Oleh : Abbi Douw
Sejak awal Papua dimasukkan secara paksa (aneksasi) ke dalam
Indonesia, Jendral Ali murtopo yang sekaligus mewakili suara Pemerintah
Indonesia, dengan tegas mengatakan "Kami tidak butuh Manusia Papua,
tetapi yang kami butuhkan Kekayaan Alam Papua"
Berawal dari
aneksasi, Orang Papua menjadi minoritas, termarginalisasi, dan terancam
punah di atas tanah leluhurnya sendiri. Khusus Port Numbay, dari data
dinas catatan sipil dan kependudukan
melaporkan, dari 491.000 penduduk Port Numbay, Orang Asli Papua hanya
1,36%. Data ini sangat memprihatinkan.
Senjata yang digunakan Indonesia untuk memusnahkan Etnis Melanesia di
Papua, selain militer, penyakit dari makanan kadaluarsa yang lancar
dikirim ke Papua, HIV/AIDS, dan Kusta. Selain itu, perampasan tanah
untuk investor-investor asing. Yang didukung oleh kebijakan politik
Utsus, UP4B, dan DOB.
Untuk mengubah pandangan Orang Papua, Indonesia memberikan produk-produk politik berupa Otonomi Khusus, UP4B, dan Otonomi Khusus Plus yang kini sedang diperjuangkan bersama DOB (Daerah Otonom Baru atau Pemekaran).
Dalam benak kebanyakan Orang Asli Papua, kebijakan-kebijakan itu ada karena Indonesia prihatin terhadap Papua. Namun anggapan itu salah, kebijakan itu dibuat untuk memuluskan misi Indonesia memusnahkan Etnis Melanesia di Papua dan secara leluasa menguasai SDA di Papua.
Otsus hadir untuk membuat manja Orang Asli Papua, yang akhirnya menjadi orang malas. Karena dalam benak Orang Asli Papua Otsus itu "uang", bukan kebijakan yang seharusnya dimanfaatkan sebaik mungkin oleh para petinggi di Papua.
DOB/Pemekaran hadir di Papua adalah praktik ulang dari praktik yang pernah dilakukan di Afrika yaitu politik pecah-belah. Praktik yang membuat Orang Papua nantinya menjadi manusia Individualis dan egois. Yang hasil akhirnya adalah konflik horisontal (OrPa vs OrPa).
Penulis adalah Abbi Douw Anggota Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) komite Kota Jogjakarta
Untuk mengubah pandangan Orang Papua, Indonesia memberikan produk-produk politik berupa Otonomi Khusus, UP4B, dan Otonomi Khusus Plus yang kini sedang diperjuangkan bersama DOB (Daerah Otonom Baru atau Pemekaran).
Dalam benak kebanyakan Orang Asli Papua, kebijakan-kebijakan itu ada karena Indonesia prihatin terhadap Papua. Namun anggapan itu salah, kebijakan itu dibuat untuk memuluskan misi Indonesia memusnahkan Etnis Melanesia di Papua dan secara leluasa menguasai SDA di Papua.
Otsus hadir untuk membuat manja Orang Asli Papua, yang akhirnya menjadi orang malas. Karena dalam benak Orang Asli Papua Otsus itu "uang", bukan kebijakan yang seharusnya dimanfaatkan sebaik mungkin oleh para petinggi di Papua.
DOB/Pemekaran hadir di Papua adalah praktik ulang dari praktik yang pernah dilakukan di Afrika yaitu politik pecah-belah. Praktik yang membuat Orang Papua nantinya menjadi manusia Individualis dan egois. Yang hasil akhirnya adalah konflik horisontal (OrPa vs OrPa).
Penulis adalah Abbi Douw Anggota Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) komite Kota Jogjakarta