Spanduk Yang Dibuat Oleh AMP Buatan Kolonial (fb) |
Yogyakarta (30/06/2014) - Berbagai macam upaya terus dilakukan oleh Indonesia guna mematika gerakan perlawanan yang dilakukan oleh Aliansi Mahasiswa Papua [AMP] di daerah Jawa dan Bali.
Indonesia seolah-olah tidak kehabisan akal untuk berupaya mematikan
gerakan AMP yang selalu tetap eksis pada isu "Hak Menentukan Nasib
Sendiri Sebagai Solusi Demokratis Bagi Rakyat West Papua".
Melihat eksistensi yang terus ditunjukan AMP dalam memperjuangkan Hak-Hak Rakyat West
Papua di tanah Jawa dan Bali, nampaknya Indonesia kebaaran jenggot, dan
untuk menanggapi aksi-aksi yang dilakukan AMP, maka Indonesi
melancarkan berbagai macam serangan kepada AMP, guna mematikan
pergerakan AMP di Jawa dan Bali. Upaya yang dilakukan oleh Indonesia
untuk mematikan pergerakan Mahasiswa Papua di Jawa dan Bali belakangan
ini semakin marak terjadi, dimana setelah sebelumnya pada tanggal 15
Agustus 2013, sejumlah aparat Kepolisian Indonesia Kota Surakarta
mendatangi sekretarian AMP Kota Solo, guna membubarkan massa aksi AMP
yang sedang bersiap-siap untuk menggelar aksi mengutuk New York
Agreement, tidak berhasil membubarkan massa yang ada, akhirnya Polisi
yang datang menyita atribut aksi yang sudah disiapkan oleh AMP Solo,
untuk dipergunakan dalam aksi.
Upaya Kepolisian Indonesia yang ingin mematikan gerakan AMP kembali
terjadi pada pertengahan bulan November 2013 di kota Surakarta,
Kepolisian Indonesia berupaya membubarkan secara paksa aksi yang
dilakukan oleh AMP dan berupaya merebut atibut yang digunakan oleh AMP
saat menggelar aksi. Namun upaya kepolisian Indonesia merebut atribut
AMP tidak berhasil, karena massa AMP terlebih dahulu mengamankan atribut
yang hendak direbut oleh Polisi. Merasa tidak berhasil dengan upaya
yang mereka lakukan, pada tanggal 1 Desember 2013, ketika AMP menggelar
aksi se Jawa dan Bali, untuk memperingati HUT West Papua yang ke-52 di
Kota Surabaya, Kepolisian
dan TNI kembali memberikan tekanan kepada AMP dengan menurunkan ribuat
aparat bersenjata lengkap, guna menghentikan jalannya aksi yang digelar
AMP, namun upaya provokasi yang dilakukan oleh TNI dan Polisi saat itu
tidak berhasil, karena massa AMP tetap fokus dan berpatokan pada komando
yang ada pada korlap dan kordum aksi.
Tidak berhasil dengan beberapa upaya yang sudah mereka lakukan, Indonesia kembali berupaya menggunakan cara lain, kali ini
Indonesia menggunkan massa bayaran yang jumlahnya tidak lebih dari 15
orang, untuk memalang dan membubarkan aksi yang digelar oleh AMP pada
tanggal 19 Desember 2013 di Surakarta (Solo), pada tanggal 19 Desember,
AMP menggelar aksi mengutuk TRIKORA yang dikumandangkan oleh
Ir.Soekarno, pada tanggal 19 Desember 1961, namun ketika dalam
perjalanan menuju titik akhir aksi, massa AMP dikejutkan oleh sejumlah
massa bayaran yang menamakan diri mereka "Gerakan Rakyat Peduli
Masyarakat" (GEMPAR). Massa Gempar yang jumlahnya tidak lebih dari 15
orang dan terlihat diboncengi oleh aparat TNI dan Polisi, berupaya
memanas-manaskan keadaan dengan berlari kearah massa AMP, sambil
menyeriakan yel-yel NKRI Harga Mati, namun upaya provokasi yang
dilakukan oleh sejumlah massa bayaran tersebut tidak berhasil memicu
amarah massa AMP, massa AMP terlihat tenang saja, sambil meneriakan
yel-yel PAPUA....MERDEKA....PAPUA....MERDEKA...., sambil menunggu
koordinator aksi dan negosiator bernegoisasi dengan massa bayaran
tersebut. Namun karena tidak ada titik temu, akhirnya AMP memutuskan
untuk membacakan Pernyataan Sikap ditempat massa berhenti dan
membubarkan diri lebih awal guna menghindari upaya mengkriminalisasi AMP
yang dilakukan oleh Indonesia.
Tidak puas dengan sikap AMP yang tidak merespon provokasi yang mereka
lakukan, oknum-oknum yang mengatas namakan Gempar ini menyebarkan
berbagai macam poster, selebaran, dan Pamflet bernada ancaman terhadap aktivitas AMP di tempat-tempat umum di kota Solo dan Yogyakarta,
dengan tujuan untuk menakut-nakuti massa AMP. Menanggapi
selebaran,poster, dan Pamflet yang disebar oleh Gempar, AMP melayangkan
surat untuk menggelar audensi antara Kepolisian Surakarta, AMP dan
Gempar. Namun pada waktu yang telah ditentukan, ketika AMP mendatangi
kantor Kepolisian Surakarta, ternyata Pimpinan Kepolisian setempat tidak
ada di tempat, dan utusan dari Gempar sendiri tidak hadir, akhirnya AMP
melukan audensi bersama Wakasad Intel
di Kepolisian Surakarta, dan audensi tersebut, Wakasad Intel
menyampaikan permohonan maafnya dan menjamin akan memberikan kebebasan
berekspresi dan demokrasi kepada AMP yang seluas-luasnya, dan juga
menyatakan akan menindak lanjuti laporan AMP terkait Gempar.
Namun nyatanya, janji yang disampaikan oleh Wakasad Intel Surakarta itu
hanyalah omong kosong, sebab dua hari setelah audensi, Gempar kembali
menyebarkan selebaran, poster dan pamflet bernada ancaman yang lebih
keras lagi, dan yang sangat lucu adalah dalam selebaran yang mereka
keluarkan, mereka tuliskan nama kuasa Hukum AMP yang ikut mendampingi
AMP saat audensi dengan Wakasad Intel, hal ini memicu kecurigaan bahwa
sebenarnya orang-orang yang mengatas namakan Gempar itu adalah
orang-orang dari Kepolisian sendiri. Tidak hanya sampai di situ,
upaya-upaya untuk mematikan gerakan AMP terus dilakukan, dengan berbagai
macam cara, mereka menyebarkan SMS-SMS teror kepada massa AMP guna
mankut-nakuti massa AMP, selain itu, mereka juga menggunakan massa
organisasi-organisasi massa (Ormas) yang ada di daerah Jawa, guna
memberikan teror dan ancaman-ancaman kepada pengurus dan anggota AMP,
lewas SMS, Selebaran dan Pernyataan-Pernyataan di media.
Cara terbaru yang mereka gunakan saat ini adalah mereka merekrut beberapa oknum Mahasiswa Papua yang kelaparan di Jakarta
dan membentuk organisasi baru dengan nama yang sama "Aliansi Mahasiswa
Papua", dengan tujuan untuk membenturkan Isu yang dikeluarkan oleh ALIANSI MAHASISWA PAPUA [AMP] pro Kemerdekaan WEST PAPUA dengan Aliansi Mahasiswa Papua bentukan mereka. Hal ini seperti yang terlihat pada sebuah foto yang sedang di sebarluaskan di Facebook,
dimana dalam foto tersebut terbentang sebuah spanduk dengan logo KPU
dan bertuliskan Aliansi Mahasiswa Papua Jakarta siap sukseskan Pilpres
2014. Tulisan di spanduk ini sangat jelas dibuat oleh orang-orang
/oknum-oknum yang sengaja ingin membenturkan isu yang dikeluarkan oleh ALIANSI MAHASISWA PAPUA [AMP] pro
Kemerdekaan WEST PAPUA, yang sejak awal telah menyeruhkan kepada
seluruh elemen Bangsa PAPUA untuk melakukan BOIKOT PILPRES KOLONIAL
Indonesia di Seluruh Wilayah PAPUA.
Selain itu, yang harus diketahui adalah oleh kita bersama-sama adalah,
hingga saat ini, belum ada pembentukan struktur ALIANSI MAHASISWA PAPUA
[AMP] yang aktif untuk Komite Kota Jakarta ! dengan demikian, maka kami
tegaskan bahwa yang menempelkan Spanduk dukungan Pilpres Indonesia di
Jakarta adalah Perbuatan Oknum-Oknum yang sengaja ingin mencemarkan nama
baik AMP dengan berupaya membenturkan isu yang di usung oleh ALIANSI
MAHASISWA PAPUA, dan untuk itu, Kami dengan tegas MENGUTUK upaya
Pencemaran yang dilakukan oleh Oknum-oknum yang sedang mencari makan di
Jakarta, dan Menyeruhkan Kepada Seluruh Rakyat WEST PAPUA Untuk
Melakukan BOIKOT Pemilihan PRESIDEN Republik Indonesia di Seluruh Tanah PAPUA.
Yogyakart, 30 Juni 2013
Biro Organisasi
ALIANSI MAHASISWA PAPUA [AMP]
Komite Kota Yogyakarta
Roy Karoba
Sumber AMP Jogjarakta