Contoh Koran Jubi (dok/Jubi) |
Abepura,Jubi – Setelah tiga belas tahun bertahan sebagai anjing
penjaga (watchdog) di tanah Papua, kini tabloidjubi.com tampil kembali
dalam bentuk surat kabar harian.
“Teman-teman tidak terasa, tabloidjubi sudah 13 tahun. Jatuh bangun
akhirnya kita cetak koran. ,” ungkap Victor Mambor Pemimpin Redaksi
Jubi, dalam acara syukuran penerbitan Koran cetak Jubi di Restoran
B.One, Kota Jayapura, Papua, Sabtu (20/9) kemarin.
Jubi pertama kali terbit antara tahun 1999/2000 dalam bentuk tabloid
mingguan. Penerbitan tabloid terhenti akibat masalah internal. Jubi pun
mulai beralih ke dalam jejaring (online). Sambil online, Jubi mulai
coba terbit mingguan lagi pada tahun 2013 namun itu berhenti.
Kegagalan itu tidak membuat Jubi menyerah. Jubi bangkit dengan
semangat cetak koran harian. Koran harian akan terbit akhir September
2014 ini.
Jurnalis yang bekerja di masa -masa awal berdirinya tabloidjubi,
Cuding Levi menjelaskan perjalanan tiga belas tahun itu tidak mudah.
Jubi harus melalui berbagai tantangan.
Tantangan Internal antara pengelola media dan pemilik media
terdahulu, ( FOKER LSM Papua). Kalau sekarang, Jubi berdiri sendiri,
tidak berada di bawah kendali Foker LSM.
Tantangan eksternal datang dari pembaca. Orang kadang memandang Jubi
sebagai momok. Bahkan orang melihat Jubi media kelompok pro kemerdekaan
Papua.
Menurut Cuding, kalau melihat Jubi dengan logis, orang akan tahu
posisi Jubi yang benar. Jubi tidak berada dalam posisi pro atau kontra
merdeka. Jubi berada dalam posisi memperjuangkan nilai kebenaran,
demokrasi dan kemanusiaan.
Sejak terbit pertama, menurut Cunding, Jubi konsisten jujur bicara
kebenaran. Karena jujur itulah, pria yang juga bekerja sebagai jurnalis
Tempo ini tidak pernah berpikir meninggalkan Jubi ataupun koran Tempo.
“konsistensi Jubi dan Tempo itu sama. Mereka jujur bicara kasus-kasus
pelanggaran hukum. Suara hati saya yang paling dalam ada di sana”.
Jurnalis generasi ketiga Jubi, Dominggus Mampioper menambahkan di
momen yang sama, mengatakan penerbitan koran ini sangatlah bermanfaat,
terutama dalam penyebaran informasi maupun pengetahuan kepada khalayak
ramai di wilayah lokal, regional dan internasional.
Menurut pria yang akrab dengan sapaan Minggus ini, Jubi masih
mempunyai kesempatan terus berkembang ke wilayah Asia maupun kawasan
Pacifik. Harapan berkembang atau tidak itu tergantung kepada semua kru
Jubi.
Menulis dalam kerangka lokal maupun regional, menurut Minggus
sangatlah penting untuk mencatat segala peristiwa. Catatan jurnalis itu
bukan sekedar berita melainkan sejarah. “Kita bisa meninggalkan jejak
peradaban,”kata sang Junalis senior.
Kembali kepada pembicaraan Mambor. Mambor mengajak semua kru Jubi
saling mengenal, dan bekerja sama dalam mengkawal eksisnya penerbitan
koran Jubi. “Kita harap kita terus bergerak maju,”tegasnya mengahiri
sambutan pembukaan.
Kefas Matuan, Staf penerbitan memastikan pada 22 september mulai
promosi koran Jubi. “Kita langsung promosi. Saya sudah hubungi
teman-teman. Kita cetak seribu lebih. Satu koran Rp.3000,”jelas Matuan. (Benny Mawel).
Sumber : www.tabloidjubi.com