anggota FKPMKP. Ist. |
Yogyakarta, MAJALAH SELANGKAH -- Hari Minggu (16/3) Forum
Komunikasi Pelajar dan Mahasiswa Katolik Papua (FKPMKP) di Yogyakarta
kembali menggelar dsikusi. Diskusi berlangsung seusai pembentukan
panitia RUA FKPMKP di kantin universitas Sanata Dharma, Mrican Baru,
Depok, Sleman.
Ketua FKPMKP, Maikel Tekege, membuka diskusi dengan membagi selebaran untuk didsikusikan bersama. Kemudian mulai membuka dengan kata-kata pembuka diskusi.
"Diskusi kali ini tidak formal jadi setelah lima menit kita baca, kita tanggapi bacaan ini," ajak MIkael Tekege ketika membuka diskusi.
Selebaran yang dibagikan oleh ketua FKPMKP adalah selebaran yang berisi tentang pernyataan ukup Jayapura, Leo Laba ladjar, OFM menanggapi pidato PM Vanuatu di Genewa. Juga ada beberapa pertanyaan pada bagian akhir selebaran itu, untuk menjadi acuan diskusi.
Mengawali diskusi, Maikel mengatakan, Uskup Jayapura, Leo Laba Ladjar, OFM telah melenceng dari ajaran Yesus Krisitus.
"Yesus mengajarkan tentang ajaran cinta kasih. Apa yang dikatakan oleh Leo Laba lajar melenceng dari ajaran cinta kasih yang diajarkan oleh Yesus Kristus. Semestinya beliau mendukung PM Vanuatu yang mau menyambung lidah untuk membahas masalah HAM di Papua ke dunia Internasional sebagai upaya gereja untuk berusaha menjadi garam dan terang bagi rakyat papua di tengah krisis kemanusiaan dan pelanggaran HAM ini," jelas Tekege.
Yulita Mate juga memperkuat pendapat Maikel dengan mengatakan, Uskup semestinya berbicara sesuai dengan iman Kristiani, bukan d ngan ketakutan.
Seorang peserta diskusi, Frans Kasipmabin, mencurigai adanya rasa takut sehingga uskup tidak bicara dengan berpihak kepada kebenaran dan penegakan keadilan berlandaskan cinta kasih yang diajarkan Tuhan Yesus sendiri.
"Uskup telah bertugas di Papua dari tahun cukup lama. Artinya dia telah mengetahui tentang Papua lebih mendalam. Baik masalah HAM yang terjadi puluhan tahun lalu, tahun 60-an hingga 70-an dan yang terjadi akhir-akhit ini. Tetapi lucu ketika Uskup mengatakan pendekatan HAM untuk memerdekakan Papua, seharusnya masalah HAM yang terjadi di Papua adalah karena orang Papua ingin merdeka. Itu bila uskup paham sejarah yang ada," jelas Kasipmabin.
Piteng Uropdana menyangka Uskup mengatakan hal ini dalam keadaan takut. Menurutnya, uskup telah bertugas lama di Papua, semestinya tau tentang apa yang terjadi di Papua lebih mendalam.
"Semestinya Uskup mau mengatakan yang sebenarnya. Kalau begini kan Uskup seperti takut dengan TNI/Polri sehingga menyembunyakan masalah pelanggaran HAM yang nyata terjadi di depan dia, dengan pernyataannya seperti itu," demikian tutup Piteng.
Diakhir diskusi, FKPMKP bersepakat mengirim surat kepada PMKRI kota Jayapura dan Keuskupan Jayapura yang tidak mau menanggapi pernyataan Uskup Leo Laba Ladjar. (Hery Tebai)
Ketua FKPMKP, Maikel Tekege, membuka diskusi dengan membagi selebaran untuk didsikusikan bersama. Kemudian mulai membuka dengan kata-kata pembuka diskusi.
"Diskusi kali ini tidak formal jadi setelah lima menit kita baca, kita tanggapi bacaan ini," ajak MIkael Tekege ketika membuka diskusi.
Selebaran yang dibagikan oleh ketua FKPMKP adalah selebaran yang berisi tentang pernyataan ukup Jayapura, Leo Laba ladjar, OFM menanggapi pidato PM Vanuatu di Genewa. Juga ada beberapa pertanyaan pada bagian akhir selebaran itu, untuk menjadi acuan diskusi.
Mengawali diskusi, Maikel mengatakan, Uskup Jayapura, Leo Laba Ladjar, OFM telah melenceng dari ajaran Yesus Krisitus.
"Yesus mengajarkan tentang ajaran cinta kasih. Apa yang dikatakan oleh Leo Laba lajar melenceng dari ajaran cinta kasih yang diajarkan oleh Yesus Kristus. Semestinya beliau mendukung PM Vanuatu yang mau menyambung lidah untuk membahas masalah HAM di Papua ke dunia Internasional sebagai upaya gereja untuk berusaha menjadi garam dan terang bagi rakyat papua di tengah krisis kemanusiaan dan pelanggaran HAM ini," jelas Tekege.
Yulita Mate juga memperkuat pendapat Maikel dengan mengatakan, Uskup semestinya berbicara sesuai dengan iman Kristiani, bukan d ngan ketakutan.
Seorang peserta diskusi, Frans Kasipmabin, mencurigai adanya rasa takut sehingga uskup tidak bicara dengan berpihak kepada kebenaran dan penegakan keadilan berlandaskan cinta kasih yang diajarkan Tuhan Yesus sendiri.
"Uskup telah bertugas di Papua dari tahun cukup lama. Artinya dia telah mengetahui tentang Papua lebih mendalam. Baik masalah HAM yang terjadi puluhan tahun lalu, tahun 60-an hingga 70-an dan yang terjadi akhir-akhit ini. Tetapi lucu ketika Uskup mengatakan pendekatan HAM untuk memerdekakan Papua, seharusnya masalah HAM yang terjadi di Papua adalah karena orang Papua ingin merdeka. Itu bila uskup paham sejarah yang ada," jelas Kasipmabin.
Piteng Uropdana menyangka Uskup mengatakan hal ini dalam keadaan takut. Menurutnya, uskup telah bertugas lama di Papua, semestinya tau tentang apa yang terjadi di Papua lebih mendalam.
"Semestinya Uskup mau mengatakan yang sebenarnya. Kalau begini kan Uskup seperti takut dengan TNI/Polri sehingga menyembunyakan masalah pelanggaran HAM yang nyata terjadi di depan dia, dengan pernyataannya seperti itu," demikian tutup Piteng.
Diakhir diskusi, FKPMKP bersepakat mengirim surat kepada PMKRI kota Jayapura dan Keuskupan Jayapura yang tidak mau menanggapi pernyataan Uskup Leo Laba Ladjar. (Hery Tebai)
Sumber : www.majalahselangkah.com