Pemaparan materi Tim Peneliti Teluk Bintuni dan Lembah Baliem (Jubi/Mecky) |
Yogyakarta, 15/9 (Jubi) – Orang Lembah Balim mengalami dua masa
pola pendekatan yang berbeda, yakni masa Misionaris Katolik dan Kristen
serta masa pemerintah Indonesia.
”Orang Balim menerima dengan baik para misionaris serta pendekatan
pendidikan yang dijalankan karena pola pendekatannya sederhana dan
merakyat” ujar Dr. C. Wisnu Nugraha, dosen Sastra Nusantara UGM dalam
seminar bertajuk Perjumpaan budaya lokal dan global pada masyarakat
Teluk Bintuni dan Lembah Balim di ruang Grafika, Hotel UC UGM, 15/9.
Dr. Wisnu yang juga anggota tim peneliti terkait topik di atas
menambahkan, pendekatan yang dinilai sukses itu tidak dilanjutkan oleh
pemerintah Indonesia namun menggunakan pendekatan yang berbeda sehingga
menimbulkan konflik,
“Awalnya setelah misionaris langsung membina orang asli, kemudian
dibina oleh para guru tamatan Sekolah Pendidikan Keguruan (SPG) dan ini
masih baik. Namun pemerintah Indonesia dengan pola pendidikan Inpres,
semua wajib berseragam, semua wajib membayar, wajib duduk di kursi dan
mencatat di atas meja, maka terjadi kesulitan untuk menyesuaikan apalagi
mencari uang untuk membayar biaya sekolah anak” ujarnya.
Albertus Heryanto, dosen Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Fajar
Timur Abepura menambahkan, pertemuan budaya dalam hidup beragama,
menyampaikan perjumpaan secara langsung orang Balim dengan dunia luar
terjadi tahun 1938 oleh tim ekspedisi kemudian oleh misionaris.
Lanjut Heryanto, kehadiran misionaris lebih khusus dari katolik
diterima baik oleh orang-orang Lembah Baliem. Hal itu ditandai dengan
telah terjadinya inkulturasi antara ajaran agama katolik dengan budaya
Lembah Balim.
Seminar bertema “Perjumpaan budaya lokal dan global pada masyarakat
Teluk Bintuni dan Lembah Balim sebagai respon budaya-budaya terhadap
penyusupan dan penyisipan sosial, ekonomi, politik serta budaya modern”
ini diselenggarakan oleh Pusat Studi Asia Pasifik UGM dan dihadiri oleh
puluhan mahasiswa jurusan antropologi maupun jurasan lain dari kampus
UGM. (Jubi/Mecky)
Sumber : www.tabloidjubi.com/