Alfares Kapisa saat memeriksakan lukanya di RS Dian Harapan (Jubi/Aprila) |
Jayapura, 3/4 (Jubi) – Dua mahasiswa yang ditangkap polisi sejak
Rabu (2/4) kemarin karena memimpin demonstrasi pembebasan Tahanan
Politik Papua luka berat karena disiksa polisi.
“Kami dipukul tidak seperti manusia. Tubuh kami penuh dengan darah.
Tengah malam baru dokter dari kepolisian masuk kasih mandi, membersihkan
darah dan luka.” kata Alfares Kapisa, salah satu dari dua mahasiswa
yang ditangkap polisi kemarin, kepada Jubi, Kamis (3/4) malam saat
memeriksakan lukanya di Rumah Sakit Dian Harapan, Waena.
Alfares bersama Yali Wenda dilepaskan oleh polisi di Polresta
Jayapura sekitar pukul 14.00 WP. Keduanya ditahan polisi karena dianggap
melanggar kesepakatan dengan polisi dalam melakukan aksi demonstrasi
kemarin.
“Kami tidak keluarkan Surat Tanda Terima Pemberitahuan (STTP) karena
saat ini sedang masa kampanye, Kami izinkan mereka lakukan aksi karena
sebelumnya minta izin lakukan mimbar damai saja bukan longmarch,” kata
Kapolres Jayapura Kota, Ajun Komisaris Besar (Pol) Alfred Papare, Rabu
(2/4) petang.
Menurut dia, kedua korlap itu ditahan untuk diperiksa karena massa
aksi hendak melakukan aksi long march di depan auditorium Universitas
Cendrawasih (Uncen), Abepura. Polisi punya waktu memeriksa keduanya
selama 1 x 24 jam sejak ditangkap.
Namun bukannya diperiksa, kedua aktivis mahasiswa ini malah disiksa
oleh polisi selama masa penahanan mereka yang cuma 1 x 24 jam itu.
Keduanya dipukul dengan popor senjata, rotan dan ditendang menggunakan
sepatu.
Seorang warga yang secara kebetulan berada di Polresta Jayapura,
kemarin, mengaku melihat kedua mahasiswa itu diturunkan dari truck
polisi yang membawa keduanya sudah dalam keadaan tubuh penuh bekas
pukulan.
“Kasihan, muka mereka sudah hancur, berdarah, waktu diturunkan dari truck polisi. Saya juga sempat lihat seorang polisi di ruang tahanan bertanya kepada rekannya sambil menunjukkan popor senjata yang dipegangnya. Mungkin itu kode mereka untuk bertanya, dipukul pakai senjata atau tidak.” kata warga Distrik Jayapura Selatan ini.
Wajah Alfares, saat dijumpai di RS Dian Harapan terlihat lebam karena
bekas pukulan. Bagian bawah matanya bengkak. Di pelipis matanya tampak
bekas darah yang sudah mengering.
“Dokter paksa kami ganti baju untuk hilangkan barang bukti. Kami dipukul dari kaki sampai kepala. Semua badan kami dipukuli. Kepala saya bocor. Saya rasa tulang rusuk saya patah.” kata Alfares sambil menunjukkan luka dan bekas darah di kepalanya.
Markus Haluk, aktivis HAM Papua yang menjenguk Alfares menambahkan
telinga Yali Wenda yang ditangkap bersama Alfares harus dijahit sebanyak
tiga jahitan.
“Sekarang mereka setengah mati untuk duduk. Makan juga masih sulit. Tubuh mereka masih gemetaran.” tambah Haluk.
Terkait aksi dan penangkapan Alfares dan Yali ini, Ketua Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) Uncen, Yoan Wanbipman mengatakan BEM Uncen
telah menyurati Kapolda Papua untuk melakukan pertemuan. Pertemuan
antara mahasiswa, dosen, dan aparat kepolisian ini rencananya akan
dilakukan Jumat (4/4) besok. (Jubi/Victor Mambor)
Sumber : www.tabloidjubi.com