Pages

Pages

Sabtu, 15 Maret 2014

STOP…! MIMBAR GEREJA JADI KAMPANYE POLITIK

Ketika saya mengikuti Acara Ibadah hari minggu,  tepat pada 16  februari 2014, salah satu gereja di Papua di Timika. Ada pengumuman  warta jemaat disampaikan oleh perwakilan pengurus Jemaat setempat  bahwa “ kita harus mendukung Pemilihan legislatife tingkat kota (DPR), propinsi (DPRD), dan Pemilihan Presiden, kita dukung doa dan kita ke  Tempat Pemilihan Suara (TPS) supaya kita memilih orang yang dekat dengan kami, tutur diatas Podium/mimbar gereja. 

Lalu kita pilih adalah sama dominasi gereja supaya kedepan gereja  kita menjadi kuat. Jadi tanggal 9 april 2014 kita harus ke tepat pemilihan. Dia juga lebih tegas bahwa kita harus berdoa kepada KPU daerah dan Pusat, begitu penyampaikan tulang pugung gereja itu, didepan jemaat

“Lalu saya kaget, pendengar suara dari “Mimbar Gereja” bahwa desakkan pimpinan pengurus gereja setempat,  gereja bersuara dengan “Mimbar gereja jadi Kampanye Politik”. Pada hal kedatangan saya  ke-gereja tujuan beribadah tetapi konsentrasi saya terbagi ketika mendengar hal tersebut.”

Apakah hal ini diwariskan  dalam Visi dan misi Gereja bahwa mendukung agenda Pemerintah, termasuk pemiluh, gereja juga ikut terlibat. Sedangkan Gereja di podium/mimbar gereja sebagai tempat mengampaikan suara kebenaran Firman Allah.

 Gereja seharusnya, menyatakan kebenaran yang selama ini ruang demokrasi di Papua dibumkam militer (TNI-POLRI) dan pemerintah Indonesia. Gereja harus berbicara kemanusian yang selama ini terjadi diPapua banyak umat manusia dimusnakan oleh militer Indonesia. Seharusnya bicara itu.

Lebih disayangkan lagi kondisi Papua khususnya Timika, perang antar suku diciptakan oleh Inteljen hingga kini masih terlihat masyarakat  tauma dan tahut keluar malam.  kemudian gereja hanya diam dan tidak bertindak. Gereja hanya sibuk calon dan mengkampanye Partai politik Indonesia. Jemaat sebagai basis masa memenagkan anggota Legislatif.

Layak kah..? Podium/mimbar  Gereja cocok untuk  membicara untuk mengkampanyekan partai politik..? saya secara pribadi menilai tidak cocok untuk hal ini. Karena Podium/mimbar  Gereja cocok untuk  menyampaikan Firman Allah, dan hal-hal terkait dengan kebenaran serta warta gereja mengangkut dengan pelayanan.

Stop… ! Podium/Mimbar Gereja menjadikan  kampanye politik. Perlu ketahui bahwa Partai politik hanya sandiwara belaka, tak ada jalan keluar hanya ada janji-janji palsu, berujung pemusnaan Etnis ras suku, agama, buadaya. Gereja jangan murahan, harus mandiri, wujudkan visi dan misi  Tuhan Yesus sebagai Juruslamat Manusia, maka Gereja selamatkan umat manusia Papua yang terhilang dalam kemuliaan kegelatan Indonesia, selamatkan manusia Papua dengan berbicara kebenaran Sejarah Papua hingga Papua Merdeka.  
Stop…! Gereja jadi basis pendukung Legislatif. Gereja bukan tempat basis masa untuk kepentingan Penjajah Indonesia. Ingat…! Legislative (DPR), Eksekutif (Pemerintah) Yudikatif (Militer)  Indonesia tidak memihak pada orang Asli Papua. Kepentingan mereka hanya perluasan kekuasaan wilayah Indonesia, dan Ekonomi kekayaan alam Papua. (Admin)
 
Sumber : www.umaginews.com