Orang Tua 20 Mahasiswa STI-PAN (Ronny/Jubi) |
Jayapura,29/6(Jubi) Penyebab 20 puluh mahasiswa asal Jayawijaya menduduki kantor penghubung Provinsi Papua di Jakarta sehingga menyebabkan mereka ditahan Metro Jakarta Selatan, akhirnya terungkap, menyusul adanya tanggapan pihak Pemkab Jayawijaya terhadap aksi para orang tua mahasiswa yang ditahan.
Ternyata, puluhan mahasiswa itu berunjuk rasa di kantor penghubung di
Jakarta karena ingin mendapatkan perhatian dari Pemkab Jayawijaya yang
tidak membayar kuliah mereka di STIP-LAN sehingga mereka tidak bisa
kuliah pada tahun ini.
Pihak Pemkab Jayawijaya tidak membayar biaya kuliah mahasiswa asal
daerahnya itu dengan alasan pada 2014 mengalami defisit anggaran.
Para orang tua mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmi Pemerintahan dan
Administrasi Negara (STIP – AN) Asal Jayawijaya yang ditahan di Polres
Metro Jakarta Selatan, beberapa hari lalu, berunjuk rasa di kantor
Buapati Kabupaten Jayawijaya Wamena (26/06/14).
Mereka menuntut pemerintah Jayawijaya segerah bertanggung jawab atas
penahanan 20 mahasiswwa STIP – AN asal Jayawijaya oleh Polres Metro
Jakarta Selatan akibat mereka menduduki kantor penghubung di Jakarta.
Hingga kini para mahasiswa itu masih ditahan di Polres Metro Jakarta
Selatan.
Pada aksi tersebut para orang tua / wali itu memasang sejumlah
pamflet berisi tuntutan kepada Pemkab Jayawijaya untuk segera
bertanggung jawab.
Salah satu orang tua dalam kesempatan tersebut mengatakan jika
pemerintah tidak mampu membiayai mahasiswa Jayawijaya, pihaknya atas
nama semua orang tua Mahasiswa STIP-AN, meminta agar anak-anak mereka
segera dipulangkan.
Menanggapi aksi tersebut, Pemerintah Kabupaten Jayawijaya melalui
Asisten Dua Sekda, Gaad Piramid Tabuni, SP, M.M., mengatakan bahwa
awalnya Pemda merencanakan untuk membiayai mahasiswa yang kuliah di
salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta Selatan. Namun, kata
Tabuni, pada tahun 2014 ini anggaran Pemda Jayawijaya sangat terbatas
karena mengalami difisit yang tinggi sehingga Pemda tidak membayar
biaya perkuliahan dan mahasiswanya tidak bisa mengikuti kuliah.
“Kami waktu itu berjanji untuk menganggarkan. Tetapi, kondisi
keuangan Pemkab saat 2014 ini defisit tinggi sehingga janji itu tidak
bisa terlaksana. Akibatnya, tahun ini anak-anak ini tidak bisa ikut
kuliah karena kewajiban mereka belum disetor,” ungkap Gaat Tabuni.
Menurut Tabuni, sejak beberapa waktu lalu pihaknya telah
menyampaikan hal ini kepada Bupati Kabupaten Jayawijaya untuk bertemu
perwakilan mahawsiswa yang ada di Jayawijaya. Namun, karena adanya agenda penting yang harus diselesaikan sehingga pada aksi tadi Bupati tidak menghadirinya.
Tabuni mengatakan, Bupati Jayawijaya Wempi Wetipo menginginkan
adanya solusi untuk menyelesaikan persoalan ini secara bijaksana.
“Tentunya kebijakan menyangkut pembiayaan,” ujarnya.
Sementara itu, terkait penahanan 20 mahasiswa STIP-AN di Polres Metro
Jakarta karena menduduki kantor penghubung, Tabuni mengatakan hal itu
di luar dugaan Pemda Jayawijaya. Menurut Tabuni, tidak mungkin pihak aparat menahan hanya karena menyampaikan aspirasi.
Menanggapi Jawaban Pemerintah Kabupaten Jayawijaya, Musa Mawel,
perwakilan mahasiswa STIP-AN, mengaku tidak puas. Jawaban itu menurut
Musa tidak bisa memberikan kepastian. Padahal, kata Musa, hingga saat
ini 20 mahasiswa masih berada di tahanan Polres Jakarta selatan.
Ia juga mengaky kecewa karena dari sejumlah pejabat Pemda yang
ditemua sejak beberapa hari lalu tidak ada satu pun yang bisa memberikan
jawaban memuaskan. Hingga pada aksi orang tua kemarin pun tidak ada
jawaban kepastian.
“Saya sudah lama
datang ke sini. Semua pejabat yang saya temua menolak. Saya tidak
tahu siapa yang sebenarnya paling bertanggung jawab. Sampai dengan aksi
orang tua hari ini juga belum ada jawaban pasti. Padahal, teman-teman
saya masi di tahanan sampai detik ini,”ujar Mawel.
Mawel memintah agar Pemerintah Kabupaten Jayawijaya segera mendatangi
Polres Jakarta Selatan untuk menemui mahasiswa yang ditahan, kemudian
menyelesaikan semua persoalan yang dihadapi. “Saya atas nama teman-teman
mahasiswa yang masih ditahan minta Pemerintah Daerah turun menemui
mereka yang masih disel, untuk kita bicarakan sama-sama,” ujarnya.
Sebelumnya, tabloidjubi.com menulis, “pada 25 juni 2014 jam 02:00 WIB
Polresta Metro Jaya Jakarta selatan melakukan penjemputan paksa
mahasiswa/I STIP_AN asal pengirim Pemda kabupaten Jayawijaya yang
menduduki kantor penghubung Propinsi Papua di Jalan SuryoNo. 60
Kebayoran Baru Jakarta Selatan,” pesan Musa Mawel kepada tabloidjubi.com
dari Jakarta, 25/6
Menurut Mawel, penjemputan paksa itu di lakukan Polres a Metro Jaya
Jakarta Selatan dengan alasan mahasiswa itu menganggu aktivitas
perkantoran badan penghubung Provinsi Papua di Jakarta yang diduduki
oleh mahasiswa/I STIP-AN Jakarta asal Kabupaten Jayawijaya selama dua
hari dua malam. (Ronny Hisage/Mawel/Jubi)
Sumber : www.tabloidjubi.com