Para korban pelanggaran HAM di tanah Papua (Foto: Agus Pabika/Suara Papua) |
PAPUAN, Jayapura — Kordinator Solidaritas Korban
Pelanggaran Hak Asasi Manusia (SKP-HAM) Papua, Peneas Lokbere
menghimbau berbagai komponen perjuangan pro-demokrasi di tanah Papua
untuk dapat bersatu.
“Salah satu tuntutan kami dalam hari korban internasional ini
adalah agar seluruh komponen perjuangan, termasuk mahasiswa agar dapat
bersatu mendukung perjuangan para korban pelanggaran HAM di tanah
Papua,” kata Penease, saat diwawancarai suarapapua.com, Senin (24/3/2014).
Menurut Peneas, peringatan ini selaras dengan seruan Dewan HAM PBB
yang mengeluarkan sebuah resolusi untuk memperingati hari Internasional
untuk Hak atas kebenaran dan martabat korban pelangaran HAM yang berat,
setiap 24 Maret.
“Event ini baru disahkan pada sebuah resolusi pada tahun 2010 oleh
komisi PBB, berkaitan dengan itu kami menyuarakan kondisi dan situasi
yang terjadi di Papua kepada dunia internasional,” katanya.
Lanjut Lokbere, mengisi kegiatan tersebut, panitia juga melakukan
pameran korban kekerasan, seni budaya, dan di isi dengan diskusi ilmiah
yang menghadirkan berbagai pembicara dari lembaga swadaya masyarakat di
Papua.
“Terdapat sejumlah kekerasan Negara yang di alami rakyat Papua sampai
hari ini, sejak 1961-1998, peristiwa Wamena berdarah, Abepura berdarah,
Biak berdarah dan penculikan Theys H. Heluay, pembunuhan Kelly kwalik,
Mako Tabuni dan masih banyak lagi di Tanah Papua. Kami meminta Wiranto
dan Prabowo harus bertanggung jawab kasus-kasus yang terjadi itu,”
katanya.
Sementara itu, Ketua Pelaksana Tineke Rumkabu mengatakan,
kriminalisasi ruang demokrasi dan matinya nilai kemanusiaan banyak
menelan korban jiwa.
“Kami dari beberapa hari yang lalu sudah hadir disini untuk
menghadirkan korban, dan mereka ini saksi hidup dari peristiwa biak
berdarah itu. Dimana tahun 1998 tepatnya 6 Juli, peristiwa yang sangat
besar dan menelan banyak korban terjadi,” tegasnya.
Lanjut Tineke, “Banyak orang yang hilang hingga saat ini, kita tidak
tau pusaran mereka ada dimana, dan kalo ada tolong di kembalikan antara
lain; Yustinus Sloyer, Wilmus Rumpaisum, Ruben Orbo dan Frans Gawe. Kalo
ada tolong di kembalikan,” ujarnya.
Pantauan media ini, acara berlangsung dari pukul 08.00 Waktu Papua di depan Museum Budaya, Uncen, hingga berakhir pukul 07.00 malam waktu Papua.
AGUS PABIKA
Sumber : www.suarapapua.com