Sejumlah anak di Paniai melakukan kampanye HIV/AIDS (Jubi/Roberth Wanggai) |
Jayapura, 5/9, (Jubi) – Musyawarah Besar (Mubes) wilayah adat
Mepago akan digelar di Kabupaten Nabire, pertengahan November 2014
mendatang. Mubes yang akan dihadiri oleh 3.000 orang itu mengangkat
topik minuman keras dan HIV/AIDS.
“Kami merasa ada penyakit sosial yang sementara membatasi dan
menghilangkan orang Papua terutama di wilayah adat kami, dalam hal ini
miras dan HIV/AIDS,” kata Deky Kayame, Sekretaris Panitia Mubes, Deky
Kayame, Jumat, (5/9) di Jayapura, dalam jumpa pers.
Ketua Bappeda Kabupaten Deiyai itu menegaskan pemberantasan miras
dan HIV/AIDS bukan menjadi tanggungjawab pemerintah,tetapi seluruh
masyarakat termasuk masyarakat adat.
Menurut Deky, untuk penyelenggaraan Mubes masyarakat adat yang
terdiri atas wilayah Nabire, Paniai, Dogiyai, Deiyai, Intan Jaya, dan
Mimika itu, Pemerintah Provinsi Papua telah menggelontorkan dana
sebesar Rp 1,5 miliar. Sejumlah cendekiawan asal wilayah adat Mepago
akan hadir sebagai pembicara di antaranya Dr.Beny Giay, Pastor Neles
Tebay, selain Gubernur dan para Bupati di wilayah adat tersebut.
Deky mengatakan, jika masalah miras dan HIV/AIDS dibiarkan dan
bertumbuh terus, akan membahayakan masa depan generasi muda di wilayah
Mepago, karena dari data wilayah adat tersebut banyak yang terjerembab
pada kedua penyakit sosial tersebut. Itu sebabnya Mubes dengan
mengangkat topi tentang Miras dan HIV/AIDS sangat penting untuk digelar
dalam rangka mencari solusi yang baik, sebagai upaya menghentikan Miras
serta menekan angka HIV/AIDS, agar di kemudian tidak berpindah kepada
orang lain.
“Jika itu terwujud, kita sudah dapat membentengi generasi yang ada.
Miras harus diberhentikan total. Mubes harus mencari solusi,” ungkap
adik kandung Bupati Paniai tersebut.
Dalam Mubes selama empat hari itu tersebut, panitia mengundang
Menteri Kesehatan RI dan sejumlah LSM dalam dan luar negeri. Gubernur
Papua, Lukas Enembe, dijadwalkan akan menyampaikan materi berjudul
“Kebijakan Gubernur Papua Dalam Mengatasi Dua Penyakit Sosial di Tanah
Papua”. (Jubi/Roberth Wanggai)
sUMBER : WWW.tabloidjubi.com