Sepnat Anouw, salah satu warga yang terkena serpihan peluru tembakan peringatan oleh Brimob di Dogiyai (Foto: majalahselangkah.com) |
PAPUAN, Jayapura — Adanya kejadian berdarah di Kabupaten
Dogiyai, Papua, yang menewaskan dua pemuda, serta salah satu tukang
bangunan, dan tiga warga sipil yang ditembak anggota Brimob Polda Papua,
keluarga korban menggelar jumpa pers, Kamis (8/5/2014) di Cafe Prima
Garden, dan mengeluarkan pernyataan sikap sebagai berikut;
Kepada Aparat Keamanan;
Pertama, kami meminta dengan tegas kepada Kepala Kepolisian Daerah
(Kapolda) Papua untuk memecam oknum anggota Brimob yang tanpa memberikan
peringatan, telah menembak tiga warga sipil yang mengakibatkan luka
parah, dan saat ini sedang dirawat di Ruma Sakit Umum Daerah (RSUD)
Nabire.
Kedua, kami minta dengan tegas kepada Kapolda Papua, sopir yang
dengan sengaja menghilangkan dua nyawa warga sipil yang tidak berdosa,
harus di hukum seberat-beratnya.
Ketiga, kami meminta dengan tegas kepada kapolda Papua, segera
pulangkan dan menarik semua anggota Brimob yang ada di Kabupaten
Dogiyai. Pertanyaan bagi kami, kenapa puluhan Brimob harus ditugaskan di
Dogiyai? Apa fungsi dari aparat kepolisian yang ada di Dogiyai sehingga
harus ada Brimob yang ditugaskan di sana?
Kepada Pemerintah Daerah Dogiyai
Pertama, pemerintah daerah harus bertanggung Jawab dengan masalah
yang telah terjadi dengan membiayai pengobatan ketiga korban tembak di
RSUD Nabire, karena terkesan Pemda Dogiyai melakukan pembiaran.
Kedua, kami dengan tegas meminta kepada pemerintah daerah Dogiyai,
segera dalam waktu dekat memindahkan Ibukota dari Moanemani ke Kigamani,
seperti yang ada di dalam UU pembentukkan Kab. Dogiyai, No. 08 Tahun
2008.
Ketiga, kami meminta dengan tegas, semua jalan yang sedang dibuat di
seluruh Kabupaten Dogiyai harus diperlebar, dan memasang rambu-rambu
lalu lintas agar menghindari kecelakaan kedepanya.
Keempat, pemerintah dogiyai harus buat Peraturan daerah (Perda),
tentang proteksi terhadap Orang Asli Papua (OAP), jika tidak ada Perda,
kami khawatirkan mata rantai kematian OAP akan terus meningkat.
Beberapa masalah yang kami temukan di Dogiyai, yang tidak diatas oleh
pemerintah daerah adalah; Pertama, uji kelayakan untuk semua usaha yang
akan dibuka di Dogiyai; dan Kedua, pasar malam jangan pernah ada lagi
di Dogiyai karena meresahkan warga Dogiyai.
Kelima, kami meminta dengan tegas kepada pemerintah Dogiyai, nama “Dogiyai “ harus dikaji secara mendalam.
“Ini sikap pernyataaan kami, atas nama kepala suku Mee di Jayapura,
Bapak Yan Douw dan Ketua Solidaritas Keluarga korban dan Mahasiswa suku
Mee di Jayapura, Yohanes Goo.”
AGUS PABIKA
Sumber : www.suarapapua.com