Markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (Foto: Ist) |
PAPUAN, Jayapura --- Ketua Parlemen Nasional West Papua (PNWP), Bucthar Tabuni, mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk angkat suara terkait kematian Ketua Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Sorong Raya, Martinus Yohame, yang sangat brutal dan sadis.
“PBB perlu kirim tim investigasi yang kredibel, agar dapat memastikan fakta-fakta, juga memastikan siapa pelaku pembunuhan, karena Yohame ditemukan dengan kondisi yang sangat mengenaskan," tegas Tabuni, saat menghubungi suarapapua.com, via telepon seluler, Rabu (10/9/2014) pagi tadi.
Selain itu, lanjut Tabuni, PBB juga perlu meminta pertanggungjawaban pemerintah Indonesia, karena tidak dapat melakukan penyelidikan, dan penuntutan terhadap pelaku pembunuhan.
Menurut mantan Ketua Umum KNPB ini, pembunuhan Yohame bukan pembunuhan yang biasa, dan wajar, sebab dari foto-foto dapat dilihat, Yohame dipukul sampai mukanya hancur, ditembak di dada kiri dan perut.
“Setelah itu disi di dalam karung goni, dan diikat, kemudian ditenggelamkan di dasar laut, ini sangat sadis dan brutal,” kata Tabuni.
Menurutnya, pembunuhan dengan pola dan gaya yang dilakukan terhadap Yohame hanya bisa dilakukan oleh orang-orang terlatih khusus, sebab kelihatannya sudah direncanakan sejak awal.
“Pelakunya jelas-jelas militer Indonesia, tapi dari Grup Kopassus, atau Kodam XVII/Cenderawasih, atau kelompok Polda Papua, juga belum bisa kami pastikan, yang pasti ia dibunuh oleh militer Indonesia,” tegasnya.
Lanjut Tabuni, pelapor khusus PBB bidang anti penyiksaan dan penghilangan paksa juga perlu dikirim ke tanah Papua, juga secara khusus memeriksa kasus kematian Martinus Yohame di Sorong.
“Ada banyak aktivis Papua yang dibunuh oleh militer Indonesia, tetapi belum pernah dilakukan penyelidikan dari PBB, dan kami kira ini saatnya untuk PBB ambil tindakan."
“Banyak kematian aktivis Papua yang saya maksud seperti pembunuhan secara sadis terhadap Arnold Ap, Dr. Thom Wainggai, Jhon Mambor, Mako Tabuni, Hubert Mabel, Opinus Tabuni, Yohame, dan masih banyak lagi, ini perlu diteliti lebih lanjut,” tegasnya.
Sementara itu, Kepolisian Daerah Papua mengklaim, kesulitan melakukan penyelidikan kasus kematian Ketua KNPB Sorong Raya karena keluarga melarang untuk dilakukan otopsi.
“Seharusnya keluarga mengijinkan pihak rumah sakit untuk otopsi, agar dapat dipastikan penyebab kematian. Ini agar memudahkan kepolisian,” tegas Kabid Humas Polda Papua, Kombes (Pol) Pudjo Sulistiyo di Jayapura, beberapa waktu lalu.
Terkait pernyataan Kabid Humas Polda Papua, Wakil Ketua KNPB Sorong Raya, Haselo, mengatakan, keluarga menolak dilakukan otopsi karena tidak percaya dengan kinerja kepolisian di Papua.
“Anggota KNPB yang tewas dibunuh bukan baru satu kasus, tapi sudah sangat banyak, nah, banyaknya kasus itu tidak pernah ditangani oleh Polisi, malah dibiarkan mengambang, jadi kami tidak percaya, dan Polisi hanya omong kosong saja," ujarnya.
Sebelumnya seperti ditulis media ini, Martinus Yohame, ketua KNPB Sorong Raya ditemukan tewas di dalam karung di Pulau Nan, ratusan kilometer dari Sorong, pada 26 Agustus 2014.(Baca: Ketua KNPB Sorong Raya Ditemukan Tewas Dalam Karung).
Ia sebelumnya dikabarkan hilang sejak tanggal 20 Agustus 2014. (Baca juga: Ini Kronologi Sebelum Jasad Martinus Yohame Ditemukan Tewas Didalam Karung). Baca juga:Penculikan dan Pembunuhan Martinus Yohame, KNPB: Ini Kejahatan Negara!
OKTOVIANUS POGAU
Sumber : www.suarapapua.com