Design Undangan terbuka acara Melawan Lupa 10/11 AMP Yogya (doc. AMP) |
Agus Dogomo, koordinator pelaksana sekaligus pemandu diskusi menyampaikan kegiatan ini dimaksudkan untuk mengenang Pejuang Papua, Theys Eluay yang telah dibunuh 13 tahun lalu, “selama ini teman-teman di media sosial sering memajang foto, kutipan kalimat-kalimat, design baju tentang Bapak Theys tetapi apakah mereka mengerti siapa dia secara mendalam itu pertanyaan, dan acara ini dikemas untuk menjawab pertanyaan itu” ujarnya kepada wartawan tabloidjubi.com usai kegiatan, Senin, 10/11.
Theys, menurut Dogomo adalah tokoh pejuang kemanusian orang Papua yang akan dikenang oleh generasi Papua sepanjang masa. Dia salah satu figur yang menyatuhkan orang Papua dari 250an suku ketika menjadi ketua Lembaga Masyarakat Adat (LMA), 1992 dan akhirnya terbukti dengan ditentukannya sebagai ketua Presidum Dewan Papua (PDP) dalam kongres II di Jayapura, pada 2000.
“Generasi Papua hari ini yang diskat-skat dengan adanya pemekaran, transmigrasi dan lan-lain mesti mengenal dan memahami dengan baik perjuangan para tokoh Papua, di antaranya Bapak Theys dan mempertanyakan kenapa mereka dibunuh, dan moment ini kami mengajak semua untuk bersatu menjadi satu Papua” ujar mahasiswa semester akhir salah satu perguruan tinggi swasta di kota Yogyakarta ini.
I Ngurah Suryawan, kandidat doktor Antropologi UGM dari Universitas Negeri Papua (Unipa) dan juga pemerhati sosial, politik dan budaya Papua yang turut hadir dalam diskusi Melawan Lupa ini menyampaikan kekerasan kemanusian di Papua sangat massif dan dibutuhkan pergerakan yang besar pula,
“Persoalan baku tipu diantara elit Papua untuk kepentingan pragmatis sangat berdampak pada aspek kehidupan masyarakat kelas bawah, belum lagi kita bicara cap tikus (CT-sejenis minuman untuk mabuk), kapal putih, transmigrasi, pemekaran daerah, investasi asing membuat orang Papua terpecah belah dari akar budaya dan sangat mudah dihasut” ujarnya.
Lebih lanjut, Ngurah menawarkan salah satu solusinya, selain orang Papua bersifat konsumtif tetapi harus lebih produktif dalam menghasilkan tulisan dari semua bentuk kejadian yang dialami masyarakat itu kemudian diakumulasikan dengan berbagai daerah dan diadvokasi bersama karena dengan cara seperti ini memiliki bobot yang tinggi.
Diskusi melawan lupa yang difasilitasi AMP DIY dimulai pukul 19.40 WIB dari rencana awal pukul 17.30 WIB dan berakhir pukul 22.15 WIB di aula utama Asrama Papua, Kamasan I, Yogyakarta dan dihadiri sekitar 30an mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di kota Yogyakarta. (Mecky)
Sumber : www.tabloidjubi.com