Merauke, KNPBnews – Perayaan Ulang Tahun KNPB
Wilayah Merauke ke-3 dilaksanakan dibawa teror TNI Polri. Puluhan TNI
bersenjata lengkap mengepung gedung Sekretariat KNPB Wilayah Merauke.
Puluhan Intelijen pun tampak memantau di depan pintu dan jendela tempat
kegiatan perayaan yang berlangsung pada 16 April 2014 lalu.
Kegiatan yang berlangsung di Jln. Bupul No. 01, Kel. Kelapa Lima
tersebut awalnya dimulai pada jam, 09:00 WPB – 12:00 WPB. Kepada
KNPBnews, salah satu anggota KNPB, Yoris Wopay melaporkan bahwa doa
syukuran ini diteror oleh TNI Angkatan Laut berjumlah sekitar 13 orang
yang dipersenjatai lengkap.
Sekalipun dibawa teror. Kegiatan tersebut tetap dilangsungkan. “Hal
yang penting dalam kegiatan HUT KNPB bahwa ketua KNPB Wilayah Merauke,
secara terbuka memberikan Pernyataan terbuka tentang Pembagian Selebaran
boikot Pilpres dan Referendum secara terbuka kepada rakyat dan
peluncuran buku “Sejarah Papua” edisi pertama yang disusun oleh KNPB
Wilayah Merauke,”kata Wopay.
Hut KNPB wilayah Merauke tersebut mengambil Thema “ Kebebasan yang
Memerdekakan” yang dikutib di dalam kitab Yohanes 8 : 30 – 36, dengan
Sub Thema “ Demi kebenaran KNPB berjuang Mewujudkan kemerdekaan Papua
Barat.
Dalam kesepatan peringatan HUT KNPB yang III, Sekertaris Parlemen
Wilayah Merauke Peterus Katem mengatakan bahwa, kehadiaran TNI /POLRI di
sekertariat KNPB dan mengepung kegiatan HUT ini menandakan bahwa di
wajah mereka yang datang untuk kepung kami ini sangat ketakuatan karena
mereka dapat makan disini, Negara ini sagat takut ketika papua merdeka
sehingga mereka harus datang kepung kami punya Sekertariat walapun kami
hanya mengadakan doa syukuran.
“Satu hal Indonesia tau bahwa resolusi 2504 itu tidak kuat untuk NKRI
ada di Papua. Resolusi kapan saja bisa dicabut ketika orang Papua
menggugat di Mahkama Internasional”, tegas Katem
Hal yang sama juga disampaikan oleh Ketua Parlemen Rakyat Daerah
(PRD) Wilayah Merauke, Ibu Panggresia Yeem. Beliau mengatakan bahwa
Resolusi 2504 berdasarkan hasib Pepera 1969 itu tidak sah karena yang
menyepakati dan melakukan perundingan di tingkat Internasional pada saat
itu dilakukan oleh Negara penjajah baik Indonesia dan Belanda bersama
–sama.
“Jadi kami orang Papua tidak tau menahu tentang Pepera dan hasilnya.
Oleh karena itu kami rakyat Papua Barat sorong sampai Merauke akan terus
berjuang Untuk mentukan Nasib Kami sendiri Melalui mekanisme
Internasional yaitu Referendum”, Tegasnya. (wd)
Sumber : www.knpbnews.com