Pages

Pages

Sabtu, 22 Maret 2014

SOLPAP KUATIR PASAR MAMA PAPUA JADI “MAINAN ANGGARAN”

Mama-Mama Papua Di Pasar Sementara. (Doc.Jubi)
Jayapura, 21/3 (Jubi) – Solidaritas Pedagang Asli Papua (Solpap) mengaku kuatir rencana pembangunan pasar untuk pedagang asli Papua, dijadikan alasan pihak tertentu di eksekutif untuk mendapat anggaran setiap tahunnya.

Sekretaris Solpap, Robert Jitmau mengatakan, pihaknya terus berupaya mendorong pembangunan pasar untuk pedagang asli Papua atau yang selama ini dikenal pasar mama-mama agar segera mendapat kepastian.

Kami tidak bisa diam saja. Kalau didiamkan pasar mama-mama kapan bisa dikerjakan. Kami juga khawatir, ini setiap tahunnya akan dijadikan alasan pihak tertentu untuk mendapat anggaran demi tujuan lain,” kata Robert Jitmau kepada tabloidjubi.com, Jumat (21/3).

Menurut Robert, Solpap hanya menfasilitasi pedagang asli Papua untuk mendapat pasar. Jika hal itu sudah terwujud, pemerintah daerahlah yang nantinya akan mengelola dan membimbing mereka.

Kalau pasar sudah jadi, pengelolaannya akan kami serahkan ke pemerintah daerah, biar mereka yang mengarahkan pedagang asli Papua lewat perusahaan daerah. Nanti kan bisa dibuat sub-sub, misalnya koperasi, permodalan, pengembangan dan pembinaan serta lainnya,” ujarnya.

Sebelumnya, salah satu mama Papua, Yuliana Pigay mengatakan, meski sudah berjuang 13 tahun, ia dan rekannya tak akan pernah bosan berjuang mendapatkan  pasar permanen di tengah Kota Jayapura.

Selama ini kami terus ditipu dan hanya mendapatkan janji manis dari anak-anak kami yang menjadi pejabat. Kami marah dan jengkel karena kami mama-mama adalah perempuan yang menjadi orang tua mereka. Ada anggaran Rp10 miliar lalu, kini jadi Rp45 miliar. Namun kami tidak tahu anggaran itu dimana keberadaannya. Tidak ada kemajuan pembangunan pasar,” kata Yuliana.
Menurutnya, persoalan lahan selalu menjadi alasan pemerintah. Padahal uang sebesar itu bisa digunakan untuk pembayaran tanah, agar Damri segera pindah dan pasar mama-mama bisa secepatnya dibangun.

Kami heran karena dari walikota ke walikota, anggota DPRP ganti anggota DPRP, MRP ganti MRP, pejabat SKPD ganti pejabat SKPD, gubernur ganti gubernur, namun nasib pembangunan pasar belum jelas. Apa kami harus tunggu Tuhan Yesus datang bangun pasar untuk kami?,” ujarnya. (Jubi/Arjuna) 

Sumber : http://tabloidjubi.com