Pages

Pages

Sabtu, 04 Oktober 2014

ESSENSI KONFLIK DI BERBAGAI BELAHAN DUNIA TERHADAP PAPUA

Peta Wilayah Teritori West Papua
“Konflik di Tanah Papua”
Konflik dapat diartikan sebagai suatu kondisi di mana terjadi ketiksamaan persepsi, pandangan, perspektif antara satu pihak dengan pihak lainya yang kemudian masing-masing pihak berusaha untuk membenarkan pendapatnya dengan cara menyingkirkan pihak lawannya. Mengapa konflik dapat terjadi? Kita sebelumnya telah mengenal dan mempelajari tentang terjadinya interaksi antara individu di dalam masyarat. Masing-masing individu mimiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda. Ditambah lagi dengan tujuan dan kepentingan mereka yang tidak sama pula.
Ketidaksamaan antarindividu itulah yang membuat merasa terancam dengan eksistensi individu lainnya. Individu-individu tersebut lalu berupaya dengan menggunakan berbagai cara untuk menyingkirkan pihak yang menjadi lawannya. Konflik juga berdapak buruk terhadap suatu bangsa atau rumpun yang masih membutuh kebebasan.
Tak dapat dipungkuri bahwa dalam kehidupan manusia konflik selalu muncul, baik dalam kehidupan masyarakt, kelompok, individu, bahkan antara bangsa di duniai sebagai bagian dari peradaban manusia. Sebab koflik muncul sebagai akibat atau konsekuensi dari interaksi sosial. Dalam perspektif manajen organisasi, konflik selain memberikan dampak negatif juga mempunyai sisi positif bagi masyarakat. Sisi negatifnya karena dapat merugikan bagi individu atau kelompok yang tidak sanggup mencari solusinya sehingga konflik menjurus pada tindakan destruktif. Sedangkan sisi positifnya karena konflik merupakan kegiatan dinamis masyarakat atau organisasi untuk menghasilkan jalan keluar atau produk yang lebih berkualitas dan representatif untuk mencapai tujuan yakni, independen.
Dalam konteks pertama diperlukan cara penyelesaiaan secara arif, bijaksana, agar tercipta suatu kedamaiaan dan harmonisasi kehidupan masyarakt. Untuk mencapai cita- cita tersebut, di perlukan adanya pemberdayaan rekonsiliasi bagi kalangan elite agama, masyarakat, politik dan elite pemerintah untuk bersama-sama menyelesaikan kasus-kasus internal umat beragama yang sedang mangalami penderitaan saat ini. Bila kita mengabaikan konflik yang mengakibatkan nyawa manusia ini secara apatis, maka seakan-akan kehilangan dehumanisasi sesama warga-negara, ras, dan sukunya menjadi tanggungjawab kita bersama.
Dampak dari konflik merujuk pada dekadensi populasi yang ada diwilayah tersebut, terutama di wilayah papua baik dari sorong hingga merauke. Papua juga merupakan negeri yang melimpah dengan kekayaan alamnya. Dan 250 suku etnis yang mendiami diseluh wilayah tanah papua, sebagai identitas rumpun Melanesia. 
Tanah papua adalah negeri yang dijanjikan oleh sang pencipta kepada orang papua, rumpun Melanesia. Namun, koflik berkepanjangan terus membara sehingga manusia papua tiap tahun, tiap saat dapat cekal bahkan nyawa mereka tak berdaya karena tindakan militeristik yang sangat ekses. Banyak hal yang patut untuk direnungkan dan dicermati dengan fenomena konflik sosial, konflik komunal dan konflik kepentingan jalur ekonomi. Konflik-konflik itu, semuanya terkontaminasi sehingga orang papua, rumpun melanesia kehilangan identitasnya sebagai penghuni di Bumi Cendrawasi.
Apakah beberapa fenomena konflik diatas ini, merupakan peristiwa yang bersifat insidental dengan motif tertentu dan kepentingan sesaat, ataukah justru merupakan budaya dalam masyarakat yang bersifat laten. Realitas empiris ini juga menunjukan kepada kita bahwa masih ada problem mendasar yang belum terselesaikan, menyangkut penghayatan kita terhadap kaum kapitalis, kaum migran, dan pada umumnya non papua. Akan ada moment yang tepat untuk mengakhiri semua persoalan dan karena saat ini, masih berada dalam konteks kolonial.
Dengan ada apa konflik terus -merus terjadi diberbagai belahan dunia terutama di negeri yang kita cintai, tentunya ada pandangan diskriminasi, bahkan selalu di intimidasi dengan berbagai tindakan secara brutal. Untuk meredahkannya, langka awal yang perlu di kembangkan adalah menumbuhkan kesadaraan diri mengenai realitas pruralisme kehidupan. Ada kesadaraan ini menjadi landasan cukup berarti bagi terciptanya dialog yang benar-benar tumbuh dari kebutuhan mereka sendiri, yang pada giliranya memberikan peluang untuk bersikap saling terbuka, jujur dan saling memehami serta menghargai bangsa lain untuk menentukan nasib mereka sendiri. 
 
Belahan dunia harus diinvestigasi dan diintervensi atas persoalan-persoalan yang sedang terjadi dinegeri papua barat, serta membebaskan mereka dari berbagai koflik, ikatan belenggu kejahatan, sehingga merekapun mendapatkan hak yang sama yang disebut dengan ”self determination". (Awimee G)