Victor Yeimo Ketua Umum KNPB |
Pemilu Legislatif (Pileg) Indonesia 2014 memang kacau balau. Anda
yang kalah -secara wajar atau tidak wajar- tidak perlu kecewa, stress,
apalagi mengomel dan memberontak. Anda yang menang akan terlahir sebagai
politisi busuk, karena politik kolonial Indonesia memang busuk. Ibarat
air jernih dimasukan kedalam wadah yang kotor, begitulah politisi Papua
yang masuk dalam wadah politik kolonial yang kotor akan menjadi kotor,
sebersih apapun anda.
Kita menyaksikan taktik penghancuran Gerakan Atjeh Merdeka (GAM) oleh
politik kolonialisme Indonesia. Kekuatan politik GAM yang mengambil
jalur kompromi melalui Parlemen dihancurkan Jakarta melalui politik
pecah belah dalam Partai Aceh (PA) dan Partai Nasional Aceh (PNA). Tentu
ini bikinan BIN dan Kopassus yang memanfaatkan politisi Aceh yang haus
kekuasaan. Kesepakatan Helsikie tidak dihormati Jakarta, Otsus Atjeh pun
berjalan setengah hati.
Orang Papua yang mengejar kekuasaan politik Indonesia dalam Pileg
2014 kemarin harus mengambil makna bahwa sistem berdemokrasi yang kacau
balau adalah bukti kebobrokan penyelenggaraan sistem politik kolonial.
Tidak akan pernah ada sistem demokrasi yang baik dalam kekuasaan politik
kolonialisme. Sebaliknya, demokrasi yang bobrok tidak akan melahirkan
politik dan politikus yang baik. Dan sudah tentu, janji-janji perubahan
dalam kolonial Indonesia hanya menjadi ilusi semata.
Yang memprihatinkan juga, praktek ini tidak hanya membodohi,
memanipulasi dan mengeksploitasi rakyat West Papua, tetapi membudayakan
rakyat West Papua. Kalau ini terus membudaya, sudah tentu konflik sesama
keluarga, sesama suku dan sesama bangsa- bangsa Papua- akan terbuka,
persis seperti Afrika pada masa penjajahan Eropa. Tujuan kolonialisme di
West papua mulai tercapai, yakni mempolarisasi dan mengkandangkan
manusia Papua untuk ribut dan ‘baku bunuh’ dalam sistem politik kolonial
Indonesia, sedang negeri yang kaya raya diduduki dan diambil sepenuhnya
oleh Indonesia.
Kondisi ini tentu menjadi ancaman bagi gerakan pembebasan nasional
West Papua, yang tidak hanya memiliki tujuan membebaskan teritori West
Papua dari kungkungan kolonialisme Indonesia, tetapi juga dalam
membentuk sistem politik yang demokratis dan terpimpin bagi rakyat West
Papua kedepan. Kami sangat menolak proses pembentukan kelas kapitalis
birokrat kolonial yang melahirkan ketergantungan rakyat bermental
materialistik. Ini suatu proses degradasi martabat dan harga diri orang
Papua diatas tanah Papua.
Sudah terlalu jauh kita terbawa dalam sistem berpikir kolonial. Sudah
saatnya kita membuka realita Papua yang terselubung. Sudah waktunya
kita menentukan langkah kita, menentukan arah politik kita. Yah, kita
sendiri, tanpa Indonesia, yakni membangun struktur politik kita melalui
Parlemen Rakyat Daerah (PRD) di seluruh wilayah West Papua. Sudah
saatnya kita membangun lembaga politik sebagai tempat membangun nilai
diri, ideologi, sistem berdemokrasi, sistem berpolitik kita sendiri.
Kita pasti bisa!
Victor Yeimo, Ketua Umum KNPB