Suasana pelantikan PPD Dogiyai, Kamis (12/12/2013) lalu. Foto: Dok MS |
Dogiyai, MAJALAH SELANGKAH -- Panitia
Pemilihan Distrik (PPD), Panitia Pemungutan Suara (PPS), dan Kelompok
Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) se-Kabupaten Dogiyai, Provinsi
Papua, mengancam akan memboikot Pemilihan Umum (Pemilu) Presiden 9 Juli
2014 mendatang dan menyita semua barang milik Sekretaris KPUD Dogiyai,
Agus Sampe dan bendaharanya sebagai jaminan.
Ancaman itu
disampaikan karena Komisi Pemilihan Umum (KPU) Dogiyai, dalam hal ini
Sekretaris KPUD belum membayarkan honor PPD, PPS, KPPS selama 4 bulan,
Februari-Mei 2014.
Siang tadi,
Senin (02/06/14), PPD dan PPS 10 Distrik, Kabupaten Dogiyai menyampaikan
rencana boikot dan penyitaan barang-barang milik Sekretaris KPUD
Dogiyai itu kepada Kapolres Nabire.
"Kami
dipermainkan terus. Kami meminta secara baik-baik untuk bayarkan hak
kami, bahkan kami sudah melakukan aksi protes. Karena, kami sudah
melaksanakan kewajiban kami. Tetapi, hingga saat ini belum dibayarkan.
Kami sudah sepakat boikot Pilpres di Dogiyai. Jadi, yang menyuruh 100
ribu lebih suara golput adalah KPU dan sekretaris KPU Dogiyai," demikian
isi pernyataan yang diserahkan kepada Kapolres Nabire siang tadi.
Mereka juga
meminta KPUD dan Sekretaris KPUD Dogiyai untuk segera membayar dana
Operasional Pileg antara lain, rapat pleno hasil rekapan penetapan suara
di tingkat KPUD, dana konsumsi selama rapat pleno penetapan hasil
rekapan suara, transportasi untuk antar hasil rekapan suara dari PPD ke
kabupaten.
Menanggapi hal
itu, Kapolres mengatakan, pihaknya akan melakukan koordinasi dengan
pihak KPUD Dogiyai dan Sekretaris KPUD serta pemerintah di Dogiyai agar
dicarikan jalan keluar. Ia berpesan, PPD, PPS dan KPPS tidak mengambil
langkah-langkah yang merugikan semua pihak. (Yermias Degei/MS)
Sumber : www.majalahselangkah.com
Sumber : www.majalahselangkah.com