Masyarakat Suku Mee saat menampilkan drama di acara 30 tahun meninggalnya Arnolld CP Ap (Foto: Agus Pabika/Suara Papua) |
PAPUAN, Jayapura — Bertempat di depan Museum
Budaya Uncen, Abepura, Jayapura, Sabtu (26/4/2014) kemarin, Solidaritas
Mahasiswa Peduli Budaya Papua (SMPBP) mengelar aksi panggng budaya
memperingati 30 tahun meninggalnya budayawan terkenal Papua, Arnold
Clemens Ap.
Pantauan suarapapua.com,
acara dengan tema “BudayaKu, Jati DiriKu (Spirit Nasionalisme)”
dihadiri oleh ratusan simpatisan dari berbagai suku di tanah Papua.
Semua yang hadir, bertekad mengenang kembali perjuangan dan kehidupan
Arnold C. Ap, yang juga pencetus dan vocalis Group Mambesak.
Kordinator Acara, Samuel Wamsior mengatakan, jika ada yang lebih baik
dari sebuah kebebasan, maka semua orang Papua akan mencarinya.
“Akan ada masa, dan tidak lama lagi Budaya Papua akan sangat berarti
dari yang diharapkan. Nilai yang akan dibayar lunas dan tuntas dengan
segudang apatisme dan pengabaian, terhadap semua pelepasan jati diri
anak bangsa yang mengaku sebagai pewaris tunggal tanah ini, Tanah
Papua.”
“Padahal perlu diketahui, bahwa untuk menghancurkan peradaban suatu
bangsa adalah dengan menghilangkan nilai-nilai kebudayaannya. Ingat!
Namun tersadar kini kami berada di generasi yang berbeda, dan itu bukan
salah salah penghalang, melainkan untuk menyatakan bahwa sa, ko, tra
kosong dan tong bisa, dengan tong pu cara untuk melestarikan tong pu
jati diri,” tegas Samuel.
Sementara itu, Wiliam Kirya, mantan personil vocal group Mambesak
mengatakan, ketika mempersatukan masyarakat Papua dengan budaya yang
bercampur, mampu bertahan dan dikenang hingga sekarang.
“Tanggal 26 April 1984 merupakan cerita akhir dari Alm. Arnold C. Ap,
namun sampai saat ini dengan karya-karyanya telah melekat dalam semua
insane manusia Papua.”
“Group Mambesak dengan lagunya masih terus mengalun indah di Tanah
Papua di tengah arus modernisasi, sebagai bukti bahwa karyanya akan
terus bertahan . Alm. Arnold C. Ap ketika mempersatukan masyarakat Papua
dengan budaya yang bercampur semangat nasionalisme saat itu, mampu
bertahan dan dikenang hingga sekarang.”
“Kami yakin pula, jika kami bersama dengan beliau (Arnold C. Ap) saat
itu, tentu kami yang akan duduk bersama, bercerita, bernyanyi untuk
tetap melestarikan budaya Papua hingga sekarang ini,” tambah Wiliam.
Dalam memperingati 30 Tahun meninggalnya Arnold C. Ap, dihadiri juga
oleh ketua Komunitas Rasta Kribo, Teri Pigai, dan orasi dari
masing-masing suku, serta pementasan drama dari suku Mee, tarian dari
suku Biak, tarian suku Dani dan orasi BEM tiap kampus yang ada di kota
Jayapura.
Kegiatan yang dilaksanakan di halaman Museum Uncen Jayapura ini
dimulai pada pukul 08:00 dan berakhir pada 18:00 WPB. Massa kemudian
membubarkan diri dengan tenang.
AGUS PABIKA
Sumber : http://suarapapua.com