Ketua Parlemen Nasional West Papua (PNWP), Bucthar Tabuni (Foto: Ist) |
PAPUAN, Jayapura --- Ketua Parlemen Nasional West Papua (PNWP), Bucthar Tabuni menegaskan, Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) ke-69 di tanah Papua tidak ada makna apa-apa bagi seluruh rakyat Bangsa Papua Barat.
“Kami orang West Papua tidak memperingatinya, jika anda temukan banyak bendera merah putih di jalan-jalan, atau rumah-rumah warga, itu bentuk pemaksaan yang dilakukan pemerintah Indonesia,” kata Tabuni, saat menghubungi suarapapua.com, siang.
Menurut Tabuni, makna kemerdekaan Indonesia yang sesungguhnya adalah pembunuhan, pembantaian, penyiksaan, dan penghilangan paksa terhadap orang Papua sejak tahun 1961 hingga saat ini.
“Ini bukti bahwa tidak ada arti apa-apa bagi orang Papua. Yang kami inginkan adalah orang Papua bebas, merdeka dan berdaulat di atas tanah airnya sendiri. Indonesia harus angkat kaki dari Papua,” tegas mantan Ketua Umum Komite Nasional Papua Barat (KNPB) ini.
Dikatakan, simbol bendera merah putih yang dipajang di jalan-jalan utama wilayah Papua tidak bisa diterjemahkan sebagai keinginan orang Papua untuk tetap di dalam NKRI.
“Bagaimana mau menerjemahkan itu, sebab ada pemaksaan, bahkan anehnya aparat militer sendiri yang jalan pasang dimana-mana, inikan tidak masuk akal. Jangan paksa kami, sebab dari awal kami sudah tolak NKRI di tanah Papua.”
“PNWP dan KNBP akan terus berjuang agar hak orang Papua untuk merdeka dan berdaulat bisa terwujud melalui referendum,” tegasnya.
Ketika ditanya terkait tempat ia bermukim usai dijadikan Daftar Pencarian Orang (DPO) oleh Kepolisian Daerah Papua, Tabuni mengaku saat ini ia aman-aman saja, dan berada di tanah West Papua.
“Saya tidak kemana-mana, bahkan tidak ke luar negeri, termasuk ada isu yang bilang saya di Papua New Guinea, itu tidak benar. Saya ada di tanah air West Papua, dan saya berada bersama rakyat saya,” tegasnya.
Sementara itu, Dorus Wakum, aktivis hak asasi manusia di Papua menambahkan, ia tidak memperingati HUT RI di tanah Papua, sebab pelanggaran HAM masih terus terjadi di tanah Papua hingga saat ini.
“Bagaimana mau menghayati HUT RI, Theys dibunuh secara biadab, Mako Tabuni ditembak dengan sadis, Arnold Ap digelapkan tanpa pusara, suara-suara mahasiswa masih terus dibungkam, ini kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Indonesia di tanah Papua,” tegasnya.
Wakum berpendapat, mayoritas orang Papua tidak pernah mengikuti perayaan HUT RI, sebab makna kemerdekaan sudah sama sekali tidak ada, dan bahkan kebencian terhadap pemerintah sudah mengakar di hati orang Papua.
“Yang ikut upacara bendera pasti hanya militer, pejabat NKRI, anak-anak pejabat, dan orang-orang Papua yang otaknya sudah dicuci oleh NKRI. Kalau saya tidak akan pernah lupa dengan sejarah, sejarah pembantaian yang dilakukan militer Indonesia,” ujar Dorus.
OKTOVIANUS POGAU
Sumber : www.suarapapua.com/