Felix Minggus Degei (Dok. Pribadi) |
Oleh Felix Minggus Degei
Masa krisis adalah suasana atau keadaan saat segalasesuatu menjadi
suram, tidak jelas yang berujung pada kondisi berbahaya. Jika dalam hal
tenaga guru, maka tentunya menyangkut jumlah keberadaan tenaga pendidik
dan peranannya,baik itu di sekolah maupun masyarakat.Kondisi seperti
inilah yang sedang terjadi di Tanah Papua.Padahal Papua adalah salah
satu provinsi yang memiliki akses wilayah yang sangat luas dan dengan
banyak kaum muda yang ingin belajar.Akan tetapi, kondisi realita saat
ini sangat jauh dari hasrat Anak-anak Asli Papua yang haus akan
pendidikan yang memerdekakan mereka.
Tentu banyak indikator yang menandakan bahwa di Tanah Papua saat ini
sedang krisis tenaga pendidik (guru).Pertama; banyak sekolah yang hingga
saat ini belum memiliki ataupun kekurangan tenaga guru. Kedua; Tenaga
guru yang saat ini adapun hanyalah mereka yang bukan latar belakang
pendidikannya dari keguruan dan Ketiga; Meningkatnya angka jumlah guru
yang akanpensiun dalam waktu dekat.
Pertama;Kenyataannya di Tanah Papua saat ini sangat minim bahkan
tidak ada tenaga guru secara merata ke semua daerah. Jangankan di
daerah pelosok, di pusat ibu kota kabupaten saja masih sedang mengalami
kekurangan tenaga guru. Akan tetapi, dalam tulisan ini akan lebih
dosoroti pada daerah yang memang sama sekali tidak ada tenaga
pengajarnya. Misalnya di Wilayah Kabupaten Boven Digoel.Di daerah
pemekaran dari Kabupaten Merauke ini, telah mengalami masalah serius
ini, sejak tahun 2013 silam.
Melihat realitas itu, sehingga Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang
tugas utamanya adalah untuk menjaga pertahanan dan keamanan negarapun
ikut turut ambil bagian dalam mencerdaskan anak bangsa.Hal kepedulian
tersebut dilakukan oleh TNI AD Kodim 1711/BVD Kabupaten Boven Dogoel
yang telah merelahkan diri untuk mengisi kekosongan tersebut.“Program
ini dilaksanakan atas hasil koordinasi dari Pihak Kodim 1711/BVD dengan
Instansi terkait yaitu Dinas Pendidikan Kabupaten Boven
Digoel.”Sebagaimana yang dimuat pada
http://www.kodam17cenderawasih.mil.id/tulisan/fokus/peranan-tni-ad-dalam-mencerdaskan-masyarakat-papua-di-kabupaten-boven-digoel/.
Hal kepedulian ini, kita perlu apresiasi karena mereka mencoba untuk
mempertahan mata rantai dari penyelenggaraan pendidikan di Bumi Papua
ini.Akan tetapi, hal lain yang dikwatir penulis disini adalah tentang
kesiapan mental dari para siswa dalam mengikuti dan menerima pelajaran
selama Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung. Perlu diketahui
salah satu faktor yang menentukan kesuksesan dalam KBM adalah tentang
kesiapan dari para siswa.Baik itu kesiapan fisik maupun psikisnya.
Apapun alasannya, pengalaman adalah guru yang luar biasa bagi setiap
insan.Sehingga, tentunya para siswa jugamemiliki pengalaman-pengalaman
yang bervariasi tentang figur dari seorang TNI.Apalagi kehadiran seorang
tenaga pengajar di dalam kelas dengan mengenakan serangan militer
lengkap.Pengalaman yang tidak bisa dipungkiri bagi siswa adalah dengan
berbagai peristiwa yang terjadi selama ini di Papua.Salah satu contoh
peristiwa adalah berbagai Operasi Militer yang perna terjadi selama
ini.Selain itu, banyak juga terjadi pembunuhan yang selalu disangkah
bahwa pelakunya adalah Orang Tak Kenal(OTK).
Dengan melihat realitas seperti itu, tentu sebagai manusia biasa akan takut dan waspada dengan yang namanya militer. Sehingga, hal yang paling dikwatirkan dalam hal ini adalah kesiapan siswa dalam menerima pelajaran.Apakah mereka siap menerima pelajaran tanpa ada kendala?. Ataukah, mereka masih dalam tekanan batin (under pressure) dalam mengikuti setiap pelajar? Oleh karena itu, sangat jelas bahwa Orang Asli Papua masih sedang membutuhkan figur guru yang antara mereka tidak saling mencurigai dan sangat familiar.
Kedua; Banyaknya tenaga pendidik yang notabene bukan latar belakang
pendidikannya dari guru.Hal ini adalah suatu realitas yang berbahaya
bagi para siswa saat ini di Papua.Kekwatiran itu hanya karena di dalam
dunia pendidikan sesungguhnya sangat tidak relevan fameo yang berbunyi:
“tiada rotan akarpun jadi”.
Perlu diketahui bahwa tenaga guru dan medis (mantri/dokter) adalah pekerjaan profesional.Bukanlah suatu pekerjaan yang biasa.Alasannya karena kedua profesi ini berkaitan erat dengan kelangsungan hidup manusia.Jika tenaga medis, maka mati atau hidupnya pasien ada di tangan mereka.Sedangkan profesi guru adalah upaya untuk memanusiakan manusia.Sehingga orang awam tidak bisa menjadi guru.Jika itu terjadi, maka hal yang dikwatirkan adalah jangan sampai terjadi orang buta menuntun orang buta yang pada akhirnya sama-sama bisa masuk jurang kebodohan.
Salah satu sekolah yang sementara di-handle oleh mereka yang hanya
berijazah SMA adalah SD Impres berkelas enam dan SMP Negeri 2 yang
kedua-duanya ada di Kampung Abouyaga Ibu Kota Distrik Mapia Barat
Kabupatena Dogiyai Papua.“Kami tiga orang yang sedang mengajar di sana
adalah hanyalah berijazah SMA. Namun, kami harus mengajar pada dua
sekolah yang berbeda tingkatan pendidikannya yakni SD dan SMP” Ujar
salah seorang guru bantu saat sharing pengalaman dengan penulis pada
saat Liburan Desember kemarin.
Selain itu, salah satu potret yang sedang terjadi saat ini adalah
orang-orang luar yang datang dengan berbagai ijazah dan akta mengajar
palsu dari bidang studi yang langka.Harapannya supaya mereka bisa
mengajar sebagai guru honorer yang pada akhirnya supaya bisa diangkat
jadi PNS. Tentu, sebagai tenaga pengajar ini mereka akanmemanfaatkannya
hanya sebagai suatu batu loncatan (the jumping stone) untuk mencari
kerja di Papua.Padahal,sebenarnya OAP sedang butuh guru yang benar-benar
mendidikdan mengabdi dengan hati, bukan mengajar semata.
Berikut ini adalah salah satu komentar tentang kekwatiran masalah tenaga pengajar dari seorang praktisi pendidikan di Kabupaten Dogiyai Papua seperti yang dimuat pada majalahselangkah.com,edisi (21/01/2014).
“Orang luar ada yang akan datang dengan kualifikasi S1 dan profesi,
tetapi banyak juga yang akan datang dengan membuat ijazah-ijazah palsu
atau akta mengajar buat-buat dengan bidang langka. Jadi, setelah
diangkat menjadi PNS karena ‘kasus’ dan dikembalikan ke dinas atau SKPD
lalu peluang orang Papua untuk bekerja di dinas atau SKPD otomatis akan
tertutup,” Ujar Yulianus Kuayo, Sekertaris Dinas Pendidikan Kabupaten
Dogiyai.
Kedua masalah di atas ini adalah satu potret kecil dari
realitasmasalah krisis tenaga guru yang sudah dan sedang melanda di
seantero Tanah Papua.
Ketiga;Semakin meningkatnya jumlah angka tenaga guru yang akan selesai masa baktinya (pensiun) dalam waktu dekat. Masalah selesainya masa bakti bagi seorang PNS adalah suatu hal yang tidak bisa dipungkiri oleh siapapun.Alasan masa mereka selesai, memang karena karena faktor usia yang sudah tidak muda lagi.
Kondisi ini terbukti dengan adanya data dan informasi yang sudah dan sedang dikabarkan dalam berbagai media. Berikut ini adalah salah satu data yang perna diutarakan oleh Yulianus Kuayo, SH., Sekertaris Dinas Pendidikan Kabupaten Dogiyai belum lama ini bahwa “Lebih dari 50-an guru akan pensiun dalam 10 tahun ke depan. Saat ini saja, banyak sekolah di Dogiyai masih kekurangan guru, bahkan ada sekolah yang tidak ada guru sama sekali. Jika pun ada guru, mereka sering tinggalkan tugas,” Dikutip dari http://majalahselangkah.com/content/ini-dua-masalah-utama-pendidikan-di-dogiyai.
Selain itu, angka jumlah tenaga guru yang akan pensiun dalam tahun
ini sangat banyak. Salah satunya adalah di Kabupaten Paniai, seperti
yang dilangsir pada majalahselangkah.com edisi (07/03/2014).Bahwa di
Lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Paniai dari Data Badan Kepegawaian
Negera (BKN) Provinsi Papua sebanyak 49 orang. Mereka adalah berasal
dari sekolah tingkat TK, SD, SMP,SMA dan SMK.
Melihat dan memahami kedua potret kecil di atas, di pahami bahwa
Papua saat ini memang sedang dihantam badai krisis tenaga guru.Itulah
suatu masalah besar yang sudah, sedang dan akan dialami oleh Bangsa
Papua Barat.
Selanjutnya, apapun skala masalahnya, entah itu masalah besar ataupun
kecil tentu memiliki solusi selama manusianya mau ada perubahan.Oleh
karena itu, pada bagian selanjutnya penulis mencoba untuk memberikan
beberapa alternatif yang harus diambil kendali supaya bangsa ini keluar
dari krisis tenaga guru terlebih khusus di Tanah Papua.
Pertama; Pentingnya tenaga pendidik di Papua harus dimulai dari dalam
lingkungan keluarga.Apapun alasannya, lingkungan kelurga adalah tempat
awal mula setiap insan belajar.Sehingga, nilai pentingnya guru itupun
harus ditanamkan sejak dini kepada anak-anaknya.Ini adalah sebuah
catatan penting dari penulis kepada semua orang tua yang sedang berperan
penting dalam tumbuh kembangnya seorang anak.Minimal, memperkenalkan
kepada anak-anak bahwa pekerjaan sebagai guru adalah pekerjaan yang
paling mulia. Meskipun belakangan ini selalu dikwatirkan dengan faktor
pendapatan dari pekerjaan ini. Perlu diketahui bahwa sekarang ini, gaji
guru juga sudah mulai besar dan menjadi perhatian pemerintah.Apalagi
tenaga guru yang sudah disertifikasi.
Kedua:Pemerintah dalam hal ini instansi-instansi terkait harus tahu
dan mau dalam membenahi krisis tenaga pendidik (guru). Caranya
bagaimana, tentu banyak alternatif yang bisa dicoba, antara lain
a).Dengan memberikan insentif kepada para guru yang sudah, sedang dan
akan mengabdi sebagai guru, dan b) Pemerintah juga harus mau
mengkaderkan tenaga guru muda yakni dengan cara membiayai mereka dalam
perkuliahan.
Harapannya supaya setelah mereka selesai pendidikan akankembali mengabdi di daerah tersebut. Tentu dari sekian banyak calon mahasiswa baru, ada yang tertarik di bidang keguruan tetapi yang biasanya menjadi kendala adalah masalah biaya pendidikan.Problema dari mahasiswa tersebut bisa dimanfaatkan oleh Pemda untuk menanggulanginya.
Salah satu contoh yang bisa dipelajari adalah rencana program yang
akan dilakukan oleh Pemda.Kabupaten Paniai dalam hal ini dari Dinas
Pendidikan berencana untuk membiayai Mahasiswa Keguruan sebagaimana yang
dimuat pada majalahselangkah.com edisi (06/03/2014).Berita selengkapnya
dapat dibaca pada link
berikut:http://majalahselangkah.com/content/-pemda-paniai-siap-membiayai-mahasiswa-keguruan.
Untuk mengakhiri tulisan ini, ijinkanlah saya untuk memberikan sebuah
kalimat bijak yang dirasa baik untuk kita bersama membaca, menelaah dan
memahaminya demi sebuah perubahan yang besar.Salam perubahan!.
“Sebuah negara tidak akan tumbuh besar, jika guru di negara tersebut tidak tumbuh besar. Sebuah negara tidak akan sejahtera, jika guru mereka tidak sejahtra. Kehebatan sebuah negara tergantung kehebatan guru mereka.”
Penulis adalah Asisten Dosen pada Program Studi Bimbingan dan
Konseling (Psikologi) FKIP Universitas Cenderawasih Jayapura-Papua.