo Eluay.
Namun, pada 4 Desember 2001 dalam rapat koordinasi dengan
Mengkopolkam di Jakarta, Kapolda Papua, Made Mangku Pastika menyatakan
bahwa posisi Aristoles (sopir almarhum Theys) terindentifikasi masih
hidup dan sedang menyeberang ke PNG.
Selain itu, diantara masing-masing anggota Presidium Dewan Papua
(PDP) tidak tahu persis di mana posisi Aristoles, sopir alamarhum Theys
itu.
Temuan ELS-HAM Papua
Sebagaimana diuraikan diatas, bahwa lahirnya dokumen Depdagri yang
sangat rahasia itu dan Operasi Sadar Matoa yang digelar oleh Polda Papua
menunjukkan bagaimana peranan Presiden Megawati Soekarnoputri (yang
saat itu sebagai Wakil Presiden RI) memberikan kontribusi yang sangat
besar bagi jatuhnya korban warga sipil di tanah Papua akhir-akhir ini.
Theys Hiyo Eluay merupakan "puncak" dari kebijakan Megawati untuk
memberantas apa yang mereka sebut separatisme di Papua, bahkan di Aceh.
Oleh karena kebijakan Depdagri dan Kepolisian Papua itu merupakan
bagian dari kebijakan negara secara keseluruhan, pemerintahan Presiden
Megawati segera bertanggungjawab atas penculikan dan pembunuhan Theys
Hiyo Eluay.
Dua dokumen sebagaimana diuraikan diatas menunjukkan adanya unsur
sistematis, yakni memperlihatkan tindakan yang terorganisir dan
mengikuti pola yang berulang, sehingga ada alasan kuat untuk meminta
pihak internasional membentuk tim independen terlibat dalam investigasi
penculikan dan pembunuhan Theys Hiyo Eluay.
Berdasarkan pengalaman selama ini pemerintah, dan aparat penegak
hukum Indonesia merupakan bagian dari tindakan terorganisir tersebut.
Apalagi Komnas HAM, diragukan independensinya ketika berhadapan dengan
kasus-kasus pelanggaran HAM yang melibatkan TNI.
Hasil investigasi Lembaga Studi dan Advokasi Hak Asasi Manusia
(ELS-HAM) Papua dalam kaitannya dengan penculikan dan pembunuhan Theys
Hiyo Eluay, menemukan beberapa fakta.
Pada malam 10 November 2001, Theys Hiyo Eluay diculik dan dibunuh
sesudah menghadiri resepsi yang diselenggarakan oleh Satgas Tribuana
Kopassus.
Untuk menghadiri acara resepsi itu tidak hanya Theys Hiyo Eluay saja
yang diundang, tetapi juga beberapa anggota Presidium Dewan Papua (PDP),
seperti Thaha Alhamid, Willy Mandowen, dan Pdt. Herman Awom.
Tetapi, mereka ini menolak hadir kecuali Theys, karena Kol. Inf,
Hartomo (Komandan Kopassus Tribuana) datang sendiri menjemput di rumah
pada Sabtu, 10 November 2001 sekitar pukul 10.30 WIT dengan membawa kado
Natal buat Theys yang berisi baju Kemeja Putih Lengan Panjang.
Selain itu, menurut hasil otopsi dokter dari Lembaga Patologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia No. 200/IBS/SB/2001 tertanggal
14 November 2001 menyatakan bahwa kematian Theys Hiyo Eluay tidak wajar
dicurigai oleh karena pencekikan/pembengkakan.
Begitu juga dari keterangan para saksi, sopir Theys Aristoles Masoka
(saksi kunci) berada di tangan Kopassus, bahkan menurut hasil
penyelidikan Polisi menyatakan bahwa saksi kunci, sopir Theys masih
hidup.
Rekomendasi
Berdasarkan hasil investigasi ELS-HAM Papua, dan keterangan para
saksi menunjukkan bahwa penculikan dan pembunuhan terhadap Theys Hiyo
Eluay terencana dan bermotif politik. Oleh karena itu, ELS-HAM Papua
merekomendasikan sebagai berikut:
Pertama, presiden Republik Indonesia untuk segera membentuk
Tim Investigasi Independen untuk menyelidiki kasus pembunuhan Theys Hiyo
Eluay.
Kedua, mendesak pemerintah Indonesia untuk segera menghentikan represi di Papua.
Ketiga, mendesak pemerintah Indonesia untuk segera menggelar dialog damai dengan agenda pelurusan sejarah integrasi Papua.
Keempat, mendesak pemerintah Indonesia untuk secara
transparan dan jujur menjelaskan Dokumen Rahasia yang dikeluarkan oleh
Depdagri pada 9 Juni 2000 dan implikasinya.
Kelima, presiden sebagai panglima tertinggi TNI segera menarik seluruh pasukan non organik yang beroperasi di tanah Papua.
Keenam, pemerintah Indonesia maupun TNI dan POLRI
berkewajiban memberikan perlindungan keamanan bagi para saksi yang
terkait dengan kasus pembunuhan Theys Hiyo Eluay, dan para aktivis HAM
di tanah Papua.
Baca juga laporan bagian I: Melawan Lupa; Penculikan dan Pembunuhan Theys H. Eluay Oleh Kopassus Bermotif Politik (Bagian I)
Baca juga laporan bagian II: Melawan Lupa; Penculikan dan Pembunuhan Theys H. Eluay Oleh Kopassus Bermotif Politik (Bagian II)
Baca juga laporan bagian III: Melawan Lupa; Penculikan dan Pembunuhan Theys H. Eluay Oleh Kopassus Bermotif Politik (Bagian III)
Sumber : www.suarapapua.com