Ilustrasi ,Peta West Papua dan Peta Papua New Gunia. (foto, WK) |
Menurut ilmu pengetahuan yang saya
belajar, sebutan nama pulau Papua (sekarang) seharusnya kita sebut nama
yang diembriokan dari pada zaman purba, dan tidak terlepas dari benua
raksasa (Supercontinet) yang disebut sebagai “Benua Pangaea.”
Menurut Alfred Wegener, yang menerangkan tentang Apungan Benua (Continental Drift).
Konsepnya itu sangat menerangkan bagi saya bahwa posisi pulau Papua
(Sebutan Sekarang) pada zaman purba berada di belahan bumi bagian
selatan atau se-daratan dengan Amerika Selatan, Afrika, Australia,
India, Selandia Baru dan benua Antartika (South Pole) yang disebut sebagai anak benua raksasa (Supercontinet Child) dinamai “Gondwana Land”
pada zaman Jurassic awal, sekitar 180 Juta Tahun yang lalu. Pada zama
jurassic akhir sekitar tahun 160 juta tahun yang lalu, anak benua
raksasa bagian selatan mulai terpisah secara perlahan-lahan, dan
pergerakannya sedang berlangsung sampai saat ini.
Pulau Papua (Sebutan sekarang) adalah cikal bakal dari benua Australia,
yang terbentuk dari bebatuan sedimen Australia bagian utara mulai pada
zaman Cretaceous akhir (Kapur) sekitar 55 juta tahun yang lalu, dan
pulau itu disebut sebagai “Convergen Land” artinya;
“ pulau yang terbentuk karena tabrakan/tubrukan antara dua lempeng ”
kemudian akibat tabrakan dua lempeng itu terbentuk busur gunung api (Vorcanic Arc) pada lempeng benua.
Pulau Convergen
Land alias Pulau Papua itu sedang mengalami pengangkatan dari dasar
laut dan mengalami penderitaan yang sangat signifikan karena posisinya
terletak pada pertemuan antara tiga lempeng besar dunia, yaitu lempeng
Indo-Australia yang bergerak ke arah utara di bawah lempeng benua
Eurasia, lempeng Pasifik yang bergerak ke arah barat di bawah pulau
Papua (Convergen Land) dan lempeng benua Eurasia.
Pada pergerakan tersebut sampai saat ini sedang berlanjut. Maka untuk mengenal jejak cikal bakal terbentuknya pulau “Convergen Land” (Nama Purba/Asli) dilihat pada batas lempeng tektonik dan paparan/dangkalan Sahul. Klik di sini : Paparan Sahul
Catatan :
Saya berpikir bahwa untuk pemberian nama pada segalah-galahnya yang ada di planet bumi ini diberi nama oleh makluk mulia (Manusia).
Namun, sebelumnya manusia itu bisa menganalisa genesa, morfologi,
habitat, dan semua ciri-ciri yang ada pada benda/hewan yang bersedia
diberikan nama oleh manusia itu. Setelah dianalisis diberikan nama
sesuai dengan pengamatannya.
Tawaran saya Pulau Papua bisah disebut “Pulau Convergen Land”
Penulis : Demianus Nawipa (Mahasiswa Teknik Geologi IST AKPRIND Yogyakarta)