Hasil Karya Mama West Papua (Ilustrasi) |
Mama-Mama Papua Berjualan di Jalan Raya bukan di Pasar |
Suara Wiyaimana: Kemarin, hari
25/02/2013; Penulis dengan merasa
kehilangan energi serta rasa kepedulian terhadap rakyat yang masih menderita
diatas tanah mereka sendiri dengan dominannya kaum kapitalis dan para investor di Bumi Cendrawasih-Papua yang sangat ekses.
Kemarin penulis menyumbangkan dan melaporkan salah satu opini dengan berjudul:“Pengembangan
Usaha Masyarakat harus diperdayakan oleh Pemerintah sesuai Usaha Mandiri
Rakyatnya Sendiri”. Kabar
opini ini, dilaporkan kepada:www.suarawiyaimana.blogspot.com;
Waktu Papua Barat.
Penulis bersama
teman-teman kuliah seangkatannya mengikuti penyuluhan dalam rangka “Penetapan
Kabupaten. Minahasa sebagai Kabupaten Cabe 2014“. Penyuluhan
berlangsung di Gedung Negara Kab.Minahasa-di Tondano, Sulawesi Utara. Dalam rangka
penyuluhan ini, bagi Penulis termotivasi dan terinspirasi untuk mengembangkan
usaha bisnis mikro menjadi usaha yang harus dikembangkan bagi setiap orang,
terutama bagi mereka yang berminat pada usaha mandiri rakyat. Pada pertama
kalinya, Penulis merasa tertarik dengan begitu antusias pemaparan materi
tentang "Cara Mengembangkan Usaha Masyarakat" dan materinya
dipaparkan oleh Pemerintah setempat dan dihadirkan beberapa cabang Bank yang
ada di Sulut. Yang dimaksud dengan kehadiran pihak Pemerintah dan Bank
untuk menetapkan minahasa sebagai produk
cabe terbesar di Indonesia. Ketika penulis melihat betapa begitu beratian
pemerintah daerah terhadap rakyat setempat, bagi penulis merasa terkesan dengan
adanya revitalisasi pertumbuhan ekonomi Sulawesi utara semakin meningkat. Oleh
karenanya, diperlukan pengetahuan dan
pengalaman adalah modal dasar sebelum memulai pengembangan usaha mikro rakyat secara
mandiri serta dibangunnya daearah sendiri adalah sosok yang diharapkan oleh
rakyat dan pemerintah setempat.
Dalam
pengembangan Usah Mikro rakyat Kab.Minahasa Provinsi Sulawesi Utara program
kerja saat ini, dijalankan sesuai kebutuhan rakyat; katanya. Penulis membandingkan
usaha mikro masyarakat Minahasa dan masyarakat papua sangat berbeda. Karena penulis
melihat masyarakat minahasa lebih bermandiri dan punya inisiatif untuk
mengembangkan usaha mereka sementara menunggu bantuan dari pemerintah setempat.
Sedangkan masyarakat papua harus
menunggu dana dari pemerintah lalu dimulai dengan usahanya. Ini salah satu pola
berfikir yang keliru untuk mengembangkan usaha
mikro dalam rumah tangganya sendiri. Kerena menurut saya, masyarakat
minahasa punya inisiatif untuk mendapatkan uang atau modal melalui hasil
keringat mereka seperti masyarakt papua yang hidup sebelum ada otsus.
Sedangkan
kehidupan masyarakat papua saat ini lebih dimanja melalui dana otonomi khusus. Sehingga
itulah memunculkan berbagai persoalan sebagai faktor penghambat pembangunan. Danah
otsus yang dikucurkan dari pemerintah pusat tujuannya untuk mensejahterakan
rakyat tetapi itu semuanya tidak menyentuh terhadap rakyat papua.
Ketika saya
masih muda, saya dibesarkan dengan
makanan alamiah dengan hasil keringat dari orangtua tetapi saat ini, masyarakat
papua sudah kehilangan energi untuk bekerja, berkebun, berburu, dan bertani. Seharusnya,
masyarakat pribumi berdaya diatas tanah mereka tanpa menguasai kaum kapitalis
dan para investor dari luar. Tetapi saat ini, penyalahgunaan dana otsus
provinsi papua maupun papua barat belum menyalurkan dana sesuai kebutuhan
rakyat, melainkan asal dibagikan tanpa mekanisme kerja. Itu realita yang sedang
terjadi di Papua. Oleh karenanya, pemerintah provinsi maupun pemerintah daearah
harus memantau dan mengawasih setiap sektor usaha masyarakat sehingga dengan
meningkatnya perekonomian rumah tangga bagi orang papua dapat merasakannya. Dan
pemerintah harus memfasiliasi saran dan prasara sebagai pasar tradisional
sehingga rakyat papua juga bisa bersaing dengan pengusaha-pengusaha lain. Jangan
terjadi penggusuran demi penggusuaran terhadap rakyat pribumi. Karena saya sendiri
pernah melihat mama-mama papua menjual usaha mereka dipinggiran jalan raya.
Sedangkan para pedagang lainnya yang berasal
dari jawa, sumatera, Sulawesi dan Maluku mereka menjual barang dagangan dengan fasilitasi
yang memadai. Bahkan uang turdes dengan beras JPS yang disediahkan oleh
pemerintah untuk rakyat papua itu, adalah salah satu pembunuhan energi untuk
bekerja bagi orang papua sehingga diharapkan bahwa Pemerintah harus melihat
usaha dari masyarakt sendiri.
Sesuai dengan
konteks diatas ini, saya melihat masyarakat jawa, sulawesi dan kepulauan lain
di Indonesia lebih maju perekonomian melalui Pengembangan usaha Masyarakat.
Sedangkan provinsi papua terkenal dengan dana otonomi khusus yang lebih besar
tetapi pada realitanya masyarakt lebih dimarjinalisasi dan terintimidasi oleh
Pemerintah sendiri terhadap rakyatnya atau orangnya. Oleh karenya, manusia
diciptakan oleh Tuhan untuk mengayomi, menyediakan dan memperdayakan sesuai
kebutuhan rakyatnya. Kehidupan suatu bangsa atau suatu wilayah perlu dibenahi
atas kelalaian dalam menjalankan tugas yang dipercayahkan itu. Dan pemerintah jangan
menutup mata atas ketidakadilan yang terus-menerus terjadi pada rakyat penghuni
atau pribumi selama ini. Bila pemerintah tak mampu untuk merubahkan atau mensejahterahkan
rakyat, lebih baik dibuka ruang demokrasi sebagai penentuan nasib sendiri bagi mereka
yang hendak memisahkan diri dari kolanial Indinesia. “Syalom
Sukses"
Oleh: Tamogeikagopai/MS
Penulis
adalah salah satu Mahasiswa asal Papua yang sedang menimba ilmu di Sulawesi
Utara Manado.