Ras Malanesia dan Melayu
jauh garis keterpisaha, dahulu kala apapun hubungan kekerabatannya juga
tidak pernah apa lagi berjuang bersama untuk indonesia merdeka.
Mengapa KNPB menyerukan
kepada orang Papua untuk memboikot atau tidak ikut serta dalam perayaan
Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 2014? Jawabannya karena tidak
pernah orang Papua berjuang merebut kemerdekaan Indonesia dari Belanda.
Mari kita cermati sejarah.
Sejarah Perjuangan
Indonesia dan Perjuangan Papua Barat membuktikan bahwa, Indonesia masa
perjuangan sampai dengan proklamasi kemerdekaan wilayah teritorial atau
batas negara Indonesia (Sabang sampai di Amboina) dijajah oleh Belanda
selama 350 tahun, sedangkan Papua Barat (Nederland Nieuw-Guinea) dijajah
oleh Belanda selama 64 tahun.
Walaupun Papua Barat dan
Indonesia sama-sama merupakan jajahan Belanda, namun administrasi
pemerintahan Papua Barat diurus secara terpisah. Indonesia dijajah oleh
Belanda yang kekuasaan kolonialnya dikendalikan dari Batavia (sekarang
Jakarta), kekuasaan Batavia inilah yang telah menjalankan penjajahan
Belanda atas Indonesia, yaitu mulai dari Sabang sampai Amboina.
Sedangkan, kekuasaan
Belanda di Papua Barat dikendalikan dari Hollandia (sekarang Port
Numbay), dengan batas kekuasaan mulai dari Kepulauan Raja Ampat sampai
Merauke.
Tahun 1908, Indonesia
masuk dalam tahap Kebangkitan Nasional (perjuangan otak) yang ditandai
dengan berdirinya berbagai organisasi perjuangan. Dalam babak perjuangan
baru ini banyak organisasi politik-ekonomi yang berdiri di Indonesia,
misalnya Boedi Utomo (20 Mei 1908), Serikat Islam (1911), Indische
Partij (1912), Partai Komunis Indonesia (1913), Perhimpunan Indonesia
(1908), Studie Club (1924) dan lainnya. Dalam babakan perjuangan ini,
terutama dalam berdirinya organisasi-organisasi perjuangan ini, rakyat
Papua Barat sama sekali tidak terlibat atau dilibatkan.
Hal ini dikarenakan
musuh yang dihadapi waktu itu, yaitu Belanda adalah musuh bangsa
Indonesia sendiri, bukan musuh bersama dengan bangsa Papua Barat.
Rakyat Papua Barat
berasumsi bahwa mereka sama sekali tidak mempunyai musuh yang bersama
dengan rakyat Indonesia, karena Belanda adalah musuhnya masing-masing.
Rakyat Papua Barat juga
tidak mengambil bagian dalam Sumpah Pemuda Indonesia tanggal 28 Oktober
1928. Dalam Sumpah Pemuda ini banyak pemuda di seluruh Indonesia seperti
Jong Sumatra Bond, Jong Java, Jong Celebes, Jong Amboina, dan lainnya
hadir untuk menyatakan kebulatan tekad sebagai satu bangsa, satu bahasa,
dan satu tanah air.
Tetapi tidak pernah satu pemuda pub dari Papua Barat yang hadir dalam Sumpah Pemuda tersebut.
Karena itu, rakyat Papua Barat tidak pernah mengakui satu bangsa, satu bahasa, dan satu tanah air yang namanya “Indonesia” itu.
Dalam perjuangan
mendekati saat-saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tidak ada orang
Papua Barat yang terlibat atau menyatakan sikap untuk mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan 17 Agustus 1945.
Tentang tidak ada
sangkut-pautnya Papua Barat dalam kemerdekaan Indonesia dinyatakan oleh
Mohammad Hatta dalam pertemuan antara wakil-wakil Indonesia dan penguasa
perang Jepang di Saigon Vietnam, tanggal 12Agustus 1945.
Saat itu Mohammad Hatta
menegaskan bahwa “…bangsa Papua adalah bangsa Negroid, ras Melanesia,
maka biarlah bangsa Papua menentukan nasibnya sendiri…”. Sementara
Soekarno mengemukakan bahwa bangsa Papua masih primitif sehingga tidak
perlu dikaitkan dengan kemerdekaan bangsa Indonesia. Hal yang sama
pernah dikemukakan Hatta dalam salah satu persidangan BPUPKI bulan Juli
1945.
Ketika Indonesia
diproklamasikan, daerah Indonesia yang masuk dalam proklamasi tersebut
adalah Indonesia yang masuk dalam kekuasaan Hindia Belanda, yaitu “Dari
Sabang Sampai Amboina”, tidak termasuk kekuasaan Nederland Nieuw-Guinea
(Papua Barat).
Karena itu pernyataan
berdirinya Negara Indonesia adalah Negara Indonesia yang batas kekuasaan
wilayahnya dari Sabang sampai Amboina tanpa Papua Barat. (Catatan Ones
Suhuniap, Sekretaris Umm KNPB)
Sejak Indonesia
mencaplok dan menganeksasi wilayah teritori West Papua pada tahun 1962,
Indonesia terus memaksakan nasionalisme Indonesia kepada orang Papua
yang berbeda sejarah tadi. Saat ini, pejabat-pejabat Papua yang sedang
mengabdi dan menjadi budak penguasa kolonial sedang memaksa rakyat untuk
merayakan kemerdekaan 17 Agustus 2014. Mereka paksa orang Papua untk
kibarkan bendera Merah Putih, sebuah bendera yang tidak pernah ada dalam
sejarah perjuangan bangsa Papua.
KNPB telah menghimbau
orang Papua untuk tidak terlibat dalam merayakannya. Orang Papua tidak
perlu ikut-ikutan dalam sejarah milik bangsa lain.
Orang Papua harus
berdiri pada sejarahnya sendiri. KNPB menghimbau rakyat untuk tidak
terhasut dengan rayuan penjajah, karena orang Papua harus menentukan
nasibnya sendiri tanpa ditentukan oleh Indonesia.
Kutipan: knpbnews