YOGYAKARTA. TIMIPOTU NEWS. Perang telah suku yang terjadi pada 4 Maret lalu,
menyebabkan warga menderita dan berjatuhan kematian 7 orang, sementara
300 lainnya telah meninggalkan luka-luka. Selain itu, enam rumah dan mesin
berat dihancurkan oleh massa.
Masalah sengkata tanah sudah
diselesaikan dengan damai namun, pada 4 Maret kembli memicu sampai saat ini
belum ada titik temunya. Ha ini telah menandakan bahwa ada pihak tertentu yang
sengaja dimainkan demi kepentingan tertentu.
Mahasiswa juga kembali nilai
bahwa, semua masalah yang terjadi di Papua baik itu terjadi antara masyarakat
Papua dengan masyarakat Papua sendiri atau antara masyarakat Papua dengan
pendatang maupun masyarakat dengan keamanan adalah bagian dari proyek yang
sistemik. Mengapa demikian? Karena fakta telah mengatakan dengan jelas bahwa,
ada orang atau sekelompok tertentu yang segaja menciptakan konflik melalui
masyarakat untuk mendapatkan kepentingan tertentu.
Setelah diciptakan konflik, apakah
keamanan gabungan TNI/POLRI hanya turun di lapangan begitu saja tanpa ada dana
keamanan? Saya tidak tahu berapa dan yang habis dengan alasan keamanan. Setelah
terjadi konflik, berapa banyak orang Papua yang datang di kantor pemerintahan
untuk minta dana perdamaian? Tentu dana dicairkan tetapi berapa yang sampai di
masyarakat. Hanya sisa yang dapat tetapi sebagian besar disisipkan kepentingan
pribadi.
Dengan melihat kenyataan seperti
itu, mahasiswa dengan tegas mengatakan bahwa konflik di Papua adalah segaja
diciptakan bagian dari proyek atau sumber uang bagi sekelompok orang yang
bermain dilayar belakang.
Bentrok di Timika yang menewaskan
7 orang, sementara 300 lainya luka-luka adalah bagian dari praktek
konflik sistemik. Dan hal ini bisa dilihat dari peran keamanan dan pemerintah
yang sampai saat ini belum juga diatasi selesai. Mahasiswa menilai, segaja
dibiarkan masyarakat untuk saling konflik sampai saling menewaskan.
Oleh sebab itu, mahasiswa meminta,
pemerintah segera mengumpulkan kepala suku dari kedua suku tersebut,
menghadirkan lembaga adat, pihak keamanan, LMS, LMA yang ada demi mencari
solusi. Itu adalah solusi yang cepat untuk menyelesaikan masalah. Kalau hanya
polisi gabungan TNI/POLRI yang diturunkan, mahasiswa menjadi pertanyaan besar
bahwa apa yang akan terjadi di lapangan sana?.
Pastor Neles Tebay, kordinator
jaringan damia Papua, juga mendesak pemerintah daerah untuk secara aktif
mencari solusi untuk mengakhiri bentrokan komunal berkepanjangan. Pemerintah
harus proaktif dalam mengumpulkan tokoh adat dari kedua belah pihak yang
bertikai atas sengketa tanahdi Jayanti Timika- Papua yang sudah terjadi sejak 4
Maret 2014 lalu.
Mahasiswa pun mendesak kepada
pemerintah Daerah Timika dan pemerintah Provinsi segera mencari solusi untuk
menyelesaikan konflik tersebut. Kalau belum mampu menyelesaikan berarti
pemerintah telah gagal membangun masyarakat. Itu bukti dari kegagalan
pemerintah dalam hal membangun masyarakat Papua. (Bidaipouga Mote)
Sumber : http://timipotu.blogspot.com